...BAB.19...
Sepulang bekerja, Naira pun menjalani rutinitas hidupnya, dari mulai mandi, makan dan bersantai, untuk menghabiskan sisa hari ini. Tak terasa hari pun kian larut. Namun, tidak juga ada pesan dari Rani. Mungkin saja ia sudah tidak mendapat masalah lagi dari tetangganya tersebut, pikirnya. Ia pun memutuskan menyelesaikan hari ini dengan mengistirahatkan badannya, pergi ke alam mimpi.
...****************...
Mentari telah menunjukkan sinarnya, itu berarti Naira siap menjalankan rutinitas hariannya. Dari mulai bangun, bersiap, dan makan. Setelah semua itu ia kerjakan. Kini, ia pun telah berada di tempat kerja. Guna menjalankan kewajibannya sebagai karyawan.
"Nay, Rani kok belum keliatan udah jam segini?" tanya teh Iza yang tengah berjaga hari ini.
"Gak tau Teh, di WA gak di bales," balas Naira.
"Oh gitu, ya udah lanjut lagi," katanya dan kemudian berlalu meninggalkan Naira. Naira pun melanjutkan pekerjaannya, menata menu di meja agar para tamu yang berkunjung mudah memilih menu. Beberapa menit berlalu, Rani baru menunjukkan dirinya.
"Huh ... huh ... duh telat deh," katanya dengan nafas yang terburu-buru.
"Lo kenapa Ran? kok ngos-ngosan gitu?" tanya Naira
"Huh ... huh ... huh ...." Tidak menjawab, Rani hanya berusaha menstabilkan nafasnya.
"Oya, tadi di cariin teh Iza tuh. Tumben telat?" lanjut Naira.
"Huh ... nah, itu!" kata Rani.
"Apa?" tanya Naira bingung.
"Ya karna udah telat, makanya lari nyampe ngos-ngosan gini," terangnya.
"Kok bisa?" tanya Naira.
"Semalem itu, sebelah berisik lagi. Jadi baru bisa tidur pas pagi. Eh, tau-tau bangun dah telat," keluhnya.
"Aneh banget, giliran ada gue di situ gak pada berani. Gini aja Ran, nanti malem Lo tidur di mess, la gue tidur di kost, gimana?" saran Naira.
"Boleh tuh," kata Rani menyetujui.
"Kita liat, berani berisik gak tuh anak," geramnya.
"Nay! udah belum nata mejanya?" kata karyawan lain.
"Eh ternyata dah kelar ya, gak kerasa,"gumamnya
"Iya udah! kenapa emang?" tanya Naira sedikit meninggikan suara, kerena jarak mereka lumayan jauh.
"Bantuin inventori biar cepet," katanya.
"Ok," balas Naira singkat.
"Yuk bantuin, sekalian belajar inventori," ajak Naira pada Rani.
Mereka pun segera mendekat ke rekan kerjanya, untuk membantu inventori. Naira bertugas menghitung stok minuman dingin, sedangkan Rani bertugas menghitung jumlah bahan mentah yang baru datang dari supplier. Untuk rekan yang lain, bertugas mencatat dan mencocokan dengan hasil inventori shift dua.
Setelah semua data cocok dengan stok barang, itu artinya inventori tidak ada masalah.
"Gimana Gea pas?" tanya Naira pada rekan yang bertugas mencocokkan data.
"Iya pas, gak minus," balas Gea senang.
"Bagus lah," balas Naira.
"Emang harus ya, kaya gini?" tanya Rani.
"Ya harus dong, kan biar nanti hasil penjualannya pas sama stok barang, kalo minus atau bermasalah kita wajib lapor," terang Naira.
"Iya Ran. Kalo minus, terus bos gak tau, nanti di kira kita para karyawan yang korupsi, ujung-ujungnya suruh ganti atau potong gaji," imbuh Gea.
"Oh begitu," balas Rani manggut-manggut.
"Jadi mending ribet dikit tapi aman, plus di percaya bos. Dari pada santai, tapi kalo ada apa-apa kita yang dicurigai kan," lanjut Naira.
"Bener juga sih," balas Rani faham.
"Ya sudah, balik ke posisi masing-masing gih," ajak Gea. Selesai inventori, mereka pun kembali ke posisi masing-masing.
"Nay gue ke ruangan bos dulu ya, takut udah di tunggu," pamit Rani.
"Iya sana," balas Naira.
...****************...
"Gimana Ran tadi?" Tanya Naira begitu Rani kembali dari ruangan bosnya.
