...BAB.9...
"Duduk di sini aja deh, nunggu ujannya reda," kata Naira sembari duduk di kursi yang berada di teras minimarket. Tidak beberapa lama, seseorang terlihat mendekat.
"Boleh duduk?" tanya orang tersebut.
"Oh boleh," balas Naira mendongak ke arah sumber suara.
"Makasih," balas orang tersebut yang kemudian duduk di sebelah Naira.
"Gak usah makasih, ini fasilitas umum. Siapa aja boleh duduk di sini," balas Naira acuh.
"Iya sih," balas orang tersebut.
Hening, 'tak ada percakapan kembali. Hanya derasnya hujan yang begitu menggema. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Menunggu hujan yang 'tak kunjung reda. Naira pun tampak bosan.
"Bosen?" tanya orang tersebut yang melihat tingkah Naira.
"Lumayan," balas Naira.
Orang tersebut pun tampak mengotak-atik layar ponsel miliknya, dan membuka aplikasi film streaming.
"Mau nonton bareng?" tawar orang tersebut menunjukkan sebuah film aksi.
"Film apa?" tanya Naira.
"Action movie," balas orang tersebut.
"Boleh deh." Naira pun mendekatkan sedikit kepalanya agar mudah menontonnya. Mereka pun kemudian menonton film bersama, sembari menunggu hujan reda. Tidak terasa, satu jam lebih mereka menonton, Naira pun menyadari hari kian siang. Ia lirik jam di pergelangannya yang telah menunjukkan pukul 13:15. Naira pun bangkit dari tempat duduknya dan mengecek keadaan, apakah memungkinkan untuk di lalui.
"Masih ujan. Tapi kalo kagak sekarang, bisa telat nih," gumamnya sembari mendongak ke arah langit.
"Udah mendingan sih, bablas aja deh." Naira pun bersiap untuk menerabas rintik hujan.
"Masih ujan, mau kemana?" tanya orang tersebut, yang bangkit dari tempat duduknya.
"Mau kerja, takut telat," balas Naira.
"Eh, tunggu!" cegah orang tersebut. Orang tersebut tampak merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah payung lipat.
"Nih pake, biar gak keujanan," kata orang tersebut menyerahkan sebuah payung lipat kepada Naira.
Tidak ada pilihan lain, Naira pun menerima payung tersebut. Naira segera membuka payung tersebut sesaat setelah menerimanya, agar siap di gunakan.
"Makasih, nanti kalo ketemu saya balikin. Makasih juga filmnya," ucap Naira dengan disertai senyum terbaik nya, sebelum akhirnya berlari membelah rintikan hujan .
"Sama-sama," balasnya lirih pada diri sendiri, sembari melihat Naira yang mulai menghilang dari pandangan.
...****************...
Begitu sampai di tempat tinggalnya, Naira pun meletakkan payung yang telah ia kenakan secara asal, di keramik samping tempat tidurnya.
"Masih ada waktu," ucapnya saat melirik jam di pergelangan tangannya. Ia pun segera bersiap-siap dan berangkat kerja seperti biasanya. Sebelum ia pergi, tidak lupa, ia pun mengisi daya baterai ponselnya yang telah mati.
...****************...
Seharian menghabiskan waktu untuk bekerja hingga akhir, 'tak terasa malam pun telah menunjukkan dirinya. Setelah closing, dan pintu restoran terkunci. Naira pun kembali ke tempat tinggal yang 'tak jauh dari restoran. Ia pun segera membersihkan badan agar kembali segar, dan kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran single. Mengambil ponsel, dan menghabiskan sisa hari dengan berselancar di dunia maya. Mencari sesuatu hal yang menarik, sembari mendengarkan alunan musik pemecah keheningan malam. Saat tengah asik berselancar, datanglah sebuah pesan masuk dari aplikasi biru.
"Hay, Nay apa kabar?" isi pesan tersebut.
" Baik Ra, Lo sendiri gimana?" tanya Naira.
"Baik juga, Lo di mana sekarang?" balasnya.
"Lagi di Bandung nih," balas Naira.
"Wah sama dong, gue juga di Bandung nih," balasnya.
"Oh ya, sendiri apa sama sodara di sini?" tanya Naira.
"Sama sodara," balas Rani.
"Udah lama gak ketemu ya, mumpung sama-sama di Bandung, gimana kalo kita ketemuan yuk," lanjutnya.
"Boleh, kapan?" tanya Naira.
"Besok gimana?" balas Rani.
"Boleh tuh, Tapi kalo bisa pagi aja ya, kalo siang mesti kerja," balas Naira.
"Bisa, gak masalah. Em ... mau ketemuan di mana kita?" tanya Rani.
"Em ... di alun-alun kota aja gimana? biar enak," balas Naira.
"Iya boleh," balas Rani.
"Eh ternyata dah malem ya, hahaha ... sorry ganggu," balas Rani.
"Santai lah, sama sahabat sendiri ini ko," balas Naira kemudian.
"Lanjut besok aja ya ngobrolnya, biar enak. Bye cantik." Pesan terakhir yang di kirim Rani.
"Bye," balas Naira. Ia pun mematikan ponselnya, dan di letakkan pada meja yang berada di samping tempat tidur. Selanjutnya, Naira pun pergi ke dunia mimpi dengan nyenyak.
...****************...
Mentari pagi telah menunjukkan sinarnya, Naira pun segera bersiap-siap pergi ke alun-alun setelah sarapan.
"Ran, mau OTW nih," tulisnya, pada pesan yang ia kirim kepada Rani.
"Ok. gue juga," responnya dengan cepat.
Setelah membaca balasan, Naira pun segera meninggalkan tempat tinggalnya. Tak lupa sebelum pergi, ia pun mengunci pintu kamarnya. Selanjutnya, berjalan menyusuri sepanjang jalan trotoar, dengan lalu-lalang kendaraan di sepanjang jalan raya yang tepat berada di sampingnya. Setiap kaki melangkah, ada saja pedagang kaki lima yang berderet di pinggir jalan trotoar.
Mentari yang kini kian meninggi, membuat suhu di sekitar mulai menghangat. Naira pun mempercepat langkahnya, agar segera sampai di tempat tujuan.
Beberapa menit berjalan kaki, akhirnya ia pun sampai di depan gerbang alun-alun kota yang terlihat lengah. Ia pun masuk ke area alun-alun, mencari tempat duduk yang tidak terkena panas matahari. Mengedarkan pandangan ke setiap sudut area.
"Ah ketemu, sana aja lah," ucapnya, begitu menemukan tempat duduk yang sesuai. Ia pun segera menuju ke tempat duduk yang di maksud.
"Ran, udah nyampe belum?" tulisnya pada aplikasi pesan kepada Rani, sesaat setelah ia duduk. Beberapa menit berlalu, namun pesan yang ia kirim 'tak kunjung mendapat balasan.
"Masih di jalan apa ya?" tanyanya pada diri sendiri. Beberapa menit menunggu, ponsel Naira pun berdering.
"Dreet ... dret ... dreet ..." Naira pun segera menjawabnya.
"Halo Ran, gimana?" tanya Naira.
"Udah di pintu gerbang nih. Lo di mana?" tanya Rani di balik sambungan telepon.
"Masuk aja, terus belok kiri, gue di kursi yang ada pohon gedenya," jelas Naira.
"Oh, ok ok." Rani pun memutuskan sambungan teleponnya.
"Hay, Nay!" sapa Rani dengan melambaikan tangan dari kejauhan menghampiri Naira.
Naira pun merespon dengan lambaian tangan dan membiarkan Rani yang semakin dekat dengan posisi dirinya.
"Naira, apa kabar?" kata Rani yang begitu tiba, langsung memeluk Naira dengan erat.
"Baik, sini duduk," balasnya sesaat setelah Rani melepaskan pelukannya.
"Iya." Mereka pun duduk berdampingan di kursi yang berada di bawah pohon rindang. Mereka pun berbincang panjang lebar, menceritakan pengalamannya masing-masing, dan hingga sampai ke pada intinya.
"Lo udah lama kerja di restoran itu?" tanya Rani.
"Belum sih, baru beberapa minggu," balas Naira.
"Oh ya? kirain udah lama. Eh, ada loker gak?" tanya Rani.
"Loker?" tanya Naira.
"Iya loker," jelas Rani.
"Em ... ah iya. Kebetulan di tempat kerja gue kemaren sih lagi cari orang, tapi gak tau deh sekarang udah dapet apa belum," terangnya yang baru saja ingat.
"Tolong tanyain ya, kalo masih buka loker, kabarin gue," pinta Rani.
"Iya. Eh tapi bukanya Lo udah enak ya, makan gratis, tinggal di tempat tinggal yang bagus, kebutuhan sehari-hari tercukupi. Kenapa cari kerja? kan enak sih cuma tugas jagain rumah doang, tapi fasilitas tercukupi semua," ungkap Naira penasaran.
"Ya kalo sehari dua hari sih enak, cuma kalo tiap hari di rumah gak ngapa-ngapain gak enak lah, apa lagi statusnya cuma numpang," jelas Rani.
"Iya juga sih ya, ya udah nanti kalo lokernya masih ada, gue kabarin ya," balas Naira.
"Iya, makasih ya Nay," balas Rani bahagia.
"Sama-sama, eh ... Lo haus gak? cari minum yuk," ajak Naira.
"Ayok," balas Rani. Merekapun beranjak dari tempat duduknya untuk mencari minuman segar di sekitar lokasi.
...Bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments