Di parkiran, Tasya dan Nisa segera berjalan menuju mobil Nadine yang terparkir di sudut parkiran tersebut.
"Kenapa Nadine lama sekali?" tanya Tasya menoleh ke arah Nisa.
"Entahlah, aku juga tidak tau. Tunggu, aku akan menghubunginya." ujar Nisa merogoh isi tasnya mencari-cari ponselnya. Saat hendak menelpon Nadine, tiba-tiba Nisa membatalkan niatnya.
"Syaa, itu Nadine." ujar Nisa menunjuk ke arah Nadine yang melangkahkan kakinya menghampiri mereka, bersama seorang pria yang belum terlalu jelas wajahnya karena ditutupi sedikit topi yang dipakainya. Tasya menyipitkan matanya memperhatikan pria yang berjalan menghampiri mereka.
"Kak Vano." ucap Tasya saat melihat pria yang berjalan bersama sahabatnya itu ternyata Vano.
"Kau kenal dengannya?" tanya Nadine yang baru saja menghampiri Tasya dan juga Nisa.
"Iya, dia teman basket kak Ryo."
"Oh benarkah?, Syaa ini pria yang sering kuceritakan padamu, dia sudah menjadi kekasihku sekarang." ujar Nadine tersenyum malu dan melingkarkan tangannya ke pinggang Vano.
"Oh, jadi pria yang selama ini kau ceritakan ternyata kak Vano." ujarnya tersenyum ke arah Vano, Vano membalas senyuman Tasya.
"Senang bertemu denganmu lagi Syaa."
"Ayo buruan." pinta Nisa. Lalu mereka bergegas masuk ke dalam mobil, sesaat kemudian Vano melajukan mobil Nadine yang di kemudikan olehnya.
"Kita mau kemana?" tanya Vano melirik ke arah Nadine yang duduk di sampingnya.
"Ke mall R."
"Oke baiklah."
"Nad, sejak kapan kau jadian dengan kak Vano." tanya Tasya.
"Baru dua bulan kok." jawabnya
"Sudah selama itu, kenapa kau tidak memberitahu kami?" tanya Nisa mengerucutkan bibirnya. Karena ia juga baru tahu jika sahabatnya itu berhasil menakhlukan hati pria idolanya yang dibangga-banggakannya sejak dulu.
"Aku ingin merahasiakannya dulu dari kalian." ucapnya menundukkan pandangannya.
"Hm, kenapa harus dirahasiakan? inikan kabara gembira. Kan Syaa?" Nisa menoleh ke arah Tasya meminta persetujuan.
"Benar tuh, Nis." jawab Tasya
"Ya iya, emang Benar."
"Apa kakak tahu, Nadine menyimpan begitu banyak foto-foto kakak di kamarnya." ujar Nisa lagi.
"Benarkah? aku baru tahu." jawab Vano menoleh ke arah Nadine sambil tersenyum tipis.
"Diamlah Nisa." celetuk Nadine menatap Nisa tajam, seketika Nisa menutup mulutnya rapat menggunakan kedua telapak tangannya.
"Kenapa kak Vano tidak mengajak Nadine saat tournament kemarin?" tanya Tasya.
"Aku sudah mengajaknya tapi Nadine tidak mau, katanya malu jika bertemu teman-temanku." jawab Vano masih fokus dengan kemudinya.
"Oh, Nad lain kali ikutlah, ada aku juga di sana." ujar Tasya. Nadine hanya menganggukan kepalanya.
30 menit kemudian, mereka sudah tiba di depan mall, Tasya dan Nisa segera masuk ke dalam mall sedangkan Nadine dan Vano masih mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.
"Syaa, kita makan dulu ya." ujar Nisa menarik tangan Tasya.
"Makan dimana?"
"Makan seafood aja di lantai atas." pintanya lalu mereka menaiki ekskalator untuk naik di lantai tertinggi mall itu.
"Nis jangan menarik-narik tanganku" pinta Tasya lalu Nisa melepaskan tangan Tasya kasar. Tasya yang tiba-tiba di lepaskan tanganya, tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Brukk
Tasya menabrak seorang pria bertubuh tinggi dan berbadan kekar yang di baluti setelan jas berwarna hitam itu, sehingga berkas-berkas yang dibawa pria itu berhamburan ke lantai. Nisa begitu terkesiap, ia tidak bermaksud melepas tangan Tasya kasar, ia kira Tasya bisa menyeimbangkan tubuhnya namun semua terjadi di luar dugaannya.
"Ma-maaf." ucap Tasya lalu berjongkok membantu mengumpulkan berkas-berkas pria itu. Namun pria itu menepis tangan Tasya kasar.
"Jangan menyentuh barang-barangku." ketusnya menatap Tasya kesal lalu kembali memunguti berkas-berkasnya. Tasya menghembuskan napas kasar.
Baru kali ini Tasya bertemu dengan manusia seaneh ini? Mana ada manusia yang menolak bantuan orang lain?.
"Ya sudah kalau tidak mau kubantu." Tasya beranjak berdiri lalu memanggil Nisa untuk segera pergi dari sana.
"Syaa, maafkan aku. Aku tidak sengaja, sungguh!" ujarnya dengan wajah memelas.
"Iya nggak apa-apa." jawabnya lalu melangkahkan kaki mereka menuju cafe seafood yang tinggal beberapa langkah lagi. Tasya memandangi sekeliling cafe itu, ia mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk di tempati.
"Nis, kita duduk di sana saja." Tasya menunjuk ke arah meja yang berada di sudut cafe itu.
"Baiklah ayo." ajak Nisa. Lalu mereka melangkahkan kakinya menuju tempat yang sudah di pilih Tasya tadi.
"Nis, kok Nadine dan Kak Vano belum datang juga ya." ujar Tasya yang sudah mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Astagaa, Syaa. Aku lupa memberitahu mereka kalau kita kesini." Nisa menepuk jidatnya lalu merogoh tasnya mengambil ponsel.
"Segera hubungi Nadine dan katakan kita ada di sini."
"Baiklah." ucap Nisa lalu mengotak-atik ponselnya untuk menelfon sahabatnya itu.
"Hallo Nad, kami di lantai 3 mall. Di cafe seafood."
"Baiklah kami akan segera ke sana." ujar Nadine di seberang sana. Lalu Nisa memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Syaa kenapa kau tidak mengundangku di hari wisuda Kak Ryo?" tanya Nisa menatap Tasya.
"Em, Ma-maaf. Akhir-akhir ini aku sangat sibuk, pikiranku begitu terganggu jadi aku tidak kepikiran untuk mengundangmu dan juga Nadine."
"Apa yang kau pikirkan?"
"Entahlah, aku begitu sangat lelah dengan pikiran-pikiranku."
"Seperti kau butuh refresing Syaa, kepantai atau kepuncak mungkin." ujarnya
"Entah, aku tidak memikirkan itu."
"Kau tidak memesan makanan?" tanya Tasya.
"Tunggu Nadine saja dulu."
"Baiklah. Nis, aku ke toilet dulu ya." ujar Tasya lalu beranjak berdiri meninggalkan sahabatnya itu.
Tasya melangkahkan kakinya dengan terburu-buru karena ia tidak tahan lagi ingin segera membuang air kecil.
Brukk
Tasya menabrak seorang waiters yang membawa nampan berisi gelas yang terisi jus, namun sialnya gelas berisi jus buah itu malah menumpahi pria yang tengah duduk di samping Tasya berdiri. Pria itu berdecak kesal, jasnya terlihat basah, seketika ia langsung berdiri.
"Maaf tuan." ucap waiters tersebut. Pria itu tidak menghiraukan waiters itu ia malah mentap Tasya kesal.
"Kau lagi." ketusnya. Seketika Tasya mendongakan kepalanya menatap pria tinggi yang berdiri di hadapannya itu. Tasya membulatkan matanya terkejut. Kenapa dia berurusan dengan Pria aneh ini lagi?
"Maaf, aku tidak sengaja." ujar Tasya menundukan pandangannya.
"Kau harus mengganti kerugianku gara-gara kau jasku menjadi basah, mana mungkin aku menemui klien pentingku dengan pakaian basah begini."
"Maaf."
"Kau pikir dengan kata maaf bisa mengeringkan bajuku"
"Aku akan mengganti kerugianmu" ujar Tasya
"Hahah, memangnya berapa uang yang kau miliki? Dilihat dari penampilanmu sepertinya kau tidak memiliki uang" ujarnya mengejek seraya menatap Tasya seksama.
Tasya langsung mendongkan wajahnya menatap pria itu dengan tatalan kesal, "Berapa yang kau mau 2 juta, 5 juta atau 10 juta?" ketusnya.
"Bahkan harga rumahmu saja tidak cukup untuk membayar kerugianku."
Plaakkk
Tasya menampar pria di depannya itu, ia begitu sangat kesal. Kenapa pria aneh ini sangat sombong bahkan merendahkan orang lain.
"Syaa." panggil Nisa yang baru saja menghampiri Tasya.
"Kenapa kau menamparnya?" tanya Nisa menatap sahabatnya bingung. Baru kali ini ia melihat Tasya melakukan perbuatan kasar apalagi dengan seorang pria yang tidak di kenalnya.
"Dia sangat keterlaluan." katanya menoleh ke arah Nisa.
"Tapi kau tidak harus menamparnya."
"Biarkan saja biar dia tahu rasa dan berpikir dulu sebelum berbicara. Jangan asala bicara saja." ketusnya menatap pria itu kesal. Namun pria yang ditatapnya itu tak menujukkan rasa sakit karena tamparan Tasya, ia hanya menatap Tasya dingin.
"Ayo kita pergi." ujar Tasya lalu menarik tangan Nisa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Arta Boru Siregar
adegan tabrakan, gk heran lagi aku,,wkwkwk,,,
2022-08-25
0
Risya
jo
pria yg kamu 'plaakkk' td jodoh kamu tuh tasya 🤭
2021-09-21
0
Sri Yudaningsih
kenapa tabrakan melulu sih?
2021-09-20
0