Bab. 11

Ian mengajak Naura pulang ke rumah setelah pulang kerja. Karena perempuan ini lama tidak berjumpa dengan putranya.

 

"Elio belum tidur, Bi?" tanya Ian pada pembantunya.

 

"Belum, Pak. Masih menonton tv dengan Bibi pengasuh," kata perempuan yang sudah menjadi pembantu di rumah ini, lama seraya membungkukkan badan.

 

"Aku ingin melihat anak tampan itu," kata Naura pada Ian. Pria ini mengangguk.

 

"Baiklah. Aku akan ganti baju dulu, lalu kembali ke sini." Ian mempersilakan.

 

"Oke. Aku akan ke tempat Elio.”

 

Mereka berdua berpisah. Ian ke kamarnya. Kemudian Naura menghampiri bocah itu ke kamarnya.

 

Sementara itu di kamar Elio yang luas karena juga di jadikan sebagai tempat bermain, bocah itu tengah menonton kartun kesukaannya. Badannya bergoyang kesenangan melihat tontonan itu. Kemudian sesekali tergelak karena tingkah para kartun itu. Bibi pengasuh yang tahu Naura datang, mempersilakan perempuan ini masuk.

 

"Halo Elio," sapa Naura dengan lembut. Suara Naura tidak bisa mengalihkan perhatian bocah itu dari tv kesukaannya. “Hallllooo ...,” sapa perempuan ini dengan jenaka.

 

Dari sapaan yang kedua ini, Elio baru bisa mendengar suara Naura. Kepalanya menoleh. Mendadak bocah itu menghapus wajah senangnya. Raut wajah itu berubah tegang saat melihat kemunculan Naura.

 

"Bagaimana kabarmu?" tanya Naura seraya menghampiri bocah ini.

 

Elio tampak tidak langsung menjawab. Bocah ini masih di liputi oleh rasa tegang yang tidak bisa hilang. Kartun di tv tidak lagi membuatnya senang.

 

"Kamu tidak lupa sama Tante, kan?" sapa Naura lagi. Mencoba mendekati bocah gondrong ini.

 

Bola mata Elio melihat ke luar kamar. Lalu beredar ke sekitar kamar. Di sana hanya ada bibi pengasuh yang sepertinya barusan muncul.

 

"A-ada apa?" tanya Elio mulai menunjukkan sikap defensif yang kuat. "Kenapa ada di sini?"

 

"Kenapa bertanya seperti itu? Seharusnya kamu menanyakan kabarku." Naura bicara dengan tetap menunjukkan senyumannya. Namun entah mengapa, itu justru membuat suasana di sekitarnya menakutkan. Elio tegang.

 

"B-bagaimana kabarmu?" tanya Elio seakan terpaksa.

 

"Oh, baik. Aku selalu dalam keadaan baik jika bisa datang ke rumah ini," jawab Naura sambil tersenyum menawan. "Bagus. Seharusnya kamu memang bersikap sopan padaku," bisik Naura sedikit mencondongkan tubuhnya pada Elio. Seakan kalimat barusan sebuah ancaman yang di khususkan untuk bocah ini.

 

Elio menunduk sambil menautkan jari-jarinya. Bocah ini ketakutan.

 

"Naura," panggil Ian. Naura dan Elio menoleh.

 

"Ya, sayang ...," sahut Naura seraya menegakkan tubuhnya. Ian masuk ke dalam kamar dan menoleh pada Elio yang duduk di atas karpet evamat dengan warna warni ceria. "Aku sedang bersama Elio," kata Naura seraya menunjukkan kedekatannya dengan Elio dengan mencubit pipi bocah ini gemas.

 

"Kamu sudah menyelesaikan makan malam kamu, Elio?" tanya Ian. Elio diam. Karena ia memang belum makan malam. Sejak tadi ia hanya makan camilan dan minum susu. Ian menoleh pada bibi pengasuh. "Elio belum makan malam, Bi?" Karena Elio diam, Ian perlu bertanya pada bibi pengasuh.

 

"I-iya, Pak. Elio masih ingin nonton tv dulu baru makan malam. Namun Elio sudah mengisi perutnya dengan camilan malamnya tadi." Bibi pengasuh jadi terbata karena takut majikannya marah kalau ketahuan putranya belum makan malam.

 

"Camilan saja tidak baik untuk pertumbuhan Elio. Seharusnya bibi perhatikan dengan benar soal makan Elio ini." Naura mulai bicara dan menyalahkan bibi pengasuh. Padahal Ian belum mengatakan apa-apa soal kebiasaan putranya.

 

"Oh, maaf Nona. Biasanya tuan Elio memang makan camilan terlebih dulu, lalu dia makan malam." Bibi pengasuh bermaksud menjelaskan kalau dia tidak lupa soal makan malam bocah ini. Namun tiba-tiba Naura bicara dengan nada agak tinggi.

 

"Jangan di biasakan seperti itu, Bi. Karena apa? Jika sudah makan camilan, anak kecil biasanya malas untuk makan nasi. Jadi aku rasa bibi harus mengubah kebiasaan itu. Karena kebiasaan itu tidak baik untuk anak seperti Elio yang masih dalam tahap pertumbuhan." Naura menerangkan lagi kesalahan yang sudah di buat oleh bibi pengasuh dengan kalimat yang lebih tegas.

 

Elio mendengarkan itu dengan wajah dan mulut di tekuk.

 

Ian tidak juga mengeluarkan suara untuk menghentikan Naura. Kalimat Naura mungkin tidak salah, tapi kapasitas dia disini kurang tepat untuk memarahi bibi pengasuh. Dia hanya calon nyonya. Hanya ... Ca-lon.

 

"Oh, maafkan saya nona. Akan saya perhatikan lagi soal ini." Bibi menunduk mengaku salah. Beliau tahu bahwa nona ini akan menjadi nyonya rumah. Jadi bibi sadar kata-kata perempuan ini wajib di dengarkan.

 

“Aku yang masih tidak mau makan. Bukan Bibi,” kata Elio membela Bibi pengasuh.

 

“Iya, tapi Bibi seharusnya yang lebih tegas. Benar kan, Ian?” tanya Naura meminta dukungan pria ini.

 

"Bukan, papa yang seharusnya lebih tegas,” kata Ian menyalahkan dirinya sendiri. Naura menghela napas. Tidak menduga Ian akan menyalahkan dirinya sendiri. Elio segera makan malam, Bi," kata Ian masih dengan suara lembut. Sebagai pengasuh putranya yang sudah lama, Ian mengerti. Itu keinginan putranya.

 

"Baik, Pak."

 

"Sebaiknya aku saja yang menemaninya makan," kata Naura mengambil alih. Elio yang tadinya menunduk sambil menautkan jari-jarinya, kini mendongak.

 

"Jangan. Biarkan bibi saja," tolak Ian. Sepertinya Elio akan menolak, jika tidak ada yang membantunya bicara.

 

"Nanti juga aku akan melakukannya, Ian. Jadi biarkan aku memulainya sekarang," pinta Naura sambil menyentuh punggung tangan pria ini. Elio makin tegang mendengar itu.

 

"Tidak. Biarkan bibi saja. Kamu temani aku makan malam saja," tolak Ian.

 

"Oh, Ian. Padahal aku akan melakukannya nanti. Elio butuh perhatian lebih." Naura berwajah perhatian seraya melihat ke arah bocah itu.

 

"Tidak apa-apa. Jika sudah waktunya, kamu akan melakukannya berkali-kali tanpa bisa menolak." Ian mengatakannya dengan senyum tipis.

 

Naura tergelak.

 

"Sekarang temani aku makan malam saja. Aku lapar. Apa kamu tidak lapar?" tawar Ian.

 

"Tidak lapar pun aku akan senang menemani mu makan malam, Ian," kata Naura.

 

"Bibi, segera ambil makan malam untuk Elio," perintah Ian.

 

"Baik, Pak."

 

"Kamu masih bisa main sebentar, tapi makan malam lebih dulu. Karena setelah bermain sebentar, kamu itu harus tidur. Anak kecil harus segera tidur lebih awal, Elio," pesan Ian pada putranya.

 

Elio hanya diam tidak menjawab kata-kata papanya. Ian mendekat dan mencium kening putranya.

 

"Papa tahu Elio anak baik," lanjut Ian. Elio tetap diam.

 

"Ya. Elio anak pintar kesayangannya papa. Juga kesayangan, Tante." Naura ikut menyuarakan rasa sayangnya yang membuat Elio bereaksi marah. Wajah bocah ini tampak tidak senang. Bahkan sorot matanya tajam.

 

Mereka berdua keluar dari kamar. Bibi pengasuh mendekat pada putra majikannya.

 

"Makan malam dulu ya. Kamu tahu, bibi di marahi sama Tante Naura," kata bibi pada Elio.

 

"Bibi jangan mau di marahi Tante itu. Dia bukan siapa-siapa. Jadi sebaiknya bibi tidak perlu mendengarkan dia," kata Elio dengan marah.

 

"Jangan begitu Elio. Tante itu baik kan mau menasehati," kata Bibi.

 

"Tidak. Aku tidak suka. Dia baik atau tidak, aku tidak suka. Aku lebih suka mama ku," bantah Elio. Bibi pengasuh mengelus kepala bocah ini. Paham kalau bocah ini masih menginginkan mamanya sendiri daripada seorang pengganti.

...____...

Terpopuler

Comments

Naraa 🌻

Naraa 🌻

Medusa bgt

2023-12-30

0

Priskha

Priskha

pasti ada sesuatu yg disembunyikan Elio kok smp ketakutan begitu melihat naura

2023-12-10

1

Nova Evita

Nova Evita

kasian elio .... lama" bisa jadi trauma dia.

2023-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 Bab. 97
98 Bab. 98
99 Bab. 99
100 Bab. 100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab. 103
104 Bab. 104
105 Bab. 105
106 Bab. 106
107 Bab. 107
108 Bab. 108
109 Bab. 109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab 112
113 Bab. 113
114 Bab. 114
115 Bab. 115
116 Bab. 116
117 Bab. 117
118 Bab. 118
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
Bab. 97
98
Bab. 98
99
Bab. 99
100
Bab. 100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab. 103
104
Bab. 104
105
Bab. 105
106
Bab. 106
107
Bab. 107
108
Bab. 108
109
Bab. 109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab 112
113
Bab. 113
114
Bab. 114
115
Bab. 115
116
Bab. 116
117
Bab. 117
118
Bab. 118

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!