Sesampainya di ruang BK mereka semua diinterogasi dan terungkap bahwa sumber perkelahian itu berasal dari selebaran yang beredar di lingkungan sekolah. Pak Didit pun memberikan hukuman bagi kelima siswi yang berkelahi.
"Kalian berlima akan dikenakan poin pelanggaran atas perkelahian di lingkungan sekolah, silakan buat surat pernyataan tentang penyesalan kalian yang telah berkelahi dengan dibubuhi tanda tangan dari wali kelas kalian masing-masing. Dan, jangan sampai mengulanginya lagi! terutama kamu Nida, Anya, dan Rida, kalian sudah dua kali mendapatkan sanksi, perbaiki sikap kalian jika tidak ingin dikeluarkan dari sekolah!" tutur pak Didit dengan suara lantang.
Lima siswa tersebut kemudian kembali ke kelasnya masing-masing.
Sementara itu pak Didit menahan Syifa untuk tetap tinggal di ruang BK guna dimintai keterangan perihal selebaran yang beredar. Pak Didit juga memanggil Devan untuk dimintai keterangan tentang hal yang sama.
"Kalian berdua pacaran?" tanya pak Didit memulai menginterogasi setelah Devan hadir di ruang BK.
"Tidak, Pak!" jawab Syifa.
"Iya, Pak!" jawab Devan.
Keduanya menjawab dengan jawaban berbeda dalam waktu bersamaan.
"Eh, bagaimana kalian ini, kenapa jawaban kalian berbeda begitu? jika pacaran katakan pacaran jika tidak ya katakan tidak. Jangan ada yang berbohong karena saya tidak akan menolerir jika sampai kalian membohongi saya!" ujar pak Didit memperingatkan.
"Tidak, Pak. Saat itu kami juga tidak berciuman, melainkan dia yang memaksa hendak mencium saya!" tutur Syifa menceritakan kejadian yang sesungguhnya.
"Memang tidak ada kata jadian tapi sebelumnya kami kami cukup dekat, Pak. Waktu itu kami sedang berdebat, namun kemudian kami berbaikan. Di saat itu saya mencium pipi Syifa untuk menunjukkan rasa sayang saya ke dia, dan tidak ada penolakan saat saya menciumnya. Kita melakukannya dengan dasar suka sama suka, bukan paksaan, Pak," kilah Devan.
Syifa terkesiap dengan penuturan Devan yang memutar balikkan fakta. "Astaghfirullah, Kakak jangan bohong, Kak! kita tidak sedekat itu dan kita tidak pernah bersentuhan sebelumnya! tolong katakan yang sejujurnya, Kak!"
"Syifa kamu inget kan saat persami dan kakimu sakit aku yang mengurusmu? selama persami kita cukup dekat Syifa, semua siswa pun tahu!" tutur Devan.
"Ini gimana sih, jadi sebenarnya seperti apa ceritanya? coba kamu jelaskan secara detail kejadian itu, Syifa!" perintah pak Didit.
"Di pagi itu saya sedang mengantre di depan kamar mandi, Pak. Tiba-tiba Kak Devan datang dan menarik tangan saya. Kami bertengkar karena saya menolak untuk menjadi pacarnya. Kemudian tiba-tiba Kak Devan mendorong bahu saya hingga saya tersudut dan dia langsung memaksa untuk mencium saya."
"Saya sudah berusaha untuk menolaknya namun kalah cepat dengannya. Dan, Kak Devan berhasil mencium pipi saya!" ujar Syifa menahan air matanya yang sudah hampir jatuh.
"Syifa, mana ada aku memaksa kamu? waktu itu kamu diam saja dan tidak mengelak Syifa, kenapa di sini kamu berkata lain? kamu tahu jika aku menyukai kamu 'kan, Fa?" kilah Devan dengan ngotot.
Syifa terkesiap dengan penuturan Devan yang pandai memutar balikkan fakta.
"Jika memang saya memaksa seharusnya dia atau si penyebar foto sudah melaporkan hal itu kepada pradana persami setelah kejadian itu terjadi. Tapi, nyatanya sebelum foto itu beredar tidak ada laporan jika dia dilecehkan, 'kan, Pak? jika saya ingin melecehkan Syifa mana buktinya?" sanggah Devan.
"Saya rasa Syifa berbohong karena ingin menutupi kedekatan kita saja dari gebetannya yang lain Pak. Secara 'kan dia banyak yang suka karena populer di kelas X. Sehingga seolah-olah di sini dia menjadi korbannya, padahal saat itu dia juga menikmatinya," tutur Devan.
"Astaghfirullahaladzim, Kak--." Syifa sudah tidak mampu lagi untuk berkata-kata, sebab tenggorokannya terasa tercekat akibat tuduhan dari Devan kepadanya.
"Syifa, benar apa yang dikatakan Devan. Seharusnya jika kamu dipaksa olehnya, harusnya kamu melaporkan hal ini kepada Arjuna? kenapa kamu malah berkelahi dengan teman-temanmu seperti tadi!" tutur pak Didit.
"Saya pun tadi pagi kaget saat tahu ada yang menyebarkan foto kejadian itu, Pak. Dan jelas jika hal itu bukan perbuatan saya. Karena, saya di sini juga dirugikan. Jika saya melecehkan dia si penyebar foto tentunya tahu jika saya memaksa dia, tapi mana buktinya? seperti yang terlihat di foto kami tengah berciuman, bukan saya memaksa dia, Pak."
