Setelah sampai di depan kosnya, Tasya menyodorkan helm yang baru dibukanya tadi pada Ryo lalu Ryo segera pamit kepada Tasya.
"Syaa, aku pulang dulu ya." ujarnya mengelus
puncak kepala Tasya.
"Iya, hati-hati kak." jawabnya. Lalu Ryo melajukan motornya, setelah Ryo menghilang dari pandangannya, Tasya segera masuk ke dalam kamar kosnya itu.
Tasya menyimpan tasnya di atas kasur kemudian berlalu menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu Tasya mengambil ponselnya yang berada di dalam tas dan membuka locksreen ponselnya itu, dilihatnya 1 pesan masuk dari ayahnya.
"Syaa, apa calon suamimu sudah mengirimu pesan atau menghubungimu?"
Tasya mengerutkan dahinya, lalu membalas pesan ayahnya itu.
"Belum pa, tidak ada yang menghubungiku atau mengirimiku pesan."
Tasya hendak menaruh ponselnya dan bergegas tidur namun diurungkannya saat ponselnya berdering tanda panggilan telepon. Lalu Tasya segera mengangkat panggilan itu dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"Syaa apa Rey sudah menghubungimu?" tanya Ayah saat Tasya sudah mengangkat teleponnya.
"Rey siapa?" tanyanya mengernyitkan dahinya.
"Calon suamimu Syaa."
"Oh jadi nama calon suami Tasya, Rey pa?"
Tasya berdecak kesal. Bahkan nama calon suaminya saja ia tidak tau bagaimana nantinya mereka menikah. Entahlah apa yang akan terjadi dengan rumah tangganya nanti.
"Iya Syaa, apa dia sudah menghubungimu atau mengirimimu pesan?"
"Belum pa." jawabnya dengan malas. Lalu ia berpikir sejenak seraya mengingat-ingat nomor baru yang mengiriminya pesan atau panggilan tak terjawab, "Apa nomor tak di kenal yang mengirimkanku pesan tadi kak Rey? kalau itu benar kak Rey, kenapa dia tidak sopan sekali" gumamya. Belum menikah saja ia sudah menyuruh dan mengancamnya apalagi menikah nanti, mungkin Tasya akan dijadikannya pembantu. Memikirkannya saja membuat Tasya tidak sanggup.
"Syaa, kau dengar suara papa?" tanyanya. Seketika Tasya membuyarkan lamunannya
"Eh, i-iya pa"
"Papa akan menelpon om Vino, biar om Vino menyuruh Rey untuk segera menelponmu"
"Baik pa"
"Nanti papa akan menghubungimu lagi"
"Iya pa" ujarnya. Lalu Haris memutuskan panggilan telfonnya.
***
"Reey" panggi Om Vino saat Rey hendak masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa pa?" tanya Rey menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah papanya itu.
"Kau belum menghubungi calon istrimu?"
"Sudah pa." jawabnya dengan malas.
"Kenapa Haris bilang kalau kau belum menghubungi anaknya."
"Sudah pa, mungkin om Haris saja yang salah." ujarnya lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.
"Reeyyy." bentak papa. Seketika Rey menghentikan langkahnya dan langsung menoleh ke arah papanya itu.
"Ada apa lagi pa?"
"Hubungi dia lagi, dan katakan jika kalian akan bertemu besok dan membicaran pernikahan kalian yang akan dillaksanakan minggu depan."
"Pa, kenapa minggu depan? itu terlalu cepat bahkan namanya saja aku tidak tahu."
"Reyy cepat ambil ponselmu dan hubungi dia di depan papa. Papa ingin memastikannya."
"Huh, baiklah." Reyhans segera melangkahkan kakinya mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga tempat papanya menunggunya.
Rey mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di samping ayahnya, lalu ia mengotak-atik ponselnya mencari nama kontak calon istrinya itu. Entah nama apa yang dituliskannya pada nomor kontak Tasya. Lalu Rey segera mengubungi calon istrinya, pada panggilan pertama dan kedua Tasya tidak mengangkat telponnya. Rey begitu kesal sebenarnya ia sangat malas menghubungi Tasya tapi karena papanya ia kembali menghubungi Tasya, dalam deringan ke tiga Tasya sudah mengangkat telponnya.
"Hallo dengan siapa?" tanya Tasya dengan suara khas bangun tidur. Sepertinya ia sudah tertidur tadi.
"Aku" jawabnya dingin.
"Aku siapa? Apa kau tidak memilki nama? jika tidak berarti kau salah sambung. Dasar mengganggu tidur orang saja." gerutunya dengan nada meninggi. Rey menjauhkan ponselnya dari telingnya. "Berani sekali dia membentaku, bahkan mengoceh tidak jelas, awas saja nanti." gumamnya dalam hati.
"Aku Rey."
"Rey siapa? aku tidak mengenal yang namanya Rey bahkan teman-temanku tidak ada yang bernama Rey." tuturnya tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Rey menghembuskan napas kasar lalu berkata "Aku Rey anak om Vino, yang dijodohkannya denganmu" seru Rey kesal.
"Ka-ak Rey anak om Vino?" tanyanya, Tasya membulatkan matanya tidak percaya, kini ia sudah tersadar dari tidurnya. Salah siapa menelpon orang belum sutuhnya tersadar dari alam mimpi
"Hallo Syaa." sapa om Vino mengambil alih ponsel Rey.
"Eh, Ha-hallo om."
"Syaa, besok kau akan bertemu dengan Rey. Kata Rey dia sudah mengirimu pesan dan memberitahumu tempat kalian akan bertemu." ucap om Vino seketika
Tasya semakin membulatkan matanya. Jadi benar yang mengiriminya pesan itu Rey calon suaminya.
"Eh, i-iya sudah om."
"Baiklah, lanjutkan tidurmu. Maaf sudah menganggu."
"T-tidak om, tidak menganggu kok."
"Baiklah, kau mau berbicara dengan Rey lagi."
"Tidak!" jawabnya spontan. Om Vino hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Baiklah, om matikan dulu ya telponnya."
"Baik om." jawabnya. Lalu om Vino memutuskan sambungan telfonnya dan menyodorkan ponsel itu pada Rey.
"Perlakukan dia dengan baik." pinta Om Vino setelab menyerakan kembali ponsel itu kepada Rey, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Rey menghela napas seraya melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Keesokan harinya
"Pa, aku pamit pulang dulu ya." ujar Rey yang sudah berpakaian rapi dengan kemeja berwarna maroon dan setelan jas berwarna hitam.
"Kau tidak sarapan dulu?"
"Tidak pa, aku buru-buru nanti aku ketinggalan pesawat."
"Bukankah kau pemilik pesawat itu?"
"I-iya pa tapi aku ada meeting dengan klienku jadi aku harus segera kembali."
"Baiklah hati-hati, sampaikan salam papa kepada adikmu itu."
"Baik pa, aku pamit dulu." ujar Rey lalu menyalami dan mencium punggung tangan pria paru baya itu.
"Suruh sopir papa untuk mengantarmu ke bandara."
"Tidak usah pa, Rey sudah memesan taksi."
"Oh baiklah, hati-hati nak. Jangan lupa temui calon istrimu." ujar om Vino sebelum Rey benar-benar meninggalkan meja makan.
***
Tasya segera menguci kamar kosnya itu dengan tergesah-gesah karena ia sudah hampir terlambat ke kampus. Lalu ia mendudukan tubuhnya di atas motor ojek online yang sudah di pesannya tadi.
Setelah tiba di parkiran jurusannya, Tasya segera memberikan uang kepada ojol tersebut. Lalu melangkahkan kakinya
"Mba kembaliannya."
"Ambil saja." jawab Tasya tanpa menoleh.
*
"Syaa kenapa buru-buru?" tanya Nisa saat melihat Tasya yang baru saja mendudukan tubuhnya di kursi tepat di sampingnya.
"Aku takut terlambat." ujarnya sambil mengatur napasnya. Nisa hanya menggeleng kepala.
"Syaa kau tidak lihat ini sudah jam berapa?" tanya Nisa lalu Tasya segera memperhatikan jam di tangannya.
"Astagaa Nis, aku terlambat satu jam." tuturnya dengan wajah terkejut.
"Aaghhtt, kenapa aku bangun terlambat sih. Pasti gara-gara laki-laki itu." gumamnya.
"Laki-laki siapa?" tanya Nisa heran.
"Bukan siapa-siapa"
"Apa ibu Tina masuk?" tanyanya menatap Nisa.
"Tidak, kata keting Bu Tina sedang mengikuti seminar."
"Syukurlah, berarti kita tinggal tunggu kuliah jam 2?"
"Iya, apa kau tidak ke mall dulu." tanya Nisa yang sudah berdiri dari duduknya
"Kau mau pergi bersama siapa?"
"Bersama Nadine."
"Oh, dimana dia?" tanya Tasya memperhatikan sekelilingnya, mencari sahabatnya itu.
"Ke toilet, bentar lagi datang kok."
"Baiklah aku akan ikut dengan kalian lagian ini baru jam setengah 10 masih ada waktu 4 jam lagi"
"Ayo kita tunggu di parkiran saja." ujarnya. Tasya mengiyakan, lalu mereka berlalu dari sana menuju parkiran.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Haila Bsisb
maaf Bari kasih like
2025-01-20
0
Yustina Rini
Like
2021-08-06
1
Ani
Kykx yg pux perusaha'an RR group itu aflah calon suamix si Tasya deh aliss si Reyhan itu
2021-02-01
1