...BAB.16...
Beberapa waktu berjalan kaki, ia pun akhirnya sampai di depan kamarnya. Tangan yang sebelah kiri membawa beberapa makanan, sedangkan yang satunya lagi, ia gunakan untuk membuka gagang pintu. Ditariknya secara perlahan, gagang pintu tersebut, hingga pintu kamar tersebut terbuka secara perlahan. Melihat sekeliling kamar, 'tak ada siapapun yang terlihat. Ia pun masuk dan memanggil sahabatnya yang entah ada dimana.
"Rani!" panggilnya.
"Lagi mandi!" balasnya dari balik kamar mandi.
"Oh ok, lanjutin," balasnya. Naira pun meletakkan beberapa bungkus makanan tersebut, di atas meja kecil samping tempat tidur. Sembari menunggu Rani selesai mandi, ia pun membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran single tersebut, dan mulai mengotak-atik gawainya.
Selang beberapa menit, Rani pun keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, dan terlihat segar.
"Gimana Ran, udan enakan badannya?" tanya Naira begitu Rani menghampiri Naira.
"Ya mendingan lah. Seenggaknya udah bisa tidur," balas Rani.
"Oya, tadi dari mana? pas aku bangun udah ngilang aja," lanjutnya.
"Oh itu. Kan udah di WA sih, abis cari makan, sama tuh ada rujak di meja. Ya ... siapa tau butuh yang seger-seger kan," terangnya.
"wah seger-seger nih, yuk makan bareng," balas Rani begitu melihat buah-buahan yang begitu segar.
"Iya, di makan aja, ada nasi juga kalo udah laper," balas Naira.
"Nasinya nanti aja deh, kalo udah di kostan. Belum laper juga, rujakan dulu aja deh. Lo mau apa dulu Nay? biar gue siapin sekalian," kata Rani yang terlihat tengah membuka tiap makanan.
"Em, rujakan dulu aja deh. Gue juga belum laper," balas Naira.
"Ok." Begitu mendapat jawaban, Rani pun mengambil dua buah piring. Kemudian, dituangkannya berbagai macam buah tersebut ke dalam piring, agar lebih mudah untuk memakannya.
Begitu siap, mereka pun mulai menyantap dengan antusias. Kesegaran beraneka ragam buah yang dominan asam manis, berpadu dengan sambal yang berwarna coklat kental, dengan perpaduan rasa pedas manis. Kesegaran yang bercampur manis pedas, membuat lidah terus menari-nari dalam mulut, dan enggan untuk berhenti. Hingga semua buah habis 'tak tersisa, barulah lidah dapat berhenti.
Usai melahap habis rujak yang Naira bawa, mereka pun membereskan sisa bungkus makanan tersebut, dan bersiap menuju tempat kostan Rani.
"Huh ... dah siap," kata Rani dengan lega.
"Ya udah yuk, OTW. Keburu malem nih," ajak Naira antusias.
"Ayuk," balas Rani setelah selesai berkemas. Mereka pun berjalan keluar kamar secara beriringan.
"Kretek ..." pintu pun di tutup dari luar, dan 'tak lupa di kuncinya kembali.
"Yuk jalan," ajak Naira, setelah memasukkan kunci kostan ke dalam kantong sakunya. Mereka pun berjalan menuju tempat tinggal Rani.
Selang beberapa menit berjalan kaki, mereka pun kini telah sampai di depan pintu kost yang Rani sewa. Rani pun segera merogoh kunci pintu, dari dalam tas kecil miliknya. Sedikit di aduk-aduk, dan merabanya hingga akhirnya ketemu. Kemudian, ia keluarkan kunci pintu tersebut dari dalam tas, dan membuka pintu tersebut.
"Huh, akhirnya nyampe juga," kata Naira sembari meletakkan tas kecil yang ia bawa, serta melepas sweater yg ia kenakan sebagai rompi di atas kasur. Serta, segera merebahkan badan dengan nyamannya.
"Hem, enak nih sebenernya tempatnya," lanjut Naira.
"Ya sebenernya emang enak. Tempatnya bersih, lumayan luas juga. Sama rumah tangga juga ada jarak. Jadi enak, gak bising. Tapi ya itu dia, sayangnya tetangga sebelahnya itu loh, berisik banget bikin gak bisa tidur," jelasnya sembari memilih-milih pakaian di lemari.
"Ya kita liat nanti, sebising apa mereka," balas Naira santai.
"Ya udah, gak usah di pikirin. Nyantai dulu aja, gue mau ganti baju," pamit Rani setelah menemukan pakaian yang menurutnya sesuai.
"Ok," balasnya singkat. Sembari menunggu Rani berganti pakaian, ia pun iseng membuka ponselnya. Ternyata, beberapa menit yang lalu, Adam mengirim pesan padanya melalui aplikasi obrolan hijau yang populer.
"Hai Nay, gimana kerjaan hari ini, lancar?" tulisnya.
"Eh tumben nih orang perhatian, gak biasanya begitu. Kepetok apa, di jalan tuh kepala?" gumamnya merasa heran.
"Ada keluhan gak?" lanjutnya di tulisan yang kedua.
"Lancar seperti biasa. Rani juga udah mulai bisa, jadi buat saat ini aman sih gak ada keluhan apa-apa," balas Naira.
"Oh begitu, syukur deh kalo gitu," balasnya beberapa menit kemudian, setelah Naira membalas pesan Adam.
"Iya. O iya, makasih ya buat yang kesekian kalinya, dikirimin makanan, jadi gak enak," balas Naira kemudian.
"Ah santai aja, gak papa kok biar makin semangat kalian kerjanya," tulisnya beberapa saat kemudian.
"Hai Nay, nunggu lama ya?" sapa Rani yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang telah berganti.
"Hai Ran. Gimana, dah segeran sekarang?" balasnya, sembari menutup seketika layar ponsel miliknya.
"Iya dong, ya udah seger sekarang. Tapi gak tau nanti, bakal bergadang lagi apa enggak," balasnya, sembari ikut merebahkan badan di atas kasur dengan posisi ternyamannya.
"Ada gue aman lah, eh makan yuk," ajaknya.
"Dah laper ya?" tebak Rani.
"Heheheh, lumayan," terangnya dengan menampilkan wajah termanisnya.
"Ya udah gih makan duluan aja, gue nanti aja deh," balas Rani.
Naira pun segera turun dari kasur, dan mengambil sebuah bungkus makanan yang ia beli sore tadi.
Tanpa pikir panjang, ia pun kemudian membuka bungkus makanan tersebut, serta melahapnya hingga tandas, dan hanya bersisakan bungkus dan plastik pembungkusnya saja.
"Ran, tong sampahnya mana?" tanya Naira.
"Ada di depan kost," balas Rani.
Tanpa berlama-lama, Naira pun segera pergi keluar untuk membuang beberapa plastik bungkus makanan, ke dalam tempat sampah.
Saat ia berbalik ingin masuk kembali, terlihat beberapa pemuda masuk ke dalam kamar kost sebelah. Jika di lihat dari raut wajahnya yang tampak kusut. Sepertinya, mereka baru saja pulang kerja. Ia pun hendak menemuinya. Namun, melihatnya yang tampak kelelahan, Naira pun mengurungkannya. Lagi pula, ia bukan penghuni tempat ini, 'tak etis jika membuat keributan tanpa bukti akurat. Naira pun memilih masuk kembali ke dalam kamar kost Rani.
"Eh Ran, tau gak ... pas aku keluar tadi, pas banget tuh tetangga sebelah baru pada balik," jelas Naira yang seketika ikut menyusul berbaring di samping Rani berada, untuk menginformasikannya.
"Ya elah ... alamat nih," balas Rani malas. Sesuai yang terjadi beberapa hari belakangan ini, ia pun memprediksi akan ada hal yang membuatnya 'tak bisa tidur, akibat ulah tetangga rese tersebut.
"Tenang aja Ran, kalo malem ini berani berisik lagi, gue samperin deh. Tadi mau langsung gue samperin tapi mukanya pada kusut kaya baju belum di laundry, males lah," terang Naira.
"Hm, suka-suka Lu lah," balas Rani malas, sembari masih asik dengan gawainya.
Naira yang kini berbaring satu ranjang bersama Rani pun ikut membuka gawai. Mulai berselancar di dunia maya, scroll layar dari atas sampai bawah secara random, mencari sesuatu yang mungkin menarik. Sesekali ia pun melirik temannya yang tengah asik, terkadang senyum-senyum sendiri.
"Serius amat Buk," candanya.
"Hahaha ... enggak. Ini loh biasa si Surya, kirimin foto absurd," jelas Rani, sambil menunjukkan beberapa foto kiriman Surya.
"Hahhaha, gila tuh bocah," kata Naira spontan.
"Katanya gak suka, masih aja di ladenin. Nanti di kira PHP-in loh," lanjut Naira memperingatkan.
"Ya mau gimana lagi, keadaan. Lagian, itung-itung buat hiburan aja. Liat tingkahnya yang rada-rada ..." lanjut Rani
"Ya ... ya, terserah sih," balasnya.
Mereka pun kembali tenggelam dalam dunianya masing-masing. Rani yang chatingan dengan gebetannya, sedangkan Naira dengan dunia mayanya. Detik berganti detik, menit berganti menit, jam pun kini telah berganti, hingga 'tak terasa telah pukul 00:00. Rani yang sedari tadi asik dengan gawainya, tiba-tiba menghentikannya dan turun dari ranjang.
"Mau kemana Ran?" tanya Naira.
"Cacingnya udah pada demo," balasnya singkat.
"Oh ... ya udah tenangin dulu tuh biar gak rusuh," balasnya sembari menahan tawa.
"Siap komandan!" balas Rani yang berdiri tegap memberi salam hormat, layaknya bawahan dan komandan sungguhan, sebelum akhirnya mengambil makan yang sedari tadi mungkin menangis karena di anggurin. Memang kan ya ,gak enak kalo dianggurin, apa lagi perasaan.
Naira yang melihat pemandangan tersebut, hanya tertawa terbahak-bahak sembari menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah sang sahabat tersebut. Sementara Rani, kini tengah sibuk dengan kegiatan mengisi perutnya. Naira pun kembali pada kegiatannya.
"Eh Ran, udah jam segini, tapi masih belum ada tanda-tanda sebelah bikin ulah ya?" tanya Naira.
"Eh iya juga ya, tumben." Spontan ia menghentikan sesaat sesi makannya.
"Udah bosen kali," lanjut Rani sembari kembali melanjutkan sesi makan malamnya
"Bagus lah, semoga aja terus tenang begini," kata Naira.
"Uaaaahh ... ngantuk nih. Gue tidur duluan ya. Kalo ada apa-apa, bangunin ya," lanjutnya sembari bersiap untuk tidur. Rani pun 'tak membalas, hanya ancungan jempol tanda siap. Tidak butuh waktu lama, Naira pun telah terbang ke alam mimpi dengan nyenyaknya. Sejauh ini, tetangga sebelah masih aman, 'tak membuat keributan seperti sebelumnya. Namun, setelah ia tertidur, apakah mereka akan berulah atau tidak, entah lah.
...Bersambung.............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments