Aku Perawan Tua Berkualitas

Aku Perawan Tua Berkualitas

Anak Haram

Seorang gadis kecil menyisir rambutnya yang pirang panjang lalu mengikatnya kuncir kuda.

"Syifa, tolong antarkan kuenya ke rumah Umi Syarifah ya, Nak!" pinta Rosalina pada putrinya.

"Baik, Ma," jawab Asyifa patuh.

"Satu lagi Syifa, jangan lupa tutup pintu depan ya? Mama mau mencuci baju di belakang!" seru Rosa sembari berjalan ke belakang dengan menenteng keranjang baju yang berisi baju-baju kotornya dan juga baju putrinya.

"Iya, Ma!" jawab Asyifa.

Asyifa lantas mengambil kantong kresek besar yang berisi beberapa kotak Ontbijtkoek yang harus diantarnya kepada pelanggan. Ontbijtkoek merupakan roti rempah khas belanda, yang terbuat dari gandum hitam, lalu dibumbui rempah-rempah seperti cengkeh, jahe, kayu manis dan pala, kemudian ditaburi irisan kacang almond di bagian atasnya.

Dahulu Ontbijtkoek merupakan kue sarapan pagi. Berbekal dari resep yang diajarkan oleh sang ibu, mama Asyifa berjualan kue khas belanda itu untuk bertahan hidup sebagai seorang single mother.

Kesehariannya sepulang sekolah Asyifa membantu nenek Fatimah berjualan kain di ruko pusat perbelanjaan kain yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Fatimah merupakan seorang janda tua keturunan Arab. Asyifa dan mamanya hidup menumpang di rumah Nenek Fatimah di daerah kampung Arab. Di kampung Arab sebagian besar penduduknya merupakan keturunan Arab.

Kampung Arab berasal dari Hadramaut Yaman yang datang ke kota X untuk menyebarkan agama islam sekaligus berdagang rempah-rempah. Pada jaman penjajahan Belanda, pemerintah kota menempatkan penduduk Arab tersebut di satu wilayah agar lebih mudah mengidentifikasi.

Selain itu tempat tinggal Syifa juga berbatasan dengan lingkungan keraton. Rumah abdi dalem dan kampung arab dipisahkan dengan tembok besar yang menjulang tinggi di kedua sisinya yang dibangun sejak penjajahan Belanda.

Kemudian tidak jauh dari perkampungan Arab juga banyak rumah penduduk keturunan Tionghoa. Sehingga di kota itu terdiri dari beragam budaya. Warga keturunan Arab, keturunan Tionghoa dan pribumi hidup berdampingan dengan rukun.

Asyifa meletakkan kuenya di keranjang sepeda. Lantas dia segera naik dan mengayuhnya dengan perlahan. Kue pesanan pelanggan ini cukup banyak, sebab hendak dibagikan bagi jama'ah salat Jum'at. Maka dia harus berhati-hati agar kuenya bisa sampai di tangan pelanggan dengan selamat dan tidak kurang suatu apa pun.

Gadis berusia sepuluh tahun itu bersenandung sembari mengayuh sepedanya melewati gang-gang sempit di perumahan kampung Arab. Rambutnya yang berwarna pirang panjang seolah melambai-lambai kala tertiup angin. Ditambah kulitnya yang putih bersih, serta kornea matanya yang berwarna keabu-abuan, menjadikan Asyifa terlihat berbeda dari gadis lainnya yang tinggal di kawasan itu.

Kring kring kring kring.

"Assalamu'alaikum, Ummi Syarifah!"

Asyifa membunyikan lonceng pada sepedanya saat sampai di tempat tujuan.

"Wa'alaikumussalam," ujar seorang wanita setengah baya membuka pintu. Syifa mengenalinya sebagai Umi Syarifah.

"Syifa ya, terima kasih ya, Fa?" ucapnya seraya mengambil kantong plastik besar dari keranjang sepeda Syifa. Ia lalu menaruhnya di atas meja teras depan rumahnya.

"Syifa, Umi nitip uangnya buat dikasihkan ke mama, ya?" ujar umi Syarifah.

"Iya, Ummi. Terima kasih!" ucap Asyifa, lalu memasukkannya ke dalam saku bajunya.

"Sama-sama, sayang!" ujar umi Syarifah seraya tersenyum manis.

"Nafisa nya mana, Ummi?"

"Sepulang sekolah Fisa langsung bermain di rumah tetangga. Coba saja cari di gang belakang!"

"Oh, iya deh, Ummi! Syifa pamit ya, Ummi, assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam. Eh, uangnya di kasihkan mama dulu ya, baru main!" ujar Syarifah menasehati.

"Iya, Ummi!" jawabnya lalu kembali mengayuh sepeda menuju ke rumahnya.

Namun, ditengah jalan dia melihat Nafisa yang sedang bermain dengan tetangganya sesama keturunan Arab.

"Syifa!" panggil Nafisa tatkala melihat keberadaan Syifa.

Syifa pun menghentikan sepedanya dan menoleh pada Nafisa dengan tersenyum. Namun, tiba-tiba teman-teman Nafisa saling berbisik dan menarik paksa Nafisa untuk mengikuti mereka.

Terlihat Nafisa terus memandang ke arah Syifa dengan berat hati. Hingga mereka semakin menjauh masuk ke dalam salah satu rumah mereka.

Asyifa menatap sedih dan kecewa dengan kepergian mereka. Asyifa dapat merasakan jika sesungguhnya mereka tidak mau bermain dengannya.

"Mereka itu tidak suka padamu, jadi tidak usah berharap untuk bermain bersama mereka!" ujar seseorang.

Syifa seketika menoleh ke belakang. Nampak seorang anak perempuan yang seumuran dengannya. Anak itu merupakan keturunan asli jawa yang juga sedang melintasi jalan yang sama.

"Sana, pulang!" ucapnya lagi pada Syifa.

"Memangnya kamu tahu dari mana kalau mereka tidak mau main denganku?" tanya Syifa kesal.

"Aku dengar lah saat mereka saling berbisik. Mereka bilang tidak mau main denganmu, katanya kamu anak haram!" ujarnya blak-blakan.

Syifa sontak terkesiap mendengarnya. Dia semakin kesal pada anak perempuan itu yang secara terang-terangan mengatakan hal itu padanya.

Syifa segera menaiki sepedanya kembali dan mengayuhnya dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Sepanjang jalan pulang air mata Syifa tak henti-hentinya menetas saat mengingat perkataan anak perempuan barusan.

Katanya kamu anak haram! kamu anak haram! kamu anak haram! kata-kata itu terus terngiang-ngiang di benaknya.

Saat melewati gang yang menjadi perbatasan antara dua tembok yang memisahkan wilayah rumah abdi dalem keraton dan kampung Arab, nampak seorang anak laki-laki berjalan dengan menenteng tas ransel besar di ujung gang.

Syifa mengusap dengan kasar pipinya karena malu terlihat sedang menangis. Namun, air matanya terus saja mengalir dari wajah cantiknya.

Anak laki-laki itu menatap Syifa dengan keheranan saat Syifa melewatinya. Namun, mereka tidak saling bertegur sapa lantaran baru pertama kalinya bertemu. Syifa mengabaikannya dan terus mengayuh hingga sampai di rumah.

Syifa turun dari sepeda kemudian berlari ke arah nenek Fatimah yang tengah duduk di depan rumah. Syifa memeluk neneknya dengan erat menumpahkan kesedihannya.

Fatimah menusukkan jarum pada baju yang sedang dijahitnya dengan tangan, kemudian meletakkannya di atas meja.

"Ada apa, Syifa? kenapa cucu nenek yang cantik ini menangis?" tanya nenek Fatimah.

"Nek, apa betul Syifa ini anak haram? mereka tidak mau main dengan Syifa karena Syifa anak haram, Nek!" ujar Syifa dengan sesenggukan dan isak tangis yang terus mengalir di pipinya.

