Bertemu ODGJ

Sepulang sekolah Asyifa menyusul mama dan neneknya ke ruko. Dia menaruh sepedanya di samping tempat parkir motor. Saat melewati beberapa ruko dia melihat anak yang berbicara blak-blakan yang tempo hari bertemu di dekat rumah Nafisa.

Sebenarnya wajah anak itu tidak asing bagi Syifa, karena sering berpapasan di gang menuju kampung yang di tempati abdi dalem keraton. Namun, dia belum mengetahui namanya karena tidak pernah bertegur sapa sebelumnya.

Syifa bersembunyi di balik tembok ruko yang agak jauh dari keberadaan anak itu. Terlihat seorang laki-laki dewasa mendorong anak itu bahkan hendak memukulnya.

Namun, laki-laki itu menghentikan tindakannya saat menyadari jika dia tengah berada di tempat umum dan banyak pasang mata yang tengah melihat ke arahnya.

Syifa seketika menutup mulutnya dan hampir saja ingin memekik, ketika laki-laki itu menendang anak itu hingga tersungkur.

Ya Allah siapa laki-laki itu? mengapa beliau begitu kasar memperlakukan anak itu? gumam Syifa di dalam hati.

“Sana pergi! anak nakal bisanya hanya minta uang saja kamu!” ujarnya sembari berkacak pinggang dengan wajah sangarnya.

Anak itu dengan susah payah beranjak berdiri sembari memegangi pinggangnya yang terkena tendangan. Matanya memerah, namun hebatnya ia tidak menangis. Dengan perlahan dia beranjak pergi menuju ke luar gedung.

Syifa mengurungkan niatnya untuk mengunjungi ruko nenek Fatimah. Dia memutuskan untuk mengikuti anak itu karena merasa iba dan penasaran dengan keadaan anak itu. Syifa tergugah untuk menghiburnya.

Saat anak itu duduk sendirian di teras pintu belakang gedung, kemudian Syifa mendatanginya dan ikut duduk di sampingnya.

“Nih, minum!” ujar Syifa sembari menyodorkan segelas cup jus jambu ke hadapan anak itu.

Anak itu menoleh dan memandang tajam ke arah Syifa.

“Ini juga, ayo ambillah! Kamu pasti haus kan? Setidaknya dengan minuman yang menyegarkan dan permen coklat ini akan memperbaiki moodmu yang tidak baik,” ujar Syifa sembari menaruh permen coklat miliknya di telapak tangan anak itu.

Tanpa banyak bicara anak itu segera meminum jusnya hingga habis tak bersisa, kemudian mengembalikan cup kosongnya ke tangan Syifa.

Syifa seketika membulatkan mata dengan tindakan anak itu. “Wah-wah, kamu sama sekali nggak menyisakan sedikit pun untukku malah mengembalikan sampahnya kepadaku,” ujarnya.

Syifa kemudian beranjak berdiri menuju tempat sampah yang tidak jauh dari tempat mereka duduk, untuk membuang sampahnya. Setelahnya dia kembali duduk di tempatnya tadi.

“Kamu bahkan tidak mengucapkan terima kasih!” ujar Syifa kepada anak itu.

“Kamu nggak tulus ngasihnya? salahmu sendiri, aku kan tidak memintanya kenapa juga tadi kamu memberikan jus mu kepadaku!” jawabnya acuh.

Syifa menggelengkan kepala penuh keheranan, dia tidak habis pikir kenapa anak ini begitu menyebalkan. Selalu berkata sesukanya tanpa memikirkan perasaan orang lain, dan bersikap acuh tak acuh kepadanya meski telah diperlakukan dengan baik.

“Ck … apa kamu selalu menyebalkan seperti itu!?” ujar Syifa yang menjadi gemas untuk mengatakan yang sesungguhnya, pendapatnya tentang gadis itu.

“Bagus, katakan saja pendapatmu dengan jujur tentang aku, tidak perlu sok baik di depan dan mengumpat di dalam hati. Aku sudah cukup kebal dengan umpatan dan caci maki yang jauh lebih menyakitkan dari pada hal ini!” ujarnya sembari menyandarkan bahunya ke tembok.

“Namaku Asyifa, panggil saja Syifa. Siapa namamu?” tanya Syifa , kemudian membaca nama dada yang ada pada seragam sekolah anak itu. “An-ti-ka,” ejanya.

“Nama itu terlalu bagus untukmu, kamu lebih pantas dipanggil si cengeng!” ujarnya sesukanya.

“Nama itu adalah doa, nenekku susah payah memikirkan nama itu ketika aku lahir, enak saja kamu menggantinya sesuka hatimu!” sanggah Syifa yang tidak sependapat.

“Iya, bawel!”

“Syifa!”

“Bawel!” ujarnya tepat di depan muka Syifa.

“Syi-fa!” ujar Syifa di telinga Antika dengan gemas.

Begitulah awal mula dua anak itu mulai berteman. Keduanya sama-sama memiliki nasib yang sama, yaitu dijauhi oleh anak-anak yang seumuran dengan mereka di lingkungan masing-masing.

Syifa sadar diri jika dirinya dijauhi karena dia tinggal di kampung Arab meskipun bukan keturunan Arab. Terlebih karena Syifa mempunyai latar belakang keluarga yang tidak jelas. Sedangkan Antika dijauhi karena perkataannya yang blak-blakkan.

Mungkin itulah anak-anak pribumi enggan bermain dengannya. Meskipun menurut Syifa, sesungguhnya apa yang dikatakan Antika itu adalah sebuah kejujuran dan keberanian untuk mengemukakan pendapatnya.

Setelah banyak mengobrol, Antika mulai sedikit terbuka dan menjawab dengan benar ketika Syifa bertanya. Rupanya laki-laki yang tadi memarahi Antika itu adalah ayahnya. Antika mengatakan hal itu sudah biasa dilakukan oleh ayahnya. Jadi tidak perlu dikhawatirkan.

Namun, tetap saja bagi Syifa perlakuan ayah Antika itu cukup menyeramkan. Bagaimana seorang ayah bisa sekasar itu terhadap anaknya. Beruntungnya meskipun dia tidak memiliki papa, namun mama dan nenek Fatimah selalu menyayanginya.

"Tik, aku ke toilet dulu ya?" ujar Syifa.

"Iya!"

Syifa segera menuju toilet dan menuntaskan kebutuhannya. Saat hendak kembali, tiba-tiba ada yang menyentuh pantatnya.

Syifa seketika berbalik menoleh ke belakang mencari pelakunya. Terlihat ada salah seorang laki-laki dewasa mengedipkan mata sembari tersenyum mengejek ke arahnya. Syifa yang merasa kesal seketika berjalan cepat untuk menjauh dari laki-laki itu, namun saat dia menoleh lagi ke arah laki-laki tadi, rupanya dia masih terus mengikutinya dari belakang. Syifa menjadi sangat ketakutan karena terus dibuntuti. Dia berlari dengan tunggang langgang menuju ke tempatnya semula.

Sesampainya di luar ternyata Antika sudah tidak ada. Syifa menjadi bingung karena laki-laki itu terus mendekat ke arah Syifa seraya tersenyum. Syifa semakin tersudut dengan jarak mereka yang semakin dekat.

Bugh!

Syifa yang gugup tersandung hingga tersungkur ke lantai.

Hal itu semakin menguntungkan bagi laki-laki yang sejak tadi mengejar Syifa. Laki-laki itu memegang tangan Syifa dan semakin mendekat.

"Tolong! tolong!" seru Syifa berteriak meminta bantuan.

Syifa berusaha menghalau agar laki-laki itu tidak menciumnya. Syifa menangis sejadi-jadinya dan sangat ketakutan. Dia tidak menyangka jika di tempat umum ada saja orang senekat itu berbuat yang tidak pantas terhadapnya.

Beruntunglah tak berapa lama seorang ibu-ibu datang menarik-narik laki-laki itu. Seorang petugas keamanan juga segera datang untuk memegangi tubuh laki-laki itu.

"Anak nakal! jangan lakukan itu! kenapa kamu selalu mempermalukan ibumu!" ujar seorang ibu itu sembari menatap kesal pada laki-laki yang tadi menyerang Syifa.

"Mohon maaf ya, Dek. Anak saya ini menyandang keterbelakangan mental. Tolong dimaklumi!" ujar ibu itu lalu membawa putranya pergi bersama.

Syifa tidak tahu harus berkata apa, dia masih sangat ketakutan dan napasnya tersengal. Baginya ini adalah pengalaman buruk yang sangat meresahkan.

Tiba-tiba saja Antika datang dan merangkulnya. "Ada apa, Fa?" tanyanya.

"Aku takut! aku takut, Tik!"

Antika memeluknya kemudian mengusap punggung Syifa untuk menenangkan. Setelah Syifa tenang, Antika mengantar Syifa menuju nenek dan ibunya.

...________Ney-nna________...

Terpopuler

Comments

Deni Deni

Deni Deni

Betul

2023-01-12

2

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

tuh laki laki kenapa menyeramkan gitu

2022-11-14

1

☂⃝⃞⃟ᶜᶠ 𝐑𝐢𝐓𝐚★𝐚𝐅𝐫𝐞𝐋𝐢💕

☂⃝⃞⃟ᶜᶠ 𝐑𝐢𝐓𝐚★𝐚𝐅𝐫𝐞𝐋𝐢💕

menghadirkan diri ksk semangat..

2022-10-26

1

lihat semua
Episodes
1 Anak Haram
2 Bertemu ODGJ
3 Berbaikan
4 Rantai sepeda putus.
5 Hari pertama masuk sekolah
6 Gadis Baik
7 Menyontek
8 Bingkisan
9 Terkunci
10 Penyelamat
11 Persami
12 Malam Api Unggun
13 Kecemburuan
14 Kelakuan Devan
15 Kesedihan Syifa
16 Berkelahi
17 Fitnah
18 Terkuaknya Bukti
19 Wanita misterius.
20 Antika
21 Pacaran
22 Hayalan Devan
23 Dilecehkan
24 Kisah kelam.
25 Kedatangan Devan
26 Masalah Bertubi-tubi
27 Pemakaman
28 Healing Pascatrauma
29 Kepulangan Syifa
30 Menolak Ta'aruf
31 Tangis Antika
32 Orang Tua
33 Bertemu Orang lama
34 Bertemu Arjuna lagi
35 Tulus
36 Tangisan Nafisa
37 Karena Nasab
38 Warisan
39 Meninggalkan Rumah
40 Akhirnya Tahu
41 Kota Kelahiran
42 Kembali ke masa itu
43 Haram
44 Suami Rosita
45 Riba
46 Riba 2
47 Mendapatkan pekerjaan
48 Terjadi lagi
49 Terbongkar
50 Terbongkar (2)
51 Anakku
52 Tawaran Edward
53 Kecemasan Rosa
54 Suami
55 Berubah
56 Sudah Berkeluarga
57 Tertangkap
58 Mengecewakan
59 Di rumah sakit
60 Terurung Lagi
61 Bohong lagi
62 Menyebalkan
63 Rumit
64 Alamat Rumah
65 Kedatangan Seseorang
66 Akhirnya Mia tahu
67 Kesalahpahaman Mia
68 Jangan Datang
69 Pulang
70 Mencari tempat tinggal
71 Ke Butik
72 Menjelang Pernikahan
73 Bertemu lagi
74 Menempel
75 Kabar Duka
76 Mama Alika
77 Bercerita
78 Semakin Dekat
79 Anak Bau Kencur
80 Kegelisahan Hanif
81 Bertemu Nafisa
82 Dilema
83 Pengajian
84 Pesan Terakhir
85 Menyetujui
86 Kepulangan Ilham
87 Takdir
88 Akhirnya tersungkur juga.
89 Terjaga
90 Jodoh Ilham
91 Terungkapnya Kisah Masa Lalu
92 Ditinggalkan
93 Kemenangan
94 Khitbah
95 Bangkit
96 Jawaban
97 Menjelaskan
98 OTW Menikah
99 Akad Nikah
100 Orang Yang Tepat
101 Usai Pesta pernikahan.
102 Kisah lalu
103 Honeymoon
104 Pesona Iqbal
105 Akhirnya
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Anak Haram
2
Bertemu ODGJ
3
Berbaikan
4
Rantai sepeda putus.
5
Hari pertama masuk sekolah
6
Gadis Baik
7
Menyontek
8
Bingkisan
9
Terkunci
10
Penyelamat
11
Persami
12
Malam Api Unggun
13
Kecemburuan
14
Kelakuan Devan
15
Kesedihan Syifa
16
Berkelahi
17
Fitnah
18
Terkuaknya Bukti
19
Wanita misterius.
20
Antika
21
Pacaran
22
Hayalan Devan
23
Dilecehkan
24
Kisah kelam.
25
Kedatangan Devan
26
Masalah Bertubi-tubi
27
Pemakaman
28
Healing Pascatrauma
29
Kepulangan Syifa
30
Menolak Ta'aruf
31
Tangis Antika
32
Orang Tua
33
Bertemu Orang lama
34
Bertemu Arjuna lagi
35
Tulus
36
Tangisan Nafisa
37
Karena Nasab
38
Warisan
39
Meninggalkan Rumah
40
Akhirnya Tahu
41
Kota Kelahiran
42
Kembali ke masa itu
43
Haram
44
Suami Rosita
45
Riba
46
Riba 2
47
Mendapatkan pekerjaan
48
Terjadi lagi
49
Terbongkar
50
Terbongkar (2)
51
Anakku
52
Tawaran Edward
53
Kecemasan Rosa
54
Suami
55
Berubah
56
Sudah Berkeluarga
57
Tertangkap
58
Mengecewakan
59
Di rumah sakit
60
Terurung Lagi
61
Bohong lagi
62
Menyebalkan
63
Rumit
64
Alamat Rumah
65
Kedatangan Seseorang
66
Akhirnya Mia tahu
67
Kesalahpahaman Mia
68
Jangan Datang
69
Pulang
70
Mencari tempat tinggal
71
Ke Butik
72
Menjelang Pernikahan
73
Bertemu lagi
74
Menempel
75
Kabar Duka
76
Mama Alika
77
Bercerita
78
Semakin Dekat
79
Anak Bau Kencur
80
Kegelisahan Hanif
81
Bertemu Nafisa
82
Dilema
83
Pengajian
84
Pesan Terakhir
85
Menyetujui
86
Kepulangan Ilham
87
Takdir
88
Akhirnya tersungkur juga.
89
Terjaga
90
Jodoh Ilham
91
Terungkapnya Kisah Masa Lalu
92
Ditinggalkan
93
Kemenangan
94
Khitbah
95
Bangkit
96
Jawaban
97
Menjelaskan
98
OTW Menikah
99
Akad Nikah
100
Orang Yang Tepat
101
Usai Pesta pernikahan.
102
Kisah lalu
103
Honeymoon
104
Pesona Iqbal
105
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!