BAB 16.

Sulit untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakan oleh mereka yang berada di dalam ruangan itu saat ini. Freya yang duduk di antara Dave dan Gama kakaknya. Ishana duduk dihadapan mereka bertiga berdampingan dengan Eivel. Sedangkan Nyonya Hermawan duduk di ujung Di antara mereka berlima.

Gama menceritakan kronologis kecelakaan yang menimpa Dave atau Dean sesuai dengan apa yang mereka saksikan sendiri.

Ishana tak hentinya menatap lekat wajah Dean suaminya itu. Meski Dean hanya meliriknya sesekali. Dean lebih memperhatikan wajah Freya yang kelihatan sedih.

Begitu juga dengan Eivel, yang tak menyangka jika pria itu ternyata adalah Papanya. Untuk sesaat mereka saling terdiam, tidak tahu harus berbicara di mulai dari mana. Lalu akhirnya Nyonya Hermawan berbicara memecah kesunyian diantara mereka.

" Sebelumnya, keluarga kami meminta maaf. Tapi keluarga kami tak pernah sedikitpun punya niat untuk menyembunyikan keberadaan Dave.!" Nyonya Hermawan mencoba menjelaskannya.

Ishana menatap Nyonya Hermawan dengan mata yang tersenyum.

" Saya tidak menganggap jika keluarga ini menyembunyikan suami saya. Malah saya seharusnya berterima kasih karena keluarga ini sudah menjaga dan merawat suami saya dengan baik. Bahkan anak saya juga dirawat dengan sangat baik. Saya sangat bersyukur.! ungkap Ishana dengan tulus. Tapi tatapannya tak lepas dari suaminya itu. Meski suaminya itu menatap dirinya dengan tatapan asing.

" Mungkin ini sedikit mengejutkan karena tiba-tiba seperti ini. Tapi barangkali memang sudah waktunya Tuhan mempertemukan kita semua.!" Nyonya Hermawan menimpali perkataan Ishana.

" Sepertinya kalian butuh waktu untuk saling berbicara sebagai keluarga tanpa keberadaan kami. Silahkan Nona Ishana, mungkin dengan bercerita kepada Dave membuka sedikit memori ingatannya tentang keluarganya.!" ujar Nyonya Hermawan lalu segera bangkit dari ruangan itu dan mengajak Freya serta Gama untuk meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu.

Sepeninggalan mereka, Ishana dan Dave hanya terdiam. Ada rasa canggung dan segan, seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal.

Dean/Dave.

" Bagaimana kabarmu?" Tanya Ishana memecah kebisuan diantara mereka.

Ishana.

" Saya baik-baik saja. Terima kasih!" jawab Dave seadanya. Pertama kali melihat Ishana memang terlihat familiar dalam ingatannya. Namun tetap saja masih terasa asing baginya. Eivel yang melihat kecanggungan diantara keduanya mengerti akan situasinya, Eivel pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu. Sejak awal melihat ayahnya, Eivel memang sudah merasa dekat, namun karena ayahnya yang lupa ingatan membuatnya menjadi ragu.

Eivel lalu berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan Papa dan Mamanya berdua saja.

Kini tinggal mereka berdua dalam keterasingan. Hanya baru beberapa bulan saja mereka berpisah tetapi seperti sudah sekian lama tak berjumpa.

" Apa kamu benar-benar tidak ingat sama sekali dengan aku? Dengan Eivel atau dengan keluarga kita? Tanya Ishana mencoba membuka ingatan suaminya itu.

Dave menggelengkan kepalanya. Dia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Haruskah dia bahagia karena telah bertemu dengan orang yang mengenalnya atau merasa sedih karena pertemuan ini mengharuskannya meninggalkan keluarga Hermawan demi kembali kepada keluarganya.?

" Saya minta maaf, karena mungkin mengecewakan.. kamu. Tapi, ini juga tidak mudah bagiku.!" Dave berusaha untuk bersikap baik. Hatinya seakan memerintahkannya untuk tidak menyakiti perasaan wanita dihadapannya itu.

Kedua netra Ishana berkaca-kaca menahan air mata membasahi wajahnya. Dia tidak ingin terlihat rapuh dihadapan suaminya itu. Tapi hatinya yang lemah tak mampu lagi menahan beban berat yang ditanggungnya selama ini. Dia telah berusaha untuk tetap kuat dan tegar. Tetap saja dia tidak sekuat itu. Dia hanya seorang wanita biasa yang punya keterbatasan. Disaat mereka berdua larut dalam pikiran mereka masing-masing, Eivel muncul lagi. Ditangannya ada sesuatu benda.

Kamera video hadiah Papanya untuknya di hari ulang tahunnya yang ke 4. Eivel mendekati Dave Papanya. Menyerahkan kamera video yang sudah dibukanya dan ditunjukkannya kepada Papanya itu. Dave menyaksikan isi dari video tersebut yang berisi rekaman dirinya dan wanita dihadapannya itu. Di dalam rekaman video itu Dave dan Ishana nampak begitu mesra dan romantis. Mereka berdua memegang kue ulang sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepada Eivel yang hari itu berulang tahun yang ke 4.

" Untuk putra kami Feivel Geveriel Harrison Prakoso tersayang, Mama dan Papa selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu. Menjadi kebanggaan Papa dan Mama. Video ini akan menjadi kenangan-kenangan disaat kamu dewasa nanti.!

Keduanya nampak bahagia sekali. Sangat kelihatan jelas kedua insan tersebut saling mencintai satu sama lain. Cinta yang benar-benar tulus dan suci. Dave bisa menyaksikan dengan jelas jika pria di dalam video tersebut sangat mencintai istrinya itu. Dan pria tersebut tidak lain tidak bukan adalah dirinya sendiri.

Ternyata dia dan wanita itu begitu saling mencintai. Hanya saja untuk saat ini hatinya belum bisa merasakannya sekalipun dihadapannya telah nyata wanita itu tepat di depan matanya. Karena dia tidak bisa menipu perasaannya sendiri jika saat ini hati dan perasaannya tertuju kepada gadis yang telah merawat dan menjaganya disaat dirinya sekarat, seorang diri, sendirian.

Gadis yang memberinya cinta dan perhatian dengan tulus dan murni. Sekalipun gadis itu tidak tahu siapa dirinya, dari mana asal usulnya. Namun disaat telah tumbuh rasa di hati mereka masing-masing, kebenarannya harus terungkap. Kebenaran jika dirinya saat ini adalah milik orang lain. Bukan hanya seorang tapi dua orang sekaligus.

Dihadapkan dengan dilema ini, tentu saja sangat menyakitkan baginya untuk memilih. Hati kecilnya tidak rela jika harus menyakiti seorang Freya, gadis baik berhati lembut. Tapi dirinya juga tidak tega melukai perasaan kedua orang dihapannya ini. Pancaran mata mereka menunjukkan harapan agar dirinya kembali lagi kepada mereka.

Memang saat ini dia tak mampu untuk mengingat memories indah yang dulu pernah mereka alami bersama-sama. Tapi hati nurani dan logikanya mengingatkan dirinya untuk mencoba menerimanya. Dengan begitu mungkin saja memorinya akan kembali lagi dan ingatannya pulih kembali.

" Papa, bukankah dulu Papa pernah berjanji akan selalu menjaga dan melindungi Eivel. Menjaga dan mencintai Mama seumur hidup Papa!" ucap Eivel mencoba membuka ingatan Papanya itu.

Dave menatap Eivel dengan tatapan sayang dan penuh haru. Perasaannya pertama kali bertemu Eivel semenjak dia mengalami amnesia memang sudah terasa. Tentu saja perasaan seorang ayah kepada putranya tidak akan hilang begitu saja. Sekalipun terhalang oleh ingatan yang hilang.

Lalu Dave meraih tubuh Eivel, membawanya kedalam pelukannya. Dekapan hangat dan penuh cinta itu menunjukkan betapa besarnya cinta seorang ayah kepada putranya. Tentu saja Ishana bahagia sekaligus terharu. Setidaknya hati suaminya itu masih menyimpan kenangan dan cinta untuk putra mereka.

Ishana pun semakin optimis jika suaminya itu hanya lupa ingatan sesaat. Jika mereka berkumpul bersama lagi, lambat laun ingatannya akan pulih seperti sedia kala. Kenangan demi kenangan yang tersembunyi dalam memorinya pasti akan diingat kembali.

Ishana bangkit dari tempatnya. Mendekat ke arah Dave dan Eivel. Kemudian didekapnya Eivel dan tentu saja juga Dave. Tak ingin menghindar, Dave membiarkan Ishana untuk melakukannya. Merasakan sentuhan kasih sayang dari wanita yang adalah istrinya. Walaupun masih meragu dan sulit diterima.

Mereka berpelukan cukup lama. Menumpahkan kerinduan yang sekian lama terpendam dalam hati Ishana dan Eievel. Sedangkan Dave berusaha untuk menerima dan merasakannya. Berharap ada sesuatu yang mampu menggetarkan hatinya dan membangkitkan ingatannya kepada kedua orang yang mencintainya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!