"Siapa yang bilang?" tanya nenek yang nampak terperanjat mendengar penuturan Syifa.

"Anak-anak tetangga umi Syarifah, Nek. Teman-teman Nafisa," ujarnya.

"Semua bayi terlahir suci, begitupun dengan Syifa. Sudah jangan menangis. Jika mereka tidak mau main dengan Syifa, masih banyak anak yang lainnya 'kan," ujar nenek Fatimah.

"Nek, sebenarnya di mana papa Syifa, Nek?" tanya Syifa yang tidak pernah mendapat jawaban setiap mempertanyakan hal itu pada mamanya.

"Syifa, setelah dewasa nanti kamu akan mengerti kenapa mamamu tidak memberitahumu, Nak. Jangan tanyakan hal itu pada mamamu ya? Syifa tidak ingin membuat mama sedih, kan?"

"Iya, Nek!" Syifa nampak mengangguk patuh.

"Oh ya, Nenek buatkan baju gamis untuk Syifa. Sebentar lagi akan jadi, nanti bisa dipakai saat mengaji," ujar nenek Fatimah sembari memperlihatkan baju yang tadi sedang dijahitnya.

"Terima kasih, Nek!" ujar Syifa dengan tersenyum senang, lalu memeluk nenek Fatimah kembali.

Dari dalam rumah Rosalina mendengar percakapan antara putrinya dengan nenek Fatimah. Ia berdiri di balik dinding samping pintu. Risa tak kuasa menahan air matanya saat Asyifa dikatai anak haram. Rosa menangis tanpa suara seraya membekap mulutnya. Hatinya terasa perih dan terluka.

Semenjak saat itu Syifa tidak pernah bertanya atau pun membahas lagi tentang siapa papanya. Syifa menutup telinganya rapat-rapat jika ada yang membicarakan tentang latar belakang keluarganya yang jauh berbeda dengan keluarga lainnya.

Dia adalah satu-satunya gadis keturunan Belanda yang tinggal di kampung Arab. Meskipun sesungguhnya dia sangat penasaran. Namun, Syifa memilih untuk mengabaikannya agar tidak membuat mamanya sedih.

...__________Ney-nna__________...

Terpopuler

Comments

bintang kelas

bintang kelas

suasananya kaya di pasar Kliwon Solo

2023-08-22

3

Deni Deni

Deni Deni

bikin cerita yg baru dong

2023-04-24

0

Deni Deni

Deni Deni

semoga Berkah yah

2023-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Anak Haram
2 Bertemu ODGJ
3 Berbaikan
4 Rantai sepeda putus.
5 Hari pertama masuk sekolah
6 Gadis Baik
7 Menyontek
8 Bingkisan
9 Terkunci
10 Penyelamat
11 Persami
12 Malam Api Unggun
13 Kecemburuan
14 Kelakuan Devan
15 Kesedihan Syifa
16 Berkelahi
17 Fitnah
18 Terkuaknya Bukti
19 Wanita misterius.
20 Antika
21 Pacaran
22 Hayalan Devan
23 Dilecehkan
24 Kisah kelam.
25 Kedatangan Devan
26 Masalah Bertubi-tubi
27 Pemakaman
28 Healing Pascatrauma
29 Kepulangan Syifa
30 Menolak Ta'aruf
31 Tangis Antika
32 Orang Tua
33 Bertemu Orang lama
34 Bertemu Arjuna lagi
35 Tulus
36 Tangisan Nafisa
37 Karena Nasab
38 Warisan
39 Meninggalkan Rumah
40 Akhirnya Tahu
41 Kota Kelahiran
42 Kembali ke masa itu
43 Haram
44 Suami Rosita
45 Riba
46 Riba 2
47 Mendapatkan pekerjaan
48 Terjadi lagi
49 Terbongkar
50 Terbongkar (2)
51 Anakku
52 Tawaran Edward
53 Kecemasan Rosa
54 Suami
55 Berubah
56 Sudah Berkeluarga
57 Tertangkap
58 Mengecewakan
59 Di rumah sakit
60 Terurung Lagi
61 Bohong lagi
62 Menyebalkan
63 Rumit
64 Alamat Rumah
65 Kedatangan Seseorang
66 Akhirnya Mia tahu
67 Kesalahpahaman Mia
68 Jangan Datang
69 Pulang
70 Mencari tempat tinggal
71 Ke Butik
72 Menjelang Pernikahan
73 Bertemu lagi
74 Menempel
75 Kabar Duka
76 Mama Alika
77 Bercerita
78 Semakin Dekat
79 Anak Bau Kencur
80 Kegelisahan Hanif
81 Bertemu Nafisa
82 Dilema
83 Pengajian
84 Pesan Terakhir
85 Menyetujui
86 Kepulangan Ilham
87 Takdir
88 Akhirnya tersungkur juga.
89 Terjaga
90 Jodoh Ilham
91 Terungkapnya Kisah Masa Lalu
92 Ditinggalkan
93 Kemenangan
94 Khitbah
95 Bangkit
96 Jawaban
97 Menjelaskan
98 OTW Menikah
99 Akad Nikah
100 Orang Yang Tepat
101 Usai Pesta pernikahan.
102 Kisah lalu
103 Honeymoon
104 Pesona Iqbal
105 Akhirnya
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Anak Haram
2
Bertemu ODGJ
3
Berbaikan
4
Rantai sepeda putus.
5
Hari pertama masuk sekolah
6
Gadis Baik
7
Menyontek
8
Bingkisan
9
Terkunci
10
Penyelamat
11
Persami
12
Malam Api Unggun
13
Kecemburuan
14
Kelakuan Devan
15
Kesedihan Syifa
16
Berkelahi
17
Fitnah
18
Terkuaknya Bukti
19
Wanita misterius.
20
Antika
21
Pacaran
22
Hayalan Devan
23
Dilecehkan
24
Kisah kelam.
25
Kedatangan Devan
26
Masalah Bertubi-tubi
27
Pemakaman
28
Healing Pascatrauma
29
Kepulangan Syifa
30
Menolak Ta'aruf
31
Tangis Antika
32
Orang Tua
33
Bertemu Orang lama
34
Bertemu Arjuna lagi
35
Tulus
36
Tangisan Nafisa
37
Karena Nasab
38
Warisan
39
Meninggalkan Rumah
40
Akhirnya Tahu
41
Kota Kelahiran
42
Kembali ke masa itu
43
Haram
44
Suami Rosita
45
Riba
46
Riba 2
47
Mendapatkan pekerjaan
48
Terjadi lagi
49
Terbongkar
50
Terbongkar (2)
51
Anakku
52
Tawaran Edward
53
Kecemasan Rosa
54
Suami
55
Berubah
56
Sudah Berkeluarga
57
Tertangkap
58
Mengecewakan
59
Di rumah sakit
60
Terurung Lagi
61
Bohong lagi
62
Menyebalkan
63
Rumit
64
Alamat Rumah
65
Kedatangan Seseorang
66
Akhirnya Mia tahu
67
Kesalahpahaman Mia
68
Jangan Datang
69
Pulang
70
Mencari tempat tinggal
71
Ke Butik
72
Menjelang Pernikahan
73
Bertemu lagi
74
Menempel
75
Kabar Duka
76
Mama Alika
77
Bercerita
78
Semakin Dekat
79
Anak Bau Kencur
80
Kegelisahan Hanif
81
Bertemu Nafisa
82
Dilema
83
Pengajian
84
Pesan Terakhir
85
Menyetujui
86
Kepulangan Ilham
87
Takdir
88
Akhirnya tersungkur juga.
89
Terjaga
90
Jodoh Ilham
91
Terungkapnya Kisah Masa Lalu
92
Ditinggalkan
93
Kemenangan
94
Khitbah
95
Bangkit
96
Jawaban
97
Menjelaskan
98
OTW Menikah
99
Akad Nikah
100
Orang Yang Tepat
101
Usai Pesta pernikahan.
102
Kisah lalu
103
Honeymoon
104
Pesona Iqbal
105
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!