"Tentang kejadian ini Bapak silakan hukum saya saja, Pak. Sebab, saya yang memulai untuk mencium Syifa. Tolong maafkan dia, saya lah yang bersalah dalam hal ini. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi, Pak!" tutur Devan dengan wajah mengiba agar pak Didit luluh.
Setidaknya dengan hal ini Syifa akan turut dihukum bukan hanya dia saja yang kena hukuman.
Syifa tidak mampu lagi berkata-kata. Dia tidak mempunyai bukti untuk menyangkalnya. Dia tidak tau harus bagaimana lagi menjelaskannya bahwa Devan telah berbohong.
"Syifa bukankah kamu masuk di sekolah ini karena mendapat beasiswa? sayang sekali jika anak pandai seperti kamu berkelakuan yang tidak pantas di sekolah. Kamu harusnya memberi contoh yang baik sebagai siswi teladan. Bukan malah berkelahi dan bertindak tidak senonoh di sekolah."
"Kamu juga Devan, kamu sudah kelas XII, harusnya kamu memberi contoh yang baik kepada adik kelas dan fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional. Mengapa malah sibuk cari pacar dan berciuman di lingkungan sekolah?!" tutur kepala sekolah yang turut hadir di ruang BK.
"Kami dari sekolah akan mengkaji ulang perihal beasiswa kamu, Syifa. Apakah kamu masih pantas mendapatkan beasiswa jika perilaku kamu kurang baik di sekolah!"
"Untuk saat ini kalian akan kami kenakan poin pelanggaran atas perbuatan yang tidak senonoh di lingkungan sekolah dan ditambah poin pelanggaran atas perkelahian di sekolah untuk kamu Syifa."
Syifa semakin tersudut karena ia tidak mempunyai bukti atas tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Saat ini dia hanya bisa pasrah dengan apa yang dikatakan gurunya.
"Kami juga sudah menghubungi orang tua kalian untuk hadir di sekolah. Sebentar lagi pasti akan segera datang. Untuk saat ini silakan membuat surat pernyataan tentang penyesalan kalian yang telah berperilaku tidak senonoh di lingkungan sekolah!" tutur pak Didit menyampaikan keputusannya.
Syifa maupun Devan seketika terkejut mendengarnya. Mereka tidak menyangka jika hal ini akhirnya akan sampai kepada orang tua mereka. Terutama Syifa yang tidak menyangka bagaimana jadinya ketika mamanya nanti tahu akan hal ini.
"Tapi, Pak ... semua itu tidak benar!" Syifa seketika protes dengan keputusan pak Didit.
"Apa buktinya, Syifa? saya akan menyelidiki siapa yang telah menyebarkan selebaran itu, jika memang kamu tidak terbukti bersalah kamu akan tetap mendapat beasiswa, namun jika kamu terbukti bersalah maka beasiswa kamu akan kami tangguhkan!" telak pak Didit.
Syifa menangis sejadi-jadinya, dia bingung harus bagaimana lagi untuk membuktikannya. Terlebih dia sangat gelisah saat menanti kedatangan mamanya di sekolah. Entah apa yang akan terjadi ketika mamanya mengetahui fitnah yang telah dituduhkan kepadanya.
Tak berapa lama orang tua Devan datang dan masuk ke ruang BK. Kemudian selang beberapa saat mama Syifa tiba di sekolah.
"Syifa, apa yang terjadi?" tanya Rosa begitu melihat putrinya berdiri di luar ruang BK dengan mata sembabnya.
"Ma, tolong percaya bahwa semua yang dituduhkan kepada Syifa itu tidak benar! Syifa tidak melakukannya, Ma!" tutur Syifa sembari memegangi lengan mamanya.
"Ibunya Syifa, ya? mari silakan masuk, Bu. Kami sudah menunggu kedatangan Anda!" tutur pak Didit menyambut kedatangan mama Syifa.
Syifa dan mamanya seketika menoleh pada sumber suara.
"Baik, Pak!" ujar Rosa kemudian beranjak masuk ke dalam ruang BK.
Kabar tentang kejadian hari itu di sekolah pun menyebar ke seluruh siswa di sekolah itu. Hal itu menjadi trending topik di kalangan siswa maupun para guru.
"Wah, gue nggak nyangka si Devan bisa naklukin tuh cewek. Padahal tadinya gue kira dia cewek alim dan nggak gampangan!" cerocos Yudi diantara sekumpulan siswa cowok yang berada di lapangan basket.
Arjuna yang ikut mendengar tentang hal itu seketika mengepalkan tangan. Ia merasa tidak percaya jika Syifa bisa berbuat seperti apa yang dituduhkan. Ia selama ini mengenal Syifa adalah gadis yang baik dan salihah. Namun, berita yang beredar itu mulai mempengaruhi emosinya. Ia mulai terhasut dengan kabar yang belum tentu benar itu.
......................
"Gue punya bukti jika teman lo nggak bersalah, gue akan kasih ke elo dengan satu syarat!" tutur seorang siswa laki-laki yang tiba-tiba duduk di samping Antika.
..._______Ney-nna_______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan
2022-11-19
0
Uty
kebenaran tu haq adanya shifa jadi sabarlah yg salah pasti salah yakin lah itu
2022-10-01
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu semoga ada yg nolong sifa
2022-09-20
0