Malam harinya. Langit malam nampak bersinar oleh kilau kemilau bintang gemintang. Suara jangkrik dan binatang malam lainnya melantunkan simphoni alam bagai kelompok orchestra yang sedang berkonser.
Beginilah suasana malam di pedesaan. Hening dan syahdu. Hanya suara alam semesta yang menggema meriuhkan kesepian malam.
Eivel sudah berbaring di tempat tidur namun matanya belum terpejam. Dave masih membersihkan diri di kamar mandi. Freya muncul dengan piyama favoritnya, karakter Tang San. Karakter Tang San menarik perhatian Eivel.
" Belum bobo ya!" tanya Freya lembut.
Eivel menggeleng sambil tersenyum. Freya duduk disisi tempat tidur. Eivel pun bangun dan duduk menyender. " Kenapa belum tidur? Freya bertanya lagi.
" Belum mengantuk!" jawabnya asal.
" Apa kamu memikirkan sesuatu?" tebak Freya. Dan Eivel mengiyakannya.
" Mikirin apa? Saya siap mendengar!" Freya berusaha untuk lebih akrab agar Eivel mungkin bisa lebih terbuka dengannya.
" Eivel sebenarnya lagi mencari Papa.! ucapnya dengan sendu.
" Papa Eivel ada dimana?
" Eivel nggk tahu. Karena itu Eivel datang untuk mencari Papa.!" Freya tersenyum simpul. Memberikan peneguhan kepada Eivel berharap dia lebih sabar dan berani.
" Saya berharap, kamu bisa ketemu dan berjumpa lagi dengan Papa kamu. Jangan putus asa dan tetap semangat!" dukung Freya memberi semangat kepada Eivel.
Mendengarnya Eivel seperti mendapat kekuatan dan dorongan semangat yang membuatnya untuk tetap berjuang dan terus berusaha untuk menemukan sang ayah. Dengan spontan dipeluknya Freya. Dan Freya tak membiarkan Eivel merasa sendirian. Dibalasnya pelukan Eivel dengan erat, hangat dan penuh cinta.
Lalu Dave muncul. Melihat adegan yang mengharukan itu, hatinya terenyuh dan terharu. Betapa indahnya melihat pemandangan mengharukan seperti itu.
" Acara pelukannya sudah dong. Aku kan jadi pengen dipeluk juga!" canda Dave sehingga mengganggu suasana yang mengharu biru itu menjadi buyar.
Freya pun bangkit dari tempat tidur. Dengan wajah pura-pura cemberut Freya ngambek kepada Dave. " Aihh, kamu tuh mengganggu suasana romantis jadi nggk romantis.!"
Freya langsung menuju pintu kamar dan meninggalkan dua pria yang berbeda generasi itu. Setelah Freya pergi, Dave lalu naik ke tempat tidur. Berating disamping Eivel yang juga membaringkan dirinya.
" Bagaimana perasaanmu saat ini? tanya Dave mencoba mengakrabkan diri.
" Lumayan baik!" balas Eivel.
" Kamu pasti lelah karena perjalanan panjang. Kamu istirahat ya. Besok baru kita bercerita.!" ucap Dave dengan harapan Eivel bisa merasa lebih tenang dan nyaman berada di dekatnya.
Eivel pun memejamkan matanya. Menuruti perkataan Dave. Melihat bocah itu memejamkan matanya, Dave memandanginya sejenak dengan tatapan mendalam.
Hati dan perasaan memang tak bisa berbohong. Ikatan darah tak bisa diingkari. Ketika Dave baru melihat wajah Eivel, jantungnya seperti berdetak kencang. Ada suatu perasaan dalam hatinya yang tak dapat diungkapkan. Dave mencoba merasakan dan mengenal perasaan tersebut dengan lebih fokus tapi sulit untuk menemukannya. Ketika ditatapnya mata bening dan mungil itu, Dave seakan melihat dirinya sendiri. Tapi sulit sekali baginya untuk mengartikannya.
Ditatapnya dalam-dalam wajah mungil dan polos itu. Terasa begitu akrab dan dekat. Seakan mereka saling mengenal. Hati mereka seperti menyatu satu sama lain. Tapi pikirannya tidak bisa diajak berkompromi. Pikirannya masih menolak untuk mengakui perasaannya. Tak lama kemudian Dave pun ikut tenggelam dalam dunia mimpinya.
Sementara itu di kediaman keluarga Prakoso dan keluarga Kyra masih terjadi kehebohan karena menghilangnya Tuan muda keluarga itu. Suasananya begitu menegangkan. Lebih menegangkan dari pada film horror.
" Pokoknya saya tidak mau tahu. Cucu saya harus segera ditemukan. SECEPATNYA.......!! Tuan Besar Prakoso nampak sangat murka dan marah setelah mendengar kabar buruk tersebut.
" Kok bisa-bisanya mereka bekerja dengan tidak becus. Sampai cucu saya bisa hilang.!" ucapnya dengan amarah. Isyana yang juga tak bisa tenang mencoba menenangkan ayah mertuanya itu.
" Tenang ya Pah, jangan terlalu emosi. Ingat kesehatan Papah. Ini kesalahan Isyana tidak bisa menjaga Eivel dengan baik. Maafkan Isyana ya Pah.! ucap Isyana dengan rasa sesal yang begitu besar.
" Itu bukan kesalahan mu nak. Papah tahu kamu sudah bekerja keras untuk keluarga ini. Bebanmu sudah terlalu berat. Papah yang harusnya minta maaf sudah membiarkanmu menghadapi masalah di keluarga kita sendirian.!" Tuan Besar Prakoso terlihat sangat sedih dan merasa bersalah, karena tidak bisa membantu menantu tersayangnya itu.
Isyana tak mampu lagi membendung air matanya. Dengan terisak Isyana meluapkan segala beban di hatinya. Tuan Prakoso mencoba memberikan penghiburan dan kekuatan dengan menepuk pundak Isyana. Berharap beban dipundak menantunya itu setidaknya berkurang.
Sungguh penderitaan hatinya seakan terus di uji. Seberapa kuat dan tegarnya dia menghadapinya. Belum tegar sepenuhnya hatinya setelah kehilangan suaminya dan kini harus kehilangan lagi putra tercintanya. Sungguh dia tidak kuat lagi untuk menanggungnya sendirian. Syukur keluarga besarnya selalu mendukung dan mencintainya dengan sepenuh hati. Sehingga dia tak sampai terpuruk sangat dalam.
Ibu mertuanya pun merangkul menantunya itu dengan kasih sayang. Menguatkan dan meneguhkan hatinya agar tetap kuat dan tegar. Meyakinkannya bahwa dia tak sendirian. Kedua keluarga besarnya selalu ada untuk mendukung dan menemaninya.
Matahari pagi bersinar hangat dan terang. Embun-embun pagi bergelantungan di tepi dedaunan. Kicauan burung yang bernyanyi pada ranting-ranting menyambut fajar dan hari baru dengan semangat dan suka cita.
Freya berdiri menghadap mentari pagi, mendekap hangatnya yang menyegarkan jiwa dan raganya. Sambil memejamkan matanya, Freya menghirup udara pagi yang segar. Seperti vitamin yang memberinya nutrisi kehidupan. Dave lalu muncul dari belakang. dan turut berdiri dekat disamping kanan Freya.
Freya yang masih memejamkan mata, tidak menyadari kehadiran Dave. Kemudian Freya membuka matanya dan hendak berbalik. Namun karena Dave begitu dekat dengannya sehingga tubuhnya pun mengenai tubuh Dave yang membuatnya hampir terjatuh. Dengan sigap Dave menangkap tubuh Freya agar tidak terjatuh. Wajah mereka begitu dekat hanya berjarak beberapa centi saja. Bahkan ******* nafas mereka terdengar cukup kencang.
Dan tiba-tiba saja debaran jantung diantara mereka berdua berdetak beradu cepat. Ada getaran aneh mengalir dalam tubuh mereka. Getaran yang sulit diartikan. Apakah hanya sekedar getaran biasa ataukah getaran-getaran istimewa yang mewakili perasaan mereka masing-masing.
" Selamat pagi!" sapa Eivel menyadarkan kedua insan itu dari ketidaksadaran sesaat mereka. Freya dan Dave menjadi salah tingkah. Seperti seseorang yang tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilihat oleh orang lain.
" Ehh, selamat pagi!" Freya balik menyapa.
Dave pura-pura menggerakkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan senam yang tak beraturan. Eivel yang mengerti suasana canggung yang sedang terjadi dengan kedua insan dewasa itu berpura-pura polos dan tidak mengerti dengan situasi mereka.
" Wahhhhh, tempat ini indah sekali ya. Baru kali ini aku melihat pemandangan seperti ini.!
"Ehh iya. Pagi ini begitu indah sekali!" Freya pun ikut menikmati keindahan pemandangan di pagi ini. Mencoba menyamankan dirinya dari situasi canggung tadi.
Dave pun ikut menimpali. " Iya benar sekali. Pagi ini terlihat lebih indah dari hari sebelumnya.!"
Mereka berdua saling melirik satu sama lain dan detik berikutnya mereka tertawa bersama seakan di komando untuk tertawa bersama-sama. Pagi hari yang diawali dengan suasana hati yang gembira dan bahagia, semoga sepanjang hari ini kegembiraan dan kebahagiaan selalu mengikuti setiap perjalanan dan kegiatan yang mereka akan lakukan.
Mereka berempat duduk mengitari meja makan minus Gama. Tadi malam dia pulang agak telat. Mungkin pagi ini masih melanjutkan acara mimpinya.
" Bagaimana tidurmu nak?" Tanya Ibu Hermawan dengan perhatian seorang ibu.
" Eivel tidur nyenyak Oma. Eivel merasa nyaman sekali. Tempat ini menyenangkan.!" jawab Eivel dengan jujur dan tulus.
Mendengar Eivel memanggilnya dengan sebutan oma, hati wanita itu sangat tersentuh. Karena ini adalah salah satu kerinduan hatinya. Menimang cucu. Tapi apalah daya. Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya menyuruh anak-anaknya untuk menikah. Sekalipun sebenarnya umur keduanya sudah sangat pantas untuk menikah. Tapi keduanya malah sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga lupa untuk menikah.
Matanya nampak berkaca-kaca. Terharu dan bahagia.
" Bahagia sekali nak. Oma sangat bahagia. Tuhan sepertinya sengaja mengirim kamu datang di keluarga ini!" Ibu Hermawan mengutarakan isi hatinya dengan bangganya.
Frey dan Dave pun ikut merasakan kebahagiaan wanita itu. Melihat sang ibu bahagia, hati mereka pun sangat bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments