Antika yang juga melihat gelagat aneh pada mereka yