Suara high heels terdengar berirama. Semua karyawan yang sedang berada di sana menoleh pada perempuan yang sedang berjalan itu. Dia tinggi. Badannya tidak montok, tapi proporsional. Dia Naura. Model terkenal.
Tidak ada yang tidak tahu, tentang dia. Namun ada apa, perempuan itu datang ke perusahaan ini? Itu yang baru di ketahui semuanya.
"Ian ada?" tanya Naura pada Danar saat pria itu di lorong. Sepertinya pria itu baru saja dari ruangan Ian.
"Oh, nona Naura. Sudah pulang dari perjalanan ke luar negeri?” sapa Danar.
“Ya. Fashion week di sana sudah usai.” Wanita ini tersenyum.
“Pak Ian ada di dalam. Masuk saja." Danar kembali ke depan pintu ruangan Ian. Tok, tok. Mengetuk pintu dahulu, setelah Ian mempersilakan, dia membuka pintu untuk perempuan ini.
"Silakan," ujar Danar mempersilakan.
"Terima kasih, Danar." Naura tersenyum. Lalu ia melenggang masuk. "Halo, Ian," sapa Naura dengan senyum menawan.
“Naura.” Ian langsung bangkit dari kursinya. Pria itu mendekat menyambut model cantik itu.
Mereka berpelukan.
"Aku lama tidak bertemu denganmu." Naura merapatkan tubuh untuk melepaskan rindu. Perempuan ini memang sedang mendatangi fashion week di luar negeri.
"Ya. Aku sibuk dengan Elio." Ian pun memeluk perempuan ini dengan erat.
Naura menjauhkan tubuh Ian dan menatapnya.
"Ada apa dengannya? Dia sakit? Bermasalah?" tanya Naura menunjukkan wajah khawatir.
"Ya. Dia menghilang beberapa hari yang lalu," jelas Ian sambil mengangkat alisnya.
"Hilang? Oh, astaga. Aku tidak dengar dengan kabar itu. Maafkan aku." Naura terkejut. Ia menyentuh garis wajah pria ini dengan raut wajah menunjukkan dia benar-benar menyesal tidak menemani pria ini saat bersedih.
“Aku sengaja tidak memberi tahu mu agar kamu tidak cemas.”
"Bagaimana ceritanya, Ian? Kenapa Elio yang lucu itu bisa berpikir untuk menghilang?" Naura tidak habis pikir dengan kejadian ini.
Ian menceritakan sedikit tentang kaburnya Elio.
“ ..., tapi semuanya sudah selesai. Elio sudah kembali ke rumah. Aku harus lebih memperhatikannya sekarang.”
“Tentu sayang. Bukan hanya kamu, tapi kita. Aku dan kamu.” Naura tersenyum hangat. Ian mengecup lembut bibir perempuan ini. “Bisa makan siang sekarang? Aku sengaja kesini untuk mengajakmu makan siang. Setelah kita tidak bertemu seminggu, aku ingin berdua denganmu.”
Ian melihat ke arah komputernya. Karena sempat tidak fokus pada pekerjaan, beberapa pekerjaan sempat terabaikan.
“Namun jika kamu memang tidak bisa, tidak apa-apa. Aku akan memilih makan siang di sini denganmu.” Naura melirik. Ia mencoba memahami soal kepadatan pekerjaan pria ini.
“Tidak apa-apa. Kita berangkat saja makan siang. Aku juga butuh keluar.” Ian setuju.
“Oh kamu setuju? Bagus. Aku tahu kamu pasti setuju.” Naura tersenyum cantik.
“Kamu bisa duduk dulu di sofa. Aku akan membereskan mejaku, lalu kita pergi.”
“Oke.” Naura mendekat ke sofa. Membiarkan Ian membereskan meja.
Tok! Tok!
Ian menoleh ke pintu. Naura juga ikut melihat ke pintu.
“Masuklah!” kata Ian. Pintu terbuka perlahan. Luna terkejut ada seorang wanita di dalam ruang kerja Pak Ian. Tubuh Luna membungkuk sedikit untuk memberi salam dengan sopan. Naura tersenyum. “Ada apa, Luna?”
“Saya bawa proposal pengajuan pesta ulang tahun itu, Pak.”
“Kamu sudah membacanya?”
“Iya. Ada beberapa yang kurang tepat, jadi saya coba beri tanda agar Bapak bisa membacanya ulang,” kata Luna. Naura memperhatikan Luna yang berbicara. Dia tidak begitu mengenal Luna. Namun ponselnya bergetar. Ada seseorang yang meneleponnya. Ia tidak lagi memperhatikan Luna.
“Letakkan di sini. Aku akan keluar dulu untuk makan siang. Setelah itu aku akan membacanya lagi,” kata Ian menunjuk meja.
“Oh, baiklah. Saya letakkan di sini. Terima kasih. Saya permisi, Pak.” Luna berpamitan pada ian dan Naura. Namun karena wanita itu sibuk dengan ponselnya, Luna memilih pergi tanpa menyapanya. Kemudian Luna lenyap di balik pintu.
“Kita berangkat, Naura,” ajak Ian. Namun perempuan ini tidak mendengarkan ajakan Ian. Ia masih terfokus pada ponselnya. “Naura?” panggil Ian.
“Ah, kamu memanggilku?” Naura tersadar.
“Ya.”
“Oh maaf. Manajerku memberitahu jadwal baru. Kita berangkat?” tanya Naura tanpa lupa senyuman di bibirnya. Ian mengangguk. Naura berjalan mendekat dan memeluk lengan ian. “Apa ... kamu akan mengumumkan saat ulang tahun perusahaan ini?” tanya Naura ingin mengorek informasi.
“Ya. Seperti yang sudah kita rencanakan,” kata Ian tersenyum. Naura membalas dengan senyuman manis.
...***...
Kantin perusahaan.
“Eh, ada model cantik itu yah di ruangan Pak Ian?” tanya Karin.
“Model?” tanya Luna tidak paham. Ia menyuapkan makanan ke mulutnya dengan semangat. Ia lapar sekali.
“Iya. Wanita cantik berambut pendek yang modis banget itu.” Karin mendeskripsikan. Kepala Luna mengangguk.
“Dia siapa?” tanya Luna masih tidak tahu.
“Kekasih Pak Ian.”
“Oh, ya? Bukannya Pak Ian punya istri? Kok jadi punya kekasih sih ...”
“Istri Pak Ian sudah meninggal karena sakit. Itu tidak lama. Sepertinya setahun yang lalu.” Karin mengunyah makanan dengan lahap.
“Baru setahun istri meninggal, sudah punya kekasih?”
“Jodoh wasiat,” kata Karin dengan aura penggosip yang kental.
“Apaan?”
“Istri Pak Ian sendiri yang menjodohkan Pak Ian dengan model itu. Sepertinya mereka berteman,” jelas Karin.
“Trus Pak Ian mau, gitu? Kan mending fokus sama anak dulu. Makanya si Elio kabur. Eh ...” Luna keceplosan. Dia segera menutup mulutnya seraya menoleh ke kanan dan kiri.
“Pak Ian sangat mencintai istrinya. Jadi wasiat istrinya di laksanakan begitu saja tanpa membantah.”
“Wow. Biarpun di suruh bunuh diri pun mau?” Ini sebuah sindiran. Bukan pertanyaan. Luna mencibir.
“Mungkin karena istrinya dan model itu berteman, kurang lebih agak mirip. Jadinya bisa saja Pak Ian nyaman juga. Seperti sedang bersama istrinya.” Karin tidak berpikiran negatif. Menurutnya itu wajar. “Di balik sikapnya yang seringkali datar, bisa saja Pak Ian kesepian setelah di tinggal istrinya.”
“Kalau aku juga mirip? Apa dia juga merasa nyaman?”
“Pertanyaan macam apa itu?” Karin tidak setuju.
“Memangnya mirip jadi bikin hati kita tertarik gitu?”
“Kok sewot?” tanya Karin seraya tergelak.
“Yang kembar aja belum tentu sama hatinya. Apalagi yang hanya mirip saja. Ih, pemikiran dari mana itu ...” Mendadak Luna sebal.
“Kamu dendam sama yang ada hubungannya sama kembar ya? Ngomongnya kok begitu ...,” ledek Karin. Luna mendengus. Mantannya memang pria kembar. Dan dia kesal karena tuh laki playboy. Padahal kembarannya tidak. Namun sayangnya, kembarannya tidak cinta sama dia. Luna apes karena dapatnya kembaran lain yang justru sifatnya minus.
“Kamu tahu darimana semua itu? Perasaan yang lain enggak tahu deh kalau Pak Ian punya hubungan khusus dengan model itu,” selidik Luna.
“Ya dari manajer divisi ku dong.”
“Cerita ke kamu semua, gitu?” tanya Luna penasaran. Karena ia tidak percaya.
“Bukan sih.”
“Jadi kamu menguping?” Luna menyadari itu. Karin meringis. Luna terkekeh akhirnya. “Dasar tukang nguping.”
...____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Zarin Mayresa
bagus thor lnjuttt
2023-12-05
0
Praised94
terima kasih 👍
2023-11-02
1
Laksmi Amik
lucu ya luna..keren sampai sini ceritanya 5erus baca ahh
2023-10-26
2