Setelah round pertama selesai, Ryo menghampiri Tasya yang masih duduk di tempatnya tadi dengan setia.
"Syaa kau masih betah?" tanya Ryo yang mendudukan tubuhnya di samping Tasya.
"Masih kok." jawabnya tersenyum lalu menyodorkan botol kemasan dan juga handuk kecil kepada Ryo.
"Makasih." Ryo segera membuka tutup botol itu dan meneguk habis isi di dalamnya.
"Pelan-pelan sayang." ujar Tasya. Seketika Ryo langsung tersedak.
"Uhukk..Uhukk."
"Kak, kau baik-baik saja?" tanya Tasya menatap Ryo khawatir, Ryo tersenyum bahagia ini pertama kalinya Tasya memanggilnya sayang setelah sekian lama ia menunggu panggilan itu keluar dari bibir manis Tasya.
"Kau memanggilku apa tadi?" tanyanya menatap wajah cantik kekasihnya itu. Seketika wajah Tasya memerah ia juga tidak sadar dengan apa yang diucapkannya barusan.
"Ehm, memanggil apa?"
"Kau tadi memanggilku sayang kan?" tanya Ryo memastikan.
"Em, nggak." sangkalnya.
"Masa sih, kenapa wajahmu jadi memerah?" tanyanya saat melihat wajah Tasya yang sudah memerah sejak tadi karena tersipu malu. Tasya hanya menundukkan pandangannya, ia malu menatap wajah Ryo.
"Ryo, cepatlah. 5 menit lagi round 2nya akan segera dimulai." ujar Vano sedikit mengeraskan suaranya. Namun Ryo tak menghiraukan ucapan temannya itu ia masih fokus memandang wajah Tasya. Lalu ia mengeringkan keringat di wajahnya menggunakan handuk yang diberikan Tasya padanya tadi.
"Syaa, aku main dulu lagi ya." ujar Ryo beranjak berdiri. Lalu Tasya mengangkat kepalanya dan memandang wajah Ryo. kemudian ia menganggukkan kepalanya.
"Teruslah memanggilku dengan panggilan sayang." ujarnya sebelum meninggalkan Tasya.
***
Setelah selesai bertanding dan dimenangkan oleh tim Ryo, Ryo begitu bahagia ia langsung berlari dan memeluk Tasya erat.
"Syaa, aku menang." ujarnya lalu melepas pelukannya.
"Bukannya kakak selalu menang?" tanya Tasya bingung dengan tingkah kekasihnya yang tidak biasa itu.
"Ini beda Syaa, aku menang karena kau memanggilku dengan panggilan sayang tadi." ujarnya tersenyum lebar.
"Astaga." decaknya.
"Teruslah memanggilku dengan panggilan sayang biar aku selalu semangat setiap harinya." Ryo mengacak-ngacak rambut Tasya gemas.
"Ryo, sebentar malam ditunggu ya traktirnya" ujar Zayn menghampiri dan mengucapkan ucapan selamat pada Ryo.
"Baiklah, di cafe biasa aja."
"Terserah kau saja." ujar Zayn memukul pelan pundak Ryo.
"Jangan lupa panggil teman-teman yang lainnya, aku langsung pamit pulang." pinta Ryo lalu menggenggam tangan Tasya erat dan mengajaknya menuju parkiran.
"Syaa, kau mau ikutkan sebentar malam?" tanyanya saat sudah menaiki motornya.
"Ehm---."
"Nggak boleh ada penolakan, kau harus ikut" pintanya lalu membantu Tasya memakai helm.
"Baiklah." Ryo melajuan motornya menuju kosan Tasya, setibanya Tasya langsung turun dari motor dan menyodorkan helm yang dipakainya tadi kepada Ryo.
"Aku akan menjemputmu jam 8 malam, jadi bersiap-siaplah." ujar Ryo lalu mengambil helm yang di sodorkan Tasya padanya.
"Baiklah."
"Aku pulang dulu ya." pamitnya sambil mengusap puncak kepala Tasya.
"Hati-hati di jalan kak." ucapnya tersenyum. Ryo hanya menganggukkan kepalanya dan melajukan motornya. Sepulangan Ryo, Tasya bergegas masuk ke kamar kosnya itu, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang dirasa begitu lengket.
***
Setelah sholat isya, Tasya segera bersiap-siap, ia memoleskan make up tipis di wajahnya. Sebenarnya ia begitu enggan memakai make up tapi karena ia akan berkumpul dengan teman-teman Ryo jadi Tasya harus memakai make up karena ia tidak mau mempermalukan Ryo di hadapan teman-temannya itu. Setelah selesai bersiap ia mengambil ponselnya yang sudah beberapa kali berdering.
"Hallo kak." sapanya yang sudah menempelkan benda pipih itu di telinganya.
"Aku sudah menunggumu di luar."
"Baiklah, 5 menit lagi aku akan keluar." ujarnya. Lalu mematikan panggillan teleponnya dan segera mengambil tasnya dan menyelempangkan di tubuhnya.
"Kenapa lama sekali?" ujar Ryo saat Tasya baru selesai mengunci kamar kosnya itu.
"Lama yah, maaf." Tasya memelaskan wajahnya, lalu Ryo menatap wajah cantik kekasihnya itu dengan seksama.
"Kenapa kau memakai make up?"
"Iya aku pake make up tipis kok kak, aku tidak ingin mempermalukan kakak di hadapan teman-teman kakak."
"Kau tidak pernah mempermalukanku."
"Kakak tidak suka aku memakai make up? tunggu aku akan menghapusnya lagi." Tasya hendak melangkahkan kakinya menuju kosnya kembali namun Ryo menarik tangannya.
"Nggak usah, itu akan memakan waktu. Ayo cepatlah naik. Teman-temanku sudah menungguku." ujar Ryo, lalu Tasya segera mendudukan tubuhnya di atas motor. Kemudian Ryo melajukan motornya menuju cafe yang sudah mereka sepakati untuk berkumpul di sana.
20 menit kemudian
"Selamat bro." ucap salah satu teman Ryo yang menghampiri Ryo yang baru saja menginjakkan kakinya di cafe itu dan memberi selamat kepada Ryo karena sudah memenangkan pertandingan basket tadi.
"Terima kasih." ujar Ryo mambalas uluran tangan temannya itu.
"Siapa ini Ryo?" tanyanya.
"Oh, perkenalkan ini Tasya kekasihku." ujarnya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Tasya.
"Oh"
"Ryo, ayo duduklah" pinta Vano yang sudah menyediakan dua kursi di depannya. Lalu Ryo mangajak Tasya untuk segera duduk.
"Zayn mana?" tanya Ryo karena tidak melihat wajah temannya itu sejak tadi.
"Zayn nggak bisa datang. Katanya ada pertemuan keluarga." ujar Vano
"Oh gitu, padahal dia yang meminta untuk ditraktir."
"Kau kan tahu walaupun Zayn anak yang bandel tapi dia tidak bisa menolak perkataan ayahnya."
"Iya juga sih, aku penasaran seberapa seram wajah ayahnya itu. Sampai-sampai Zayn begitu takut dan langsung menuruti perkataan Ayahnya." pinta Ryo tertawa seketika teman-teman Ryo ikut tertawa tetapi tidak dengan Vano dan juga Tasya.
"Syaa kenapa diam?" tanya Ryo menoleh ke arah Tasya yang hanya duduk diam sejak tadi.
"Enggak kok kak, hanya belum terbiasa saja." jawabnya tersenyum canggung. Ini pertama kalinya Ryo mengajak Tasya berkumpul dengan semua teman-temannya. Biasanya jika Ryo berkumpul di cafe hanya dengan Vano dan juga Zayn.
"Kau mau kita pindah tempat duduk?"
"Eh, nggak kak. Di sini aja."
"Baiklah." ujar Ryo mengusap kepala Tasya.
"Pesanlah makanan, nanti aku yang akan membayarnya." pinta Ryo kepada teman-temannya itu.
"Serius yo?"
"Iya, pesanlah sesuka kalian."
"Baiklah, terima kasih." Teman-teman Ryo mulai memilih menu makanan yang ingin mereka makan begitu juga dengan Tasya dan Ryo.
Beberapa menit kemudian, 4 orang waiters datang sambil memegang nampan berisi makanan yang sudah dipesannya tadi. Lalu para waiters itu dengan hati-hati memindahkan piring dan juga gelas dari nampan yang mereka bawa.
"Selamat menikmati." ucap salah satu waiters tersenyum ramah. Lalu waiters itu hendak pergi namun diurungkannya saat tangannya di tarik oleh teman Ryo.
"Kau tidak mau menemaniku." tanyanya tersenyum penuh arti.
"Ma-af tuan." ucap waiters tersebut tidak senang dengan perlakuan pria yang menarik tangannya tidak sopan ini.
"Al." panggil Ryo dengan tatapan tidak suka, seketika Alfin langsung melepaskan waiters tersebut. Tasya yang melihat tingkah Alfin menjadi illfeel dengan pria itu.
"Makanlah." ujar Ryo kepada Tasya yang masih memperhatikan Alfin.
"I-iyaa." Lalu dengan segera Tasya menyantap makanannya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Chi_hyura
Hai kak author aku mampir.
Aku boom like juga.
Salam dari "Menggenggammu Yang Hanya Sementara"
2021-08-20
1
Yustina Rini
Semangat Thor. Bagusss
2021-08-06
1
Phiwin
Lanjut ➡️
2020-12-15
1