Bab. 15

Bi Muti muncul dengan nampan di tangannya. Beliau juga mendengar apa yang dikatakan orang-orang ini tadi. Namun sebagai orang luar yang lebih luar, Bi Muti hanya diam seraya menyerahkan minuman.

 

"Kenapa harus di temani Tante ini, Elio? Bukankah sudah ada Tante Naura dan Papamu di sini. Kita bisa bicara bertiga. Benar kan, Ian?” tanya Naura ingin Ian setuju dengan kalimatnya.

 

Namun Ian diam. Pria ini justru tidak menjawab pertanyaan Naura yang ingin mendapat dukungan darinya. Perempuan ini sedikit heran melihat reaksi Ian yang tidak terlalu antusias dengan kalimatnya. Sampai-sampai karena terkejut, ia diam dengan kebingungan.

 

"Apa Elio ingin bicara, kalau ada Tante Luna di sini?" tawar Ian. Luna terkejut dengan tawaran atasannya. Karena jelas ia orang luar jika membicarakan persoalan keluarga Pak Ian.

 

Ia melihat ke samping. Ke arah bocah itu. Berharap bocah itu tidak benar-benar menginginkan dia berada dalam circle keluarganya. Namun nyatanya, kepala Elio justru mengangguk. Bocah ini mengiyakan tawaran Ian.

 

Luna menggeram dalam diam.

 

"Tapi Ian ..." Naura protes.

 

"Sudahlah. Yang terpenting adalah Elio. Aku ingin bicara dengan putraku, Naura," bantah Ian tidak ingin keputusannya di bantah. Naura menghela napas. Penolakannya yang biasanya hampir selalu di kabulkan Ian, kini di tepisnya.

 

"Karena Elio mau bicara kalau ada kamu, jadi kamu tidak perlu pergi saat aku bicara dengannya,” kata Ian pada Luna.

 

"I-iya, Pak,” sahut Luna pasrah. Terpaksa ia mengiyakan juga.

 

Saat ini, dirinya merasa ada hawa negatif yang sedang menyerang ke arahnya. Dan dia yakin itu adalah kekasih Ian. Saat Luna melirik, Naura tengah memandangnya. Tidak terlalu tajam. Hanya mencoba memperhatikan Luna secara seksama.

 

"Aku juga tidak mau bicara dengan Tante Naura," pinta Elio sungguh mengejutkan. Luna mendelik. Naura apalagi. Kalimat ini makin memperkeruh suasana. Mendengarnya, Naura langsung menoleh pada Elio dengan kerutan di keningnya.

 

"Apa maksud kamu, Elio sayang?" tanya Naura menekan rasa tidak terimanya. Ia tidak ingin terlihat buruk di mata Ian. Namun Elio merapatkan tubuh pada Luna, alih-alih menjawab pertanyaan kekasih papanya.

 

"Maafkan Elio, sayang. Dia sedang dalam keadaan labil," pesan Ian. Naura menarik tubuhnya. Mencoba tetap tersenyum meskipun kesal dengan perkataan Elio. "Jadi kamu hanya ingin bicara dengan Papa dan Tante Luna?" Ian ingin menegaskan.

 

"Iya. Elio tidak mau ada Tante Naura," sahut Elio. Naura menahan amarah.

 

"Baiklah," kata Ian.

 

"Ian ... " protes Naura lagi.

 

"Maaf, Naura. Putraku ingin hanya bicara denganku," kata Ian.

 

"Apa? Kamu ingin aku pergi?" tanya Naura tidak percaya.

 

"Iya."

 

"Jadi kamu lebih memilih bicara dengan karyawan mu ini dan menyuruh ku pergi?" tunjuk Naura pada Luna lalu pada dirinya sendiri.

 

"Ini darurat Naura. Tolong," pinta Ian mulai tidak sabar.

 

"Tapi ... "

 

"Aku tahu kamu bisa mengerti situasi ini," harap Ian.

 

"Oke. Oke. Aku akan pergi." Naura beranjak dari sofa butut yang di dudukinya tadi. Lalu berdiri seraya melirik tajam ke arah Luna yang masih di peluk Elio. Bi Muti langsung memberi arahan perempuan itu untuk duduk di dalam rumahnya bersama Danar dan juga dirinya.

 

Setelah semua orang keluar, kini tinggal mereka bertiga di sofa.

 

"Papa sudah melakukan apa yang kamu inginkan. Di sini tidak ada Tante Naura. Hanya ada papa, kamu, dan Tante Luna. Sekarang katakan pada papa kenapa kamu kabur dari rumah. Bahkan ini yang kedua kalinya." Ian mulai bicara lembut nan tegas. Luna melirik ke arah bocah itu.

 

Elio diam.

 

"Emm ... Elio. Papa kamu sedang bicara. Sepertinya sikap yang baik adalah menjawab pertanyaan orang tua," kata Luna. Elio yang tadinya menunduk, kini mendongak. Menatap Luna tajam.

 

"Tante Luna membela papa?" Pertanyaan mengejutkan dari bocah. Ian melihat ke arah Luna.

 

"Bukan. Tante Luna hanya memberimu nasehat. Jika ada orang tua yang bicara, sebaiknya di jawab. Bukan membela Pak Ian," sangkal Luna sambil mengibaskan tangannya.

 

"Oh ya?" tanya Elio tidak percaya. Luna menggeram dalam hati.

 

"Tentu saja. Kenapa aku harus membela papa kamu. Kita tidak ada hubungan apa-apa. Jadi Tante Luna ada dalam posisi tidak membela siapa-siapa."

 

"Tante Luna kan anak buah papa," kata Elio.

 

"Soal itu tentu saja benar," kata Luna tidak membantah. "Tapi tetap saja aku tidak sedang membela Pak Ian. Karena aku bicara seperti barusan, tanpa bayaran dari papa mu," kata Luna berbisik. Dia mulai bersikap seperti biasanya. Ini membuat Elio tergelak.

 

Ian terkejut. Putranya bisa tersenyum pada Luna yang tidak lama di kenalnya.

 

“Walaupun aku enggak di bayar oleh papamu, tapi aku wajib membuat kamu bicara," lanjut Luna tahu diri. Dia tetap berbisik. Ian mendehem. Meski mereka berbisik, ia masih bisa mendengar hampir semuanya.

 

"Kenapa?" tanya Elio panjang dengan keras. Luna menghela napas sebentar. Bocah ini tidak cukup dengan jawaban itu saja. Luna memutar bola matanya lelah. Ia pun mulai membetulkan cara duduknya.

 

"Karena, jika kamu tidak menjawab pertanyaan papa kamu, kamu akan terus berada di rumahku. Kalau sudah begitu, aku akan kerepotan merawat mu," tunjuk Luna pada bocah itu. Ia bicara terus terang tanpa di tutup tutupi. Suaranya pun tidak pelan.

 

Ian menatap Luna heran. Dia tidak pernah tahu gaya bicara Luna yang seperti ini. Manik matanya menajam. Merasa Luna sedang membuat putranya makin menutup diri.

 

"Luna, tolong jaga ..."

 

"Aku tidak akan merepotkan," sahut Elio merajuk. Ini membuat Luna mendelik. Karena dia bermaksud mengusir bocah itu supaya dia mau bicara. Ian yang tadinya akan menghardik Luna tidak jadi. Karena ternyata Elio tidak bereaksi marah atau sedih saat menurutnya Luna bicara agak kasar.

 

"Kenapa jawab seperti itu ...," geram Luna. Dia geregetan. "Ayo bicara jujur, Elio," paksa perempuan ini. Ian mengerjapkan mata. Melihat Luna menggeram kesal, Elio tergerak untuk jujur. Ia menoleh pada papanya perlahan.

 

"Katakan saja apa yang ada di dalam pikiranmu, sayang ... Kamu tahu papa sangat menyayangimu," kata Ian menatap putranya teduh. Melembutkan suara dengan penuh perhatian.

 

Luna memutar bola matanya kesal karena dua manusia ini.

 

"Papa janji tidak akan marah?" tanya Elio masih takut.

 

"Janji."

 

"Emmm ... " Elio melihat Luna. Awalnya Luna kesal, karena seharusnya bocah ini menatap Pak Ian jika ingin membuat pengakuan. Bukan menatap dirinya. Namun saat ia melihat bola mata bening itu, bocah ini seperti ingin mendapat perlindungan dan dukungan saat mau bicara dengan papanya nanti.

 

"Tenang ... Aku akan tetap di sini menemani kamu, kok. Jadi bicarakan saja semuanya. Se-mu-a-nya. Jangan ada yang ketinggalan," nasehat Luna seraya mengeja kata penting. Matanya bahkan membulat sempurna.

 

Setelah merasa mendapat perlindungan, kepala Elio melihat ke arah Ian. Pria itu sendiri merasa takjub dengan Luna yang bisa berinteraksi dengan putranya, meskipun dengan gaya bicara yang agak serampangan dan tidak keibuan. Namun itu justru membuat Elio membuka hatinya.

 

"Maaf, Pa. Elio kabur karena ... karena ... " Bocah ini kembali takut dan gugup.

 

"Kamu itu laki-laki. Harus tegas, Elio. Jangan bicara gugup seperti itu," seru Luna tanpa sadar. Ia terlalu menghayati menjadi penyemangat bocah ini. Juga karena antusias, semua keengganannya pada kekasih Pak Ian terungkap. Elio mengangguk setuju.

 

"Elio kabur karena ... Elio tidak mau papa menikah dengan Tante Naura," kata Elio bisa merampungkan kalimatnya. Ian menarik napas sejenak. Sementara Luna bertepuk tangan pelan. Ia kegirangan dengan pencapaian bocah ini. "Elio mau pulang kalau papa menikah dengan perempuan seperti Tante Luna."

 

Eh?

...______...

Terpopuler

Comments

Sintia Dewi

Sintia Dewi

lah makin runyam/Facepalm/

2024-04-29

0

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

😁😁😁 kaget kan lun nti pak lan pikir km yg mempengaruhi elios..apes kan km lun hehehehe

2023-12-19

1

Tina Caem

Tina Caem

seru ni ceritanya

2023-12-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 Bab. 97
98 Bab. 98
99 Bab. 99
100 Bab. 100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab. 103
104 Bab. 104
105 Bab. 105
106 Bab. 106
107 Bab. 107
108 Bab. 108
109 Bab. 109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab 112
113 Bab. 113
114 Bab. 114
115 Bab. 115
116 Bab. 116
117 Bab. 117
118 Bab. 118
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
Bab. 97
98
Bab. 98
99
Bab. 99
100
Bab. 100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab. 103
104
Bab. 104
105
Bab. 105
106
Bab. 106
107
Bab. 107
108
Bab. 108
109
Bab. 109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab 112
113
Bab. 113
114
Bab. 114
115
Bab. 115
116
Bab. 116
117
Bab. 117
118
Bab. 118

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!