Naira(Kasih Kan Sampai)
...BAB.1...
Dunia kerja memang keras. Terlebih lagi, jika mencoba peruntungan di kota orang. Hal tersebut sangatlah tidak mudah. Seperti yang kini Naira Kusuma alami. Wanita 21 tahun yang kabur dari kota asal, dan mencoba peruntungan ke kota yang berjuluk Kota Kembang Bandung, namun masih nihil hasilnya. Lelah ke sana ke mari, mengunjungi satu tempat ke tempat lainnya, dengan berbekal map coklat di genggaman nya. Akan tetapi, 'tak satu pun yang ia dapatkan.
Terik matahari, haus, serta lapar, mengharuskannya 'tuk menepi.Terlihat sebuah Rumah Makan Padang di sebrang jalan, Naira pun memutuskan untuk singgah sejenak mengisi tenaga yang sedari pagi terkuras habis. Ia pun memesan makanan beserta es teh manis kepada pelayan yang berada di tempat itu. Usai memesan kepada pelayan tersebut, 'tak berapa lama kemudian, makanan beserta minuman pesanannya pun telah tersaji di atas meja. Ia segera menyantapnya dengan lahap. Saat tengah menikmati pesanannya, seseorang yang entah dari mana, duduk begitu saja di sebelah Naira. Hal tersebut membuatnya merasa aneh. Namun, ia tidak begitu menghiraukannya. Naira terlalu fokus untuk menghabiskan santapannya.
"Ah kenyangnya," gumamnya setelah selesai menghabiskan semua makanan di piringnya.
"Punten Neng, kayaknya si Eneng lagi cari kerja ya?" sapa orang yang sedari tadi duduk di samping Naira.
"Eh iya, kok tau sih Mba?" balasnya sopan.
"Iya, keliatan dari penampilannya si Eneng. Oya, kebetulan di restoran saya lagi cari karyawan ... gimana kalo Neng kerja di tempat saya aja? gaji UMR, dapet tempat tinggal juga," tawar wanita tersebut. Meski terkesan aneh, namun tanpa pikir panjang Naira segera menerima tawaran tersebut. Kesempatan emas 'tak mungkin ia sia-siakan. Apa lagi, sedari pagi ia belum juga mendapatkan pekerjaan.
"Mau banget Mba,makasih tawarannya," ucap Naira.
"Bisa liat CV-nya?" pinta wanita itu. Naira pun segera menyerahkan CV yang sedari tadi ia bawa kepada wanita itu.
"Naira Kusuma, nama panggilan Naira atau Nay, lahir 21 tahun yang lalu di Surabaya, Jawa Timur, dan bla bla bla ...." Wanita itu pun membaca kata perkata dari CV yang Naira berikan hingga akhir.
"Eh, dari Surabaya? jauh amat Neng, kok cari kerjanya sampe sini?" tanya wanita itu.
"Hehe, iya Mba. Ada suatu hal yang memaksa saya nyampe sini," balas Naira.
"Oh begitu, apapun latar belakang kamu datang kesini, yang pasti, kamu harus semangat berjuang disini ya," kata wanita tersebut menyemangati.
"Syukur-syukur kalo bisa sukses. Entah dari materi, atau pun pengalaman," lanjutnya menasehati. Naira hanya manggut-manggut mencerna dengan baik.
"Hem, CV-nya menarik. Besok kamu datang ya, ke restoran. Ini kartu nama saya, alamat lengkapnya ada di situ." Wanita itu pun menyerahkan sebuah kartu nama kepada Naira.
"Izana ... Resto Nusantara Indah ...." Raihnya dan membaca kartu nama tersebut.
"Iya, kamu bisa panggil saya Teh Iza," balasnya penuh dengan senyum ramah yang menyenangkan. Naira pun mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Sekarang kamu tinggal sama siapa?" tanya teh Iza.
"Tinggal sama temen, di kost" balasnya.
"Oh, ya udah. Kalo gitu, Teteh permisi dulu ya. Besok jangan lupa bawa CV-nya ke alamat yang ada di kartu itu jam 8 pagi. Bilang aja sama karyawan resto, kalo mau interview sama teh Iza" terangnya sembari beranjak pergi.
"Iya Teh, siap. Makasih banyak bantuannya," balas Naira sembari berdiri menghargai kepergiannya.
"Iya, sama-sama." Teh Iza pun berlalu meninggalkan Naira yang masih berada di meja, dengan kartu nama yang ada di genggamannya.
...****************...
Esoknya, Naira pun mendatangi alamat yang di berikan oleh teh Iza kemarin. Sesampainya di depan restoran, ia menarik nafas dalam-dalam. Berharap semuanya berjalan dengan lancar sampai akhir. Setelah menguatkan hati, ia pun perlahan berjalan ke dalam restoran, dan bertanya pada salah satu karyawan yang berada di dalam.
"Maaf ... saya mau ketemu teh Izana, apa beliau ada?" tanya Naira dengan ragu.
"Oh iya ada, Eneng yang mau interview itu ya?" balas salah seorang karyawan yang diperkirakan usianya lebih dari kelapa tiga.
"Iya Teh," balas Naira.
"Ya udah atuh, sok yuk saya anter ke ruangan teh Iza. Udah di tunggu tuh," ajak karyawan tersebut. Mereka pun kini berjalan menuju ruang kerja sang owner restoran tersebut.
"Nah, ini Neng ruangannya. Eneng masuk aja, saya mau lanjut kerja dulu," pamitnya sesaat setelah mengantar Naira.
"Makasih Teh," balas Naira dengan sopan. Karyawan itu pun pergi berlalu meninggalkan Naira. Sementara itu, Naira pun masuk ke ruangan owner tersebut. Beberapa lama melakukan wawancara kerja, Naira pun menyepakati kerja sama dengan teh Iza. Dengan rincian, gaji UMR, dan tempat tinggal di mess restoran, serta dengan sistem kerja per shift 8 jam. Selain itu, ia juga mendapat libur empat hari dalam satu bulan. Ia pun sudah bisa mulai masuk kerja besok siang. Itu berarti, ia mendapat shift 2.
Selesai wawancara, Naira dan teh Iza pun berjalan beriringan keluar dari ruang kerja owner tersebut, untuk menunjukkan mess tempat tinggal Naira selama bekerja di restoran.
"Nah Nay, ini messnya. Kamu bisa pindah ke sini kapan aja. Ini kuncinya ya," katanya sembari menyerahkan kunci kamar.
"Oh iya Teh, makasih banyak," balas Naira begitu menerima kunci tersebut, sembari melihat-lihat isi ruangan. Selesai berkeliling restoran, Naira pun pamit kepada teh Iza, untuk mengambil barang-barang yang berada di kost temannya, guna di pindahkan ke mess segera.
"Teh, makasih banyak ya bantuannya. Saya janji, bakal kerja yang serius!" katanya dengan semangat.
"Bagus. Saya suka semangat kamu," balas teh Iza.
"Kalo gitu, saya izin pamit pulang dulu ya Teh. Mau mindahin barang-barang, biar besok enak," pamitnya.
"Oh iya boleh. Terus nanti kamu naik apa?" tanya wanita tersebut.
"Naik ojek online paling. Soalnya ... kalo naik angkot belum paham daerahnya, hehe ..." balas Naira.
"Oh ya sudah, hati-hati di jalan ya," balas wanita tersebut.
"iya Teh, kalo gitu saya permisi dulu," kata Naira mengakhiri pertemuan mereka. Naira pun berjalan keluar, menuju tepi jalan raya untuk memesan ojek online.
...****************...
Mentari telah bersinar. Ini adalah pagi pertamanya berada di tempat tinggal yang baru. Serta, ini juga hari pertamanya untuk memulai pekerjaan barunya. Ia pun bertekad penuh, jika hari ini, ia akan menjalankan tugasnya dengan baik. Ia tidak ingin sedikit pun mengecewakan sang owner yang telah memberikannya kepercayaan. Hari ini, jam masuk kerjanya pukul 14:00. Maka, waktu pagi hari ini ia gunakan untuk berkeliling ke sekitar lokasi. Melihat-lihat sekitar yang tampak asing baginya.
Puas berkeliling ke sudut kota, 'tak terasa hari telah beranjak siang. Ia pun memutuskan untuk segera kembali ke tempat tinggalnya sekarang. Begitu sampai di depan restoran, langkahnya berhenti sejenak. Mengamati tiap aktifitas di dalam restoran dari balik kaca besar pembatas luar dan dalam. Ini adalah jam makan siang, waktu tersibuk bagi para karyawan shift 1. Terlihat dari balik kaca, para karyawan sibuk ke sana dan ke mari, menerima dan mengambil pesanan pelanggan. Riuh para pelanggan pun terekam jelas di telinga. Bahkan, sesekali ia pun mendengar teriakan pelanggan yang tidak sabar.
"Hey! meja no.4 kenapa belum di antar?" protes salah seorang tamu.
"Oh, iya sebentar," balas salah seorang karyawan yang tengah memberikan pesanan pada meja no.5 yang kebetulan, posisinya persis di sebelah meja tamu yang tengah protes tersebut.
"Neng, es teh saya mana?" tamu lain yang juga tampak menanyakan pesanannya. Karyawan tersebut pun tampak menenangkan pelanggan tersebut dengan sopan,agar mau bersabar 'tuk menunggunya.
Sedangkan di sisi lain, terlihat juga karyawan yang tengah memeriksa pesanan para tamu di meja bar, dan kemudian terlihat membuatkan minuman sesuai pesanan para tamu. Setelah selesai, ia pun segera mengantarkan minuman yang telah ia buat, ke para tamu, sesuai apa yang di pesan. Ia pun tampak di bantu oleh pramusaji yang lain. Karyawan yang mengantar minuman itu pun terlihat berjalan lebih cepat dan tetap berhati-hati, saat meletakkan minuman pada tiap-tiap meja, dan kemudian berlari kembali ke bar. Sedangkan pramusaji yang membantunya, juga terlihat bekerja lebih cepat. Terlebih, saat ada tamu baru yang ingin makan siang. Setelah mengantar pesanan tamu, pramusaji itu pun kemudian berlari mendekat ke tamu yang baru datang tersebut, guna mempersilahkan duduk di meja yang masih kosong. Selanjutnya, ia segera menawarkan menu yang ada. Tak lupa, ia pun menyiapkan buku note kecil beserta pena di tangannya, guna mencatat pesanan tamu tersebut.
Setelah terlihat selesai mencatat menu pesanan, pramusaji tersebut pun pergi meninggalkan tamu tersebut. Kemudian, berjalan menuju mesin kasir, guna menyerahkan catatan pesanan kepada karyawan yang berjaga di balik mesin kasir. Selanjutnya, ia berikan hasil catatan tersebut kepada staf dapur. Sembari menunggu pesanannya siap, pramusaji tersebut pun kembali ke depan. Dari luar restoran, tampak para pramusaji silih berganti berlari kesana kemari untuk melayani request ini itu dari para tamu yang ada. Juga membersihkan meja yang selesai di gunakan tamu yang telah pergi, agar dapat langsung di pergunakan kembali pada tamu yang baru datang.
Rasa lapar dan lelah sepertinya 'tak mereka hiraukan. Mereka hanya fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal.
"Wah harus kerja extra nih, kalo keadaannya begitu. Bismilah semoga bisa!" narasinya di dalam hati. Sibuk memerhatikan aktivitas di dalam restoran, tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 13:00. Ia pun segera berjalan kembali, melewati depan restoran menuju samping tempat ia tinggal sekarang.
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments