Karena tadi malam ia harus terbangun berkali-kali karena bocah tengil ini, paginya Luna kesiangan. Ia sangat lelah. Kantung hitam bertengger di bawah matanya. Bibi Muti bersedia menjaga bocah itu selama Luna bekerja. Karena perempuan yang berumur empat puluhan itu tidak punya banyak kegiatan. Dia cukup berkebun di halaman.
Luna membelokkan motornya ke area parkir dengan terburu-buru. Hingga sebuah mobil yang juga baru datang dari arah yang lain mengerem mendadak.
Ckittt!
Suara rem terdengar sangat keras demi menghindari tabrakan. Hingga penumpang yang ada di dalam terantuk bangku mobil depan. Tidak sampai mematikan, tapi lumayan keras.
“M-maafkan saya Pak.” Danar langsung menundukkan kepala meminta maaf pada pria berjambang tipis di bangku belakang. Tidak ada suara protes dari bibir pria itu. Namun Danar tahu bahwa pria yang menjadi CEO perusahaan ini, sedang dalam keadaan hati yang tidak baik karena putranya yang menghilang.
Pria itu membetulkan letak duduknya. Lalu mengusap dahinya
“Siapa barusan itu?” tanya Ian kaku.
“Saya kurang tahu, Pak. Saya akan lihat.” Danar meminta ijin keluar. Setengah menggeram, Danar mencari keberadaan perempuan yang melintas barusan.
Luna sendiri sedang memarkir motor matic-nya yang baru saja keluar dari bengkel. Dia terburu-buru karena waktu untuk check clock terakhir hampir habis. Karena itu bisa mempengaruhi gajinya. Tidak seberapa, tapi lumayan ada keterangan terlambat datang kerja di slip gaji. Bukankah itu akan mendapat nilai minus pada data performa kerja karyawan. Juga akan mendapat omelan dari HRD yang pastinya agak panjang.
“Hei, kamu!” panggil Danar. Namun Luna yang sudah ketakutan terlambat tidak mendengarkan. Luna justru bergerak cepat. “Hei, tunggu!” panggil Danar. Luna sudah melesat jauh. Mengejar waktu check clock yang tinggal 3 menit. “Perempuan ini kenapa sangat berani kabur dari kejaran ku,” desis Danar. Kini ia harus bertanggung jawab pada atasannya karena tidak bisa menemukan orang yang sudah membuat kepala CEO, terantuk bangku kemudi depan.
Danar kembali ke mobil dengan informasi nihil. Menghela napas sebelum sampai di depan pintu mobil.
“Maaf, Pak. Saya tidak bisa tahu itu siapa. Sepertinya dia kabur,” kata Danar sambil menundukkan kepala.
“Aku sudah tahu dia kabur. Aku melihatnya,” kata Ian dengan datar. Ternyata pria memperhatikan sejak tadi. Danar diam. Ia menerima jika atasannya marah. “Kita masuk saja. Karena sebentar lagi kita harus ke kantor polisi lagi.”
“Baik, Pak.” Danar segera masuk ke dalam mobil.
...***...
“Padahal kamu staf keuangan, tapi datang kesiangan. Bagaimana nantinya saat bagian lain melihat kamu seenaknya datang jam segini?” tunjuk HRD ke arah jam dinding di kantornya. Dia marah pada Luna yang telat check clock. Dan kebetulan saat itu pihak HRD sedang ada di luar ruangannya.
“Maaf.” Kepala Luna menunduk.
“Karena ini pertama kalinya, jadi aku bisa mentolerir kesalahan kamu, tapi ingat ... Ini bukan untuk di salah gunakan,” pesan HRD.
“Iya. Terima kasih.” Setelah itu Luna berjalan menuju ke ruangannya dengan tatapan sekuriti yang tahu dia terlambat.
“Dimarahi, Lun?” tegur Rafa pelan dengan sorot mata meledek.
“Diam,” desis Luna. Rafa terkekeh pelan.
“Selamat pagi, Pak.” Rafa langsung bersikap sempurna. Lalu membungkuk memberi hormat. Ternyata itu Ian dan Danar orang kepercayaannya. Luna yang sudah kena marah karena telat, masih tidak peduli dengan yang lain. Dia segera masuk ke dalam ruang keuangan dengan cepat saat Ia dan Danar masuk ke ruangan HRD.
“Eh, barusan ketemu sama pangeran ya?” tanya Karin yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
“Pangeran?” tanya Luna bingung. Ia meletakkan tasnya di meja. Lalu mencari-cari kunci loker yang di sediakan untuk setiap karyawan. “Siapa?”
“Pak Ian," jawab Karin.
“Pak Ian? Memang ada Pak Ian tadi?” tanya Luna yang belum ngeh kalau pria itu tadi berada di belakangnya.
“Ada. Bukannya dia ada di belakang sama Danar,” kata Karin. “Hei! Kamu terlambat ya?” tanya Karin saat melihat semua perlengkapan Luna masih di meja. Belum di letakkan di dalam loker. Dia Baru sadar situasi kawannya ini.
“Iya nih."
“Tumben. Ngapain aja sampai terlambat? Kencan sampai dini hari ya? Makanya pagi ngantuk berat dan itu bikin kamu terlambat,” goda Karin membuat Luna mendelik.
“Tutup mulutmu. Itu penghinaan karena kamu tahu aku adalah jomlo,” desis Luna geram. Karin terkekeh. Setelah menemukan kunci loker, perempuan ini keluar ruangan untuk memasukkan tas kerja ke dalam loker. Lalu kembali ke ruangan. Karin melihat Luna yang berjalan ke mejanya.
“Ini pengajuan dana untuk acara jalan santai ulang tahun perusahaan,” kata Karin menunjukkan beberapa lembar perincian dana. Luna membaca dan membolak-balik lembaran itu sebentar.
..._____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Nurhartiningsih
msh menyimak
2023-11-11
0
galaxi
dasar loe karin...jangan menghina dong...udh tau luna jomblo abadi mana ada kencan😂😂😂😂😂😂
2023-11-06
3
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-05-06
2