"Ya gak gimana-gimana, cuma di suruh gak telat lagi, kalo sampe telat lagi ya di potong gaji," balas Rani.
"Oh, syukur kalo gak dimarahin," kata Naira.
"Iya, cuma gimana ya biar gak telat lagi? sedangkan keadaan kost, tau sendiri kan begitu. Mau pindah juga belum gajian," keluhnya.
"Repot juga sih ya," balas Naira sembari berfikir.
"Em, gimana kalo sementara kita tukeran tempat aja, Lo tinggal di mess, gue yang ngabisin sisa kontraknya sampe bulan depan. Gimana?" saran Naira.
"Emangnya bisa?" tanya Rani.
"Ya ... nanti pulang kerja kita tanya ke bos, boleh gak messnya Lo pake," kata Naira.
"Gak papa nih? seandainya boleh, Lo harus pindah?" tanya Rani.
"Gak masalah lah," balas Naira santai.
"Makasih ya Nay," kata Rani.
"Iya sama-sama, yuk ah lanjut kerjanya," ajak Naira. Mereka pun melanjutkan pekerjaannya dengan penuh semangat. Terlebih, Rani yang baru saja mendapat teguran dari bos, ia tidak mau mengecewakannya lagi.
Tidak terasa hari telah cepat berlalu. Naira dan kawan-kawan sesama shift pagi pun mulai satu per satu pergi meninggalkan restoran, guna pulang ke tempat tinggalnya masing-masing. Terkecuali Rani dan Naira, mereka bersama-sama pergi ke ruangan owner, untuk membahas masalah tempat tinggal.
"Tuk ... tuk ... tuk ..." Naira mencoba mengetuk pintu ruangan.
"Masuk!" terdengar suara dari dalam. Rani dan Naira pun secara bersamaan masuk.
"Ada apa?" tanya teh Iza.
"Gini Teh, saya mau tanya, kalo mess tempat saya tinggal, mau ditempatin Rani gimana?" tanya Naira hati-hati.
"Tapi itu kan cuma cukup satu orang, terus kamu tinggal di mana?" tanya teh Iza.
"Saya tinggal di tempatnya Rani yang sekarang," jawab Naira.
"Maksudnya, kalian mau tukeran tempat tinggal gitu?" tanya teh Iza.
"Iya Teh," balas Naira.
"Memangnya kenapa? ada masalah apa?'' tanya teh Iza penasaran.
"Jadi, tadi kan Rani telat gara-gara tempat tinggalnya yang sekarang. Makanya biar gak telat, kita sepakat buat kuteran tempat tinggal," jelas Naira.
"Bener begitu Rani?" tanya teh Iza kepada Rani.
"Iya Teh," balas Rani.
"Oh ... ya sudah gak papa, boleh kalo begitu. Yang penting, setelah ini, jangan giliran Naira yang telat masuk kerjanya," jawab teh Iza menyetujui.
"Iya siap! makasih Teh," balas Naira gembira.
"Kalo boleh tau, kamu pindah di mana?" tanya teh Iza.
"Di kost kenanga, gak jauh sih dari sini," balas Naira.
"Oh iya ya, em ... ada lagi?" tanya teh Iza.
"Gak ada, kalo gitu kami permisi dulu ya," pamit Naira.
"Iya," balas teh Iza. Rani dan Naira pun pergi meninggalkan ruangan setelah berpamitan.
Sesampainya di luar restoran, mereka pun segera ke mess untuk membawa barang-barang milik Naira.
"Ke mess yuk, bantuin pindahan," ajak Naira.
"Ayuk." Mereka berdua pun segera pergi ke mess untuk mengambil barang-barang milik Naira.
Sesampainya di dalam, Naira segera mengambil koper dan memasukan semua pakaian ke dalam koper, di bantu oleh Rani. Juga mengemas barang-barang lainnya. Kurang lebih setengah jam berkemas, kini akhirnya selesai juga. Mereka pun siap meninggalkan tempat.
"Nay, beneran nih gak papa?" tanya Rani memastikan.
"Gak papa Ran, apa sih yang enggak buat sahabat," balasnya santai.
"Ya tapi ... kalo nanti Lo yang gak bisa tidur ... gimana?" tanya Rani khawatir.
"Ya kalo sampe berisik, gue labrak langsung. Lo tenang aja," balas Naira menyakinkan sahabatnya itu.
"Ya udah yuk, OTW," ajak Naira begitu selesai mengunci pintu dari luar.
...Bersambung..............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments