Bab 9.

Udara malam berhembus menyentuh pori-pori, dingin dan menggigil. Freya menggosok-gosok lengannya agar tubuhnya terasa hangat meski hanya sedikit saja setidaknya memberikan kehangatan. Dave yang melihatnya langsung bereaksi. Dibukanya jacket miliknya lalu diberikannya kepada Freya.

Freya tersentuh sejenak atas perhatian yang diberikan oleh Dave dengan spontan. Hati pria ini ternyata begitu lembut dan sangat perhatian. "Seandainya dia punya kekasih dia pasti akan memperlakukan kekasihnya dengan sangat perhatian dan penuh kasih sayang."pikir Freya dalam benaknya.

Malam semakin larut, bus malam sepertinya hanya tinggal satu rute lagi. Dan itu adalah rute terakhir. Namun jika bus terakhir juga telah terlewatkan mau tidak mau Freya akan menghubungi Gama kakaknya untuk menjemput mereka.

Tapi syukurlah, bus terakhir yang ditunggu akhirnya datang juga. Freya naik terlebih dahulu lalu Dave mengikut dari belakang. Bus pun melaju membelah gelapnya malam. Jalanan yang mulia sepi dari kendaraan, pintu-pintu rumah-rumah penduduk sudah tertutup rapat. Hanya lampu hias dari teras rumah dan lampu jalanan yang meramaikan suasana malam yang temaram dan syahdu.

Di dalam bus hanya ada 2,3 penumpang yang mungkin baru pulang dari tempat pekerjaannya. Nampak guratan lelah berkerut di dahi mereka. Mungkin beban hidup mereka terlalu berat hingga mereka terlihat sangat kelelahan. Freya yang bisa merasakan rasa lelah di wajah para pekerja keras itu, hanya bisa mendoakan mereka.

Freya yang duduk berdampingan dengan Dave di dalam bus, merenungkan sejenak perjalanan hidup manusia. Lahir, tumbuh, berkembang, dewasa, lalu menua. Dan pada akhirnya kembali kepada sang Penciptanya. Baik kaya atau miskin, cantik atau tampan, hati yang baik maupun jahat tak satupun bisa lolos melawan sang maut.

Dan ketika ajal sudah menjemput, semuanya akan ditinggalkan. Harta kekayaan, materi, jabatan, ataupun ketenaran, semuanya hanyalah tinggal kenangan. Tak satupun akan dibawa ke alam maut.

Freya pun bertanya pada dirinya sendiri, " Apakah tujuan hidup manusia itu? Dan jawabannya mungkin takkan bisa dijawab oleh logika manusia. Karena tujuan hidup manusia melebihi akal logika manusia itu sendiri.

Sedangkan Dave hanya bisa mengawasi Freya dalam diamnya. Dibiarkannya Freya larut dalam permenungannya. Dia cukup menjaga dan mengawasi Freya dengan berada disamping gadis itu.

Sementara itu....

Ishana membaringkan dirinya diatas tempat tidurnya. Sendiri dan sepi. Dirabanya tempat tidur dimana biasanya suaminya membaringkan diri. Memeluknya dengan mesra mengarungi alam mimpi yang indah. Ishana membayangkan saat-saat mereka masih bersama. Dean selalu memperlakukannya dengan romantis.

Setiap kali dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dia akan bersikap mesra demi menyenangkan hati kekasih jiwanya itu. Ishana teringat di suatu malam yang sangat romantis. Mereka berdua saling berpelukan mesra diatas tempat tidur. Saat itu Dean membisikkan kata-kata cinta yang sangat indah yang membuat Ishana merasa bahagia sebagai seorang perempuan yang dicintai oleh pria hebat seperti Dean. Ishana ingat betul semua perkataan Dean di malam itu.

"Sayang, terima kasih ya karena kau hadir dalam hidupku. Aku merasa sangat beruntung sekali. I'm the lucky one. Bisa dicintai olehmu. Wanita yang paling hebat dan terbaik dalam hidupku. Kehadiranmu melengkapi hidupku menjadi sempurna." Jari jemarinya tak hentinya membelai tubuh istrinya itu. Wajah cantik istrinya itu selalu menggoda untuk disentuh, dibelai dan dicumbu.

Ucapnya kemudian.

" Sayang, aku berjanji akan selalu mencintaimu dan menyayangimu dengan sepenuh hati dan jiwa ragaku. Akan selalu menjaga dan melindungimu dan juga putra kita. Aku akan selalu membahagiakan kalian berdua. Aku berjanji."

Ishana tak hanya terharu dan tersanjung mendengarkan kata-kata mesra dari suaminya itu. Dean bukanlah tipe seseorang yang pandai menggombal atau berkata-kata omong kosong. Apa yang ada dalam pikirannya maka itulah yang diungkapkannya.

Dalam bayangannya Ishana, Dean memeluknya dengan sangat mesra. Dikecupnya seluruh wajah Ishana dengan lembut dan penuh cinta. Dan selanjutnya dilumatnya bibir sexy sang istri dengan gairah cinta yang membara. Ishana pun membalas pagutan demi pagutan sang suami yang menggairahkan itu.

Dean sangat ahli dalam memperlakukan istrinya itu dengan lembut saat mereka sedang bercumbu. Ishana terbuai dan terhanyut dalam bayangannya itu hingga sosok Dean mulai menghilang dan lenyap, bahkan membuatnya lupa jika kemesraan itu hanyalah bayangannya di masa lalu. Ishana pun tersadar dari lamunannya, dan tanpa terasa air mata jatuh tak terbendung lagi.

Inilah yang disebut berdarah tanpa luka. Sakit dan menyedihkan. Ishana terisak memendam kesedihan yang menyayat pilu dihatinya. Dalam sepi dan gelapnya kamar ini dia menumpahkan sesak dalam hatinya karena kehilangan belahan jiwanya. Meski diluar dia berusaha untuk terlihat kuat dan tegar, tetapi sebenarnya hatinya rapuh dan lemah.

Bahkan dihadapan putranya dia harus berusaha tegar. Sekalipun sebenarnya Eivel bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh Mamanya itu. Ishana tenggelam dalam kesedihannya. Dipeluknya bayang suaminya seakan-akan raganya ada disana. Betapa hatinya sangat merindu. Rindu yang menyakitkan karena dia tidak tahu sampai kapan rindu itu harus membebani dirinya?

Disaat Ishana bergulat dalam derai air mata, Eivel mengintip mamanya itu dari balik pintu. Nampak bahu sang mama yang bergetar menahan tangis dan air mata. Eivel tertunduk pilu. Ingin dipeluknya sang mama terkasih, sekedar memberinya kekuatan tapi dia tahu jika mamanya itu berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya dari dirinya agar jangan sampai Eivel juga larut dalam kesedihan.

Mamanya itu akan selalu berusaha agar Eivel tidak perlu merasakan kesedihan. Bocah sekecil dia belum saatnya untuk merasakan penderitaan dan kesedihan. Di usianya saat ini, Eivel seharusnya selalu merasakan kegembiraan dan kebahagiaan. Itu sebabnya Ishana tidak ingin menunjukkan air matanya dihadapan putranya itu.

Eivel pun seolah berkata kepada mamanya meski hanya terdengar oleh dirinya sendiri,

" Mama, Eivel berjanji, Eivel pasti akan membawa Papa pulang kembali ke rumah kita. Eivel tidak akan membiarkan air mata Mama jatuh lagi. Eivel berjanji!

Setelah berkata demikian Eivel pun menutup kembali pintu kamar sang mama dan berlalu dari sana. Otak jeniusnya mulai bekerja. Setelah menunggu sekian lama, sudah saatnya dia beraksi. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu dan hanya menunggu.

Keesokan harinya....

Ishana seperti biasa berangkat ke kantor setelah Eivel berangkat ke sekolah diantar oleh sopir pribadinya. Hari ini ada meeting penting dengan klien baru untuk membahas proyek sang suami yang dahulu terbengkalai sejak menghilangnya. Klien lama yang dulu menjalin kerja sama dengan suaminya telah mengundurkan diri dan memutuskan kerja sama.

Ishana pun harus memulai dari awal demi menarik minta para investor baru untuk mendukung proyek suaminya itu. Ishana haruslah mampu menunjukkan keahliannya agar proyek ini dapat terealisasikan dan mimpi suaminya itu bisa terwujud.

Setibanya di kantor, Ishana langsung disambut oleh sekretarisnya dengan beberapa tumpukan file yang akan dipersentasikan dihadapan para kliennya nanti. Ishana tak boleh menyerah begitu saja, bagaimanapun impian suaminya adalah impiannya juga.

Maka dengan sekuat tenaga dan usahanya dia akan mewujudkan proyek ini, dan kelak jika proyek ini berhasil akan menjadi hadiah untuk suaminya dimanapun dirinya berada saat ini. Karena Ishana masih menyimpan keyakinan dan kepercayaan jika suaminya itu suatu saat pasti akan kembali.

Dengan percaya diri Ishana melangkah menuju ruang pertemuan. Langkah kakinya begitu meyakinkan dan penuh keberanian. Hari ini dia akan tunjukkan siapa dirinya. Seorang istri dari CEO yang tidak hanya tahu menghabiskan uang suami untuk berbelanja dan melakukan hal-hal yang tak berguna. Karena dia adalah istri dari seorang pria hebat. Nyonya Nathan Dean Elkanah Prakoso.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***