Jodoh Pilihan Ayah
Tasya mendudukkan tubuhnya di kursi taman yang berada di depan kelasnya, sesekali Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenapa kak Ryo belum menjemputku juga?" gumamnya. Lalu mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya hendak menelpon seseorang namun diurungkannya saat laki-laki yang di tungguinya sedari tadi sudah berdiri di hadapannya.
"Sayang, maaf ya. Tadi agak macet jadi aku telat menjemputmu." ucap Ryo mendudukkan tubuhnya di samping Tasya
Ryo Wijaya adalah kakak senior Tasya di Universitas H kebetulan mereka satu jurusan. Rio memiliki postur tubuh yang tinggi dan wajah yang tampan sehingga banyak wanita yang ingin menjadikannya kekasih bahkan ada dari jurusan lain yang juga sangat tergila-gila dengannya apalagi Ryo seorang pemain basket yang handal sehingga banyak wanita yang menggemarinya.
"Oh, tidak apa-apa kok kak." Tasya tersenyum lalu beranjak berdiri
"Ayo." ajaknya lalu mengenggam tangan Ryo
Setelah tiba di parkiran, mereka berjalan menuju tempat dimana motor Ryo di parkir, setelah itu Ryo memasangkan helm di kepala Tasya.
"Makasih kak."
"Mau langsung pulang atau kita jalan-jalan aja dulu?"
"Hm, terserah kakak saja." ujarnya lalu mendudukan tubuhnya di atas motor, kemudian Ryo melajukan motornya dengan kecepatan sedang merekapun meninggalkan parkiran kampus.
"Sayang, kita ke mall saja ya." ujar Ryo sedikit mengeraskan suaranya
"Baiklah terserah kakak saja." jawabnya lalu Tasya mengeratkan pelukannya.
Sekitar tiga puluh menit merekapun tiba di salah satu mall terkenal yang ada di kota itu, Ryo memarkirkan motornya di lantai dua, kebetulan tempat parkir motor berada di lantai dua mall. Ryo membantu Tasya melepaskan helmnya kemudian Ryo merekatkan tangannya di sela-sela jemari Tasya lalu melangkahkan kaki mereka memasuki mall.
"Sayang, kita makan dulu ya kamu pasti lapar." ujar Ryo dan berjalan menuju cafe seafood yang ada di mall itu, Tasya mengikuti langkah kekasihnya. Setelah tiba di cafe, Ryo mencari tempat dan mereka memilih duduk di sudut cafe yang terlihat begitu lengang. Ryo menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Tasya untuk duduk.
"Duduklah." Tasya hanya menganggukan kepalanya kemudian ia mendudukan tubuhnya di kursi yang telah disiapkan Ryo untuknya, Ryo juga ikut mendudukan tubuhnya di kursi tepat berada di hadapan Tasya.
"Sayang, minggu depan aku akan wisuda apa sebaiknya kita langsung berbelanja pakaian?" tanya Ryo menatap Tasya yang sedari tadi hanya terdiam dan menatap kesembarang arah, merasa tidak ada jawaban, Ryo memegang tangan Tasya yang berada di atas meja.
"Sayang!" panggilnya. Merasa tangannya di sentuh Tasya langsung membuyarkan lamunannya.
"Eh iya ada apa kak?" tanya Tasya bingung, Ryo menatap Tasya sambil mengerutkan dahinya.
"Apa yang kau pikirkan?" tatapan Ryo penuh selidik, apa yang di pikirkan Tasya?
"Eh ti-tidak ada kak." Tasya memalingkan wajahnya takut jika ketahuan sedang berbohong.
"Oh iya baiklah, kalau ada sesuatu ceritalah kepadaku." ucap Ryo sambil mengusap-usap punggung tangan Tasya. Tak berselang lama seorang waiters datang menghampiri mereka lalu menyodorkan buku menu.
"Sayang, kau mau makan apa?" Rio mulai membuka lembaran buku menu yang diambilnya dari waiters tadi.
"Terserah kakak saja." jawabnya. Mendengar jawaban Tasya, Ryo menghela napas panjang. Ada apa dengan Tasya hari ini? Kenapa dia begitu enggan berbicara dan bahkan sedari tadi jawabannya hanya terserah.
"Baiklah aku memesan 2 porsi udang balado dan kentang goreng, minumnya jus jeruk." ujar Ryo kepada waiters tersebut.
"Baik tuan." jawabnya. Lalu meninggalkan meja yang di tempati Ryo dan Tasya.
"Apa aku ceritakan saja tentang perjodohan itu, tapi aku tidak mau putus sama kak Ryo."
"Hm, nanti saja baru kuceritakan." gumam Tasya dalam hati.
"Sayang, besok ada pertandingan basket, apa kau mau ikut denganku?" tanya Ryo membuka obrolan dan meletakan ponselnya di atas meja.
"Jam berapa pertandingannya kak?"
"Jam 4 sore, apa kau kuliah sore besok?"
"Tidak ada kuliah kok besok sore, aku akan ikut denganmu." jawabnya sambil tersenyum
"Baiklah." Ryo tersenyum senang akhirnya Tasya bisa diajak pergi biasanya wanita itu sangat sulit untuk di ajak kemana-mana.
Beberapa saat kemudian, seorang waiters membawa nampan berisi makanan yang telah dipesan oleh Ryo tadi. Lalu waiters tersebut memindahkan makanan yang ada di nampan ke atas meja.
"Selamat menikmati." ucap waiters tersebut lembut seraya tersenyum ramah.
"Makasih mba." Tasya menjawab seraya tersenyum kearah waiters tersebut.
"Makanlah!" ujar Ryo lalu mengambil sendok dan mulai menyantap makanannya. Sesekali ia melirik ke arah Tasya.
"Syaa." panggilnya.
"Hm." jawab Tasya menolehkan kepalanya ke arah Ryo.
"Kenapa tidak dimakan makanannya?" Ryo mengerutkan dahinya, melihat Tasya yang begitu enggan untuk menyentuh makanannya.
"Eh iya, ini kak baru mau dimakan." Tasya tersenyum lebar lalu mengambil sendok dan mulai menyantap makanannya itu
"Habis makan kita belanja ya sekalian beli baju untuk acara wisudaku nanti."
"Baik kak."
*
Seusai menghabiskan makan mereka, Ryo mengajak Tasya menuju boutique yang berada di mall tersebut.
"Pililah baju yang kau suka, nanti aku yang akan membayarnya." Ryo mendudukan tubuhnya di kursi yang ada di dalam boutique.
"Ta-tapi kak, aku tidak enak. Aku bisa membayarnya sendiri kok."
"Sayang, kita sudah pacaran hampir dua tahun. Kenapa kau masih sering menolak pemberianku?" pinta Ryo beranjak berdiri lalu ia mengusap-usap puncak kepala Tasya.
"Tapi aku takut dibilang matre, cuma ngejar-ngejar hartamu saja." ucap Tasya menundukan kepalanya. Ya perkataan itu sangat benar adanya, karena ia sering kali mendengar perkataan itu keluar dari mulut ibu dari kekasihnya.
"Huh, siapa yang bilang kau matre? lagian aku yang menyuruhmu bukan kau yang memintanya." Ryo kembali mendudukan tubuhnya di kursi
"Kak Ryo tidak ikut mencari pakaian?" tanya Tasya yang masih berdiri mematung.
"Kau carilah dulu aku masih ingin beristirahat."
"Baiklah." Tasya mulai memilih-milih baju yang berada di boutique itu.
Setelah memilih baju untuk dirinya kemudian Tasya memilihkan Ryo baju juga. Mereka memilih baju couple batik berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam.
"Syaa, ayo kita pulang aku ada urusan lain." panggil Ryo yang baru saja menghampiri Tasya. Tasya menganggukan kepalanya lalu mereka menuju meja kasir untuk membayar pakaian mereka. Kemudian Ryo menggenggam tangan Tasya melangkahkan kakinya keluar dari boutique itu.
"Syaa maaf ya, kita tidak bisa nonton dulu. Soalnya mommy menyuruhku pulang."
"Iya, tidak apa-apa." jawabnya lalu mereka berjalan menuju parkiran.
45 menit kemudian
Tasya tiba di kosnya yang masih berada di area lingkungan kampus diantar oleh Ryo tentunya.
"Sayang, maaf ya." ucap Ryo membantu melepas helm yang Tasya pakai.
"Tidak apa-apa kak." senyumam yang mengembang lebar di bibir Tasya semakin Ryo merasa tidak enak hati.
Ryo mengusap-usap kepala Tasya kemudian berkata "Besok selesai kuliah aku jemput ya."
"Baiklah, sampai jumpa." Tasya tersenyum lebar. Kemudian Ryo melajukan motornya meninggalkan Tasya yang masih berdiri mematung.
Setelah Ryo tak dilihatnya lagi Tasya bergegas masuk ke dalam kamar kosnya, kemudian melempar tasnya ke sembarang arah dan mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering namun ia sengaja tak mengangkatnya karena ia tahu siapa yang menelponnya hingga berkali-kali. Tasya menghembuskan napas kasar kemudian merebahkan tubuhnya di kasur lantai lalu menjawab telpon dari ayahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
VERALI
Mampirr
2023-03-10
0
Yaya
mampir
2023-03-08
0
Makray
Salam kenal thor,
nanti aku mampir lagi ya
2023-02-17
0