Syifa segera berlari meninggalkan Devan. Air matanya terus menetes begitu saja kala mengingat peristiwa yang tidak mengenakkan yang baru saja dialaminya. Dia merasa marah, kesal dan juga jijik pada Devan. Detik itu juga dia merasa sangat membenci Devan.
"Astaghfirullahhaladzim, Ya Allah ampunilah hamba!" racaunya sembari sesekali menyeka air matanya.
Bayangan tentang tindakan Devan yang bertindak kurang ajar terhadapnya, membuatnya sangat kesal. Sebagai perempuan dia merasa direndahkan dan dilecehkan. Padahal dia selalu menjaga jarak dan menghindari bersentuhan dengan lawan jenis. Namun, Devan tetap saja bertindak melampaui batas.
"Syifa, kenapa?" tanya Juna menegur Syifa yang tidak sengaja berpapasan dengan Syifa di jalan.
"Gak apa-apa, Kak. Permisi!" ujar Syifa kemudian segera berlari meninggalkan Arjuna. Saat ini dia tidak ingin mengobrol dengan siapa pun termasuk Juna.
Juna pun tidak berani bertanya lagi kepada Syifa yang terlihat sedang ada masalah. Dia menyadari jika Syifa sedang tidak ingin diganggu. Sebab hal itu tergambar sangat jelas di wajah Syifa yang nampak menahan amarahnya dan ingin menyembunyikan wajahnya yang sedang menangis.
Meskipun sangat penasaran namun Juna mencoba untuk tidak mencampuri urusannya dan tidak akan memaksa Syifa untuk bercerita kepadanya. Juna hanya memandang pilu punggung Syifa yang semakin menjauh.
Sesampainya di tenda Syifa segera masuk ke dalam. Dia menutupi wajahnya yang sembab dengan jaket karena tak kuasa membendung air matanya yang terus saja keluar dari sudut matanya. Ia menumpahkan segala rasa kesalnya kepada Devan. Beruntungnya saat itu sedang tidak ada temannya yang sedang berada di tenda.
Setelah beberapa saat ada siswi yang datang. "Fa, kamu barusan ke mana? kenapa tiba-tiba pergi sama kak Devan? udah mandi belum?" tanya Laila bertubi-tubi.
"La, maaf bisa nggak jangan bertanya apa pun dulu ke aku? kepalaku rasanya sedang pusing!" ujar Syifa berasalan tanpa membuka jaket yang dipakainya untuk menutupi wajahnya.
Laila pun paham jika saat ini Syifa tengah ada masalah. Sebab, Syifa biasanya memang tidak langsung bercerita ketika ada masalah.
Dalam pikirannya saat ini Syifa tengah kalut dan tidak ingin diganggu. Dia bingung haruskah melaporkan kejadian tadi atau tidak. Sebab ini adalah aib baginya. Namun, jika tidak dilaporkan dia takut Devan akan semakin bertindak sesukanya.
Karena ragu Syifa akhirnya tidak melaporkan kejadian itu. Syifa takut jika akhirnya semua siswa dan guru akan tahu dan pada akhirnya dia yang akan dibully oleh orang-orang sebagai bekasnya Devan.
Sepanjang sisa-sisa acara itu Syifa tidak lagi bersemangat. Ketika ada lomba-lomba pun dia memilih untuk berada di UKS dan tidak mengikuti acara penutupan persami. Hingga usai membongkar tenda pun Syifa lebih banyak diam dan berbicara seperlunya.
"Fa, ayok pulang!" ujar Antika yang lebih dulu selesai membereskan tenda di sangganya.
"Bentar!" jawab Syifa pendek.
Sedangkan Nida dan teman-temannya beberapa kali terlihat berbisik-bisik sembari melihat ke arah Syifa. Syifa nampak risih dengan sikap mereka, namun Syifa tidak menanggapinya.
Syifa bergegas membantu teman-temannya tanpa banyak bicara. Setelah selesai Syifa segera mengambil tas dan barang-barang bawaannya.
"Yuk, La!" Syifa pun mengajak Laila untuk pulang bersama.
Mereka berjalan bertiga beriringan hingga ke depan gerbang sekolah. Sesampainya di gerbang Laila rupanya sudah dijemput oleh orang tuanya. Karena tidak searah mereka pun berpisah.
Tiba-tiba nampak Devan berhenti di depannya dengan menaiki sepeda motornya. "Yuk, Fa gue antar!"
Tanpa menjawab Syifa langsung menarik tangan Antika untuk mengajaknya pergi menyeberang jalan. Melihat Devan muncul di hadapannya membuatnya muak dan tiba-tiba teringat kembali peristiwa tadi pagi yang dialaminya.
Devan menyunggingkan salah satu sudut bibirnya dengan tersenyum licik. Mendapatkan penolakan dari Syifa, justru membuatnya semakin gemas untuk menggoda Syifa lagi. Dia belum merasa puas dan tertantang untuk menakhlukkan Syifa. Dia tidak akan membiarkan Juna yang menang dalam hal ini. Meskipun dengan cara yang licik.
Lagi marah aja terlihat semakin cantik. Kok jadi pengen godain dia lagi ya? gumam Devan di dalam hati. Devan kemudian berlalu pergi.
Antika yang sudah mengenal Syifa sejak kecil tentu sudah hapal dengan kebiasaan Syifa. Dia menduga jika ada sesuatu yang terjadi kepada sahabatnya itu. Terlebih saat Syifa tidak menjawab ketika Devan mengajaknya berbicara. Biasanya Syifa tetap menjawab meski ujung-ujungnya menolaknya.
"Fa, lo ada masalah ya? siapa lagi yang gangguin lo?" tanya Antika.
Karena posisi di halte sedang ramai Syifa mengurungkan niatnya untuk curhat kepada Antika. "Gak ada apa-apa!"
Antika pun mengerti, dan tidak mendesaknya. Biasanya Syifa akan bercerita sendiri nantinya jika keadaannya sudah lebih baik.
......................
"Assalamu'alaikum," ucap Syifa saat sampai di rumahnya.
Syifa segera melepas sepatu dan beranjak masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumussalam," ucap Rosa dan nenek Fatimah berbarengan.
"Bagaimana acara kemahnya, Syifa? pasti menyenangkan, ya?" tanya nenek sembari mengulurkan tangannya ke arah Syifa yang juga tengah menyambutnya untuk salim.
"Em ... iya, Nek!" ujarnya seraya tersenyum kecil menyembunyikan kegelisahannya.
"Ya, sudah pasti capek, cepat ganti baju dan istirahat!" ujar nenek menasehati.
"Iya, Nek."
"Fa, ini Mama dan Nenek mau pergi dulu ke rumah sakit untuk menjenguk Ummi Syarifah. Kamu mau ikut atau istirahat di rumah?" tanya mama Rosa.
"Syifa di rumah aja deh, Ma. Lainkali aja Syifa jenguknya sama Antika. Syifa capek pengen istirahat," ujar Syifa beralasan.
"Oh, baiklah. Kalau begitu kami berangkat dulu, ya? kalau mau tidur kunci aja pintunya dari dalam. Takutnya nanti ada tamu tidak diundang."
"Iya, Ma. Beres!" seru Syifa dari dalam kamarnya.
......................
Turun dari becak, Rosa dan nenek segera masuk ke dalam rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari kawasan kampung arab. Mereka kemudian menuju kamar rawat inap di tempat Syarifah dirawat sesuai petunjuk dari Imron suami Syarifah.
Syarifah terlihat pucat dengan mata sayunya. Meskipun begitu dia masih bisa diajak berkomunikasi dengan dengan baik. Rupanya dokter belum mengetahui apa penyakitnya, sebab hasil pengecekan belum juga keluar.
"Apa Ilham tau keadaanmu, Mbak?" tanya Rosa.
"Tidak, Ros. Aku tidak mengijinkan Ilham diberitahu. Dia baru saja berangkat ke Kairo, aku tidak ingin membebaninya sehingga tidak fokus belajar," ujar Syarifah dengan sendu.
"Iya, Nak. Semoga lekas sembuh, sehingga bisa beraktivitas seperti sedia kala ya, Nak!" ujar nenek Fatimah.
"Aamiin. Terima kasih, Ummi!" ujar Syarifah kepada nenek Fatimah. "Ros, boleh aku meminta tolong?" tanyanya seraya beralih memandang ke arah Rosa.
"Minta tolong carikan orang yang bisa dipercaya untuk menjaga toko dan juga memberi makan ikan di empang. Nafisa harus kembali ke pesantren. Kasihan kalau lama-lama ijin tidak masuk, dia akan jauh tertinggal hafalannya dengan teman yang lain," tutur Syarifah.
"Bagaimana jika aku saja, Mbak?" ujar Rosa menawarkan diri. Dahulu, dia sudah banyak berhutang budi kepada keluarga ini. Kini saatnya untuk membalas budi.
"Benarkah? kamu tidak kerepotan nantinya, Ros?" tanya Syarifah.
"InsyaAllah tidak, Mbak. Nanti biar dibantu Syifa untuk kasih makan ikannya."
"Baiklah, aku percayakan kepadamu ya, Ros? oh ya, kamu bisa tetap berjualan kue di tokoku, Ros. Kasih tahu pelangganmu jika kamu pindah berjualan di sana agar pelangganmu tidak bingung mencari!"
"MasyaAllah. Terima kasih banyak, Mbak. Saya akan berusaha bekerja dengan baik!" tutur Rosa yang merasa senang karena selain diberi pekerjaan dia masih tetap bisa berjualan kuenya di sana.
"Sama-sama, Ros."
Setelah kembali dari menebus obat, Imron memberikan kunci cadangan tokonya. Dia juga menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh oleh Rosa dan kapan waktu untuk memberi makan ikannya.
......................
Keesokannya saat berangkat sekolah Syifa merasa aneh saat melewati ruang-ruang kelas yang lain. Kebanyakan siswa yang dilewatinya bersikap aneh kepadanya. Mereka saling berbisik sembari melirik ke arahnya. Seolah-olah ada yang salah dari dirinya.
"Tik, kok perasaan aku nggak enak sih,, sama tatapan mereka!" ujar Syifa menghentikan langkahnya dengan memegangi lengan tangan Antika.
...________Ney-nna________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah si NIDA cari gara gara nih
2022-11-17
0
Uty
sabarlah shifa badai pasti berlalu ya kan thorr
2022-10-01
1
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
pasti fotonya udah di mading atau udah di share
2022-09-20
0