Bocah itu diam. Dia tidak bereaksi banyak. Bola mata bocah itu hanya melihat ke tangan Luna sekilas, lalu mendongak menatap wajah perempuan ini lagi.
“Aku bukan butuh nama kamu, tapi aku butuh pulang. Ayo kita pulang," kata bocah itu mengejutkan. Tanpa bicara lagi, bocah itu melangkah pergi. Seperti hendak pulang. Bocah itu sungguh angkuh. Luna menggeram dan ingin mencakar-cakar wajah imut dan ganteng bocah ini.
Luna yang enggan mengikuti langkah bocah itu, menghentikan langkahnya. Dia biarkan bocah itu berjalan sendiri. Dia tidak mau tahu bocah itu kemana. Dia memilih tidak peduli.
Merasa dirinya tidak di ikuti, bocah itu berhenti. Lalu menoleh ke belakang. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri. Kemudian kembali pada Luna tanpa bicara.
Bibir Luna tersenyum mengerti. Sepertinya bocah ini takut berjalan sendirian.
“Kenapa kembali?” tanya Luna melipat tangan. Luna memasang wajah mencemooh.
“Kenapa tidak jalan di belakangku?” tegur bocah ini tanpa tahu kesalahannya sendiri. Luna menggelengkan kepalanya seraya menipiskan bibir. Sungguh menyebalkan sekali bocah ini. Luna jadi ingin tahu siapa orangtuanya.
Bagai bocah kecil juga, Luna memilih melayani pertanyaan bocah ini. Mereka tengah berdebat.
“Kenapa aku harus jalan di belakangmu? Aku tidak kenal kamu,” jawab Luna santai. Dia tidak ingin di permainkan oleh bocah ini. Raut wajah bocah itu mulai berubah. Yang tadinya tenang, kini mulai was-was. “Jalan saja sana. Toh kamu tidak tahu mau kemana kan? Kamu juga tidak tahu rumahku. Jadi aku akan diam di sini sampai kamu pergi.”
“Tidak. Aku tidak akan pergi. Aku akan ikut denganmu.” Bocah itu mulai menunjukkan kepanikan di wajahnya dengan kentara.
“Aku tidak mau,” jawab Luna tegas. "Kenapa harus pulang ke rumahku? Memangnya kamu enggak punya rumah?" tanya Luna penasaran.
Bocah itu diam sejenak. Sepertinya ada yang di pikirkan. Mungkin juga sedang teringat rumah dan keluarganya. Luna menunggu beberapa detik.
“Punya.” Akhirnya keluar juga jawaban dari mulut anak ini.
“Ya ... Itu. Pulang saja ke rumah mu," tunjuk Luna ke arah jalan besar. Menyuruh bocah ini pulang. "Kalau punya rumah, kenapa harus ikut aku? Bahkan diam-diam berada di mobil yang sama denganku."
“Aku tidak mau pulang," kata bocah itu tegas.
“Ya sudah. Kita duduk saja disini. Sampai kamu mau pulang ke rumah mu.” Luna duduk di pot besar yang berada di pinggir jalan. Bocah itu melipat bibirnya. Dia diam.
Perlahan bocah gondrong ini ikut Luna duduk. Namun karena badannya masih kecil, bocah ini tidak bisa begitu saja duduk. Dia harus berusaha dulu. Luna memperhatikan. Ternyata bocah ini sangat gigih. Hingga akhirnya berhasil duduk juga.
Bukan bocah sembarangan nih. Luna salut. Saat bocah itu melihat ke arahnya, Luna melengos, berpura-pura melihat ke arah lain.
“Tolong, bawa aku ke rumah mu. Mungkin tidak lama. Hanya beberapa hari saja. Mereka akan segera mencariku, kalau aku tidak pulang. Jadi tolong biarkan aku tinggal bersamamu,” pinta bocah ini serius.
Luna membalikkan punggungnya untuk menatap bocah ini. Permohonan bocah ini terdengar menyedihkan.
“Kenapa kamu harus tinggal dengan ku? Aku ini orang asing yang tidak kamu kenal. Kamu tidak takut akan aku cincang dan ku buat sayur sop daging manusia?” tanya Luna mencoba menakuti anak ini.
“K-kamu ... pemangsa daging manusia? K-kamu kanibal?” tanya bocah ini gemetar. Mendengar istilah yang di pakainya, bocah ini kemungkinan pintar. Namun dia tetap bocah.
“Bukan, tapi aku ini orang miskin. Jadi kalau persediaan makanan ku habis, mungkin saja aku akan mencoba memakan daging manusia,” kata Luna asal. “Dan melihatmu yang tinggal denganku, aku bisa mencincang mu tanpa ada orang yang tahu. Bahkan keluargamu.” Luna mengatakannya dengan nuansa horor.
Luna sungguh sadis mengatakan itu. Bocah itu sampai benar-benar gemetaran tidak karuan. Luna sengaja mengatakannya, agar bocah ini tidak memaksa ikut dengannya. Lalu segera memberi tahu siapa dirinya. Hingga dia bisa mengantarkan pulang. Sangat merepotkan kalau harus ada anak kecil di dalam rumah.
Namun, sungguh di luar dugaan. Tangan anak itu mengepal. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan gemetar di tubuhnya menjadi keberanian. Luna jadi berpikir panjang.
Ada apa gerangan dengan bocah ini, hingga memaksa menguatkan diri daripada kabur karena bertemu orang yang suka makan daging manusia?
“T-tidak apa-apa. Tidak apa-apa, a-aku di makan oleh kamu. D-daripada harus tinggal dengannya!” pekik bocah ini menyedihkan. Luna tertegun. Ada gerangan apa dengan bocah ini? "T-tolong. Tolong bawa aku," pinta bocah ini dengan mata berkaca-kaca.
Luna mengerjap melihat itu. Tanpa sadar, perempuan ini segera memeluk bocah yang tengah gemetaran ini. Bocah itu, menangis saat berada dalam pelukan Luna. Ini makin membuat suasana mengharukan. Luna pun mengayun-ayunkan tubuh bocah itu seraya menepuk punggungnya. Berusaha menenangkannya sebisa mungkin.
“Tenang. Tenanglah. Namun kamu boleh menangis sepuasnya jika memang itu membuatmu lega,” bisik Luna di telinga bocah gondrong yang di gendongnya.
...________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Chacha
luna lok nakut²in anak jangan yg sadis² napa lun kacian taukk /Grimace/
2023-11-21
3
Praised94
terima kasih
2023-11-02
0
Laksmi Amik
luna anak kecil itu jngan sadis2 lha wkwk
2023-10-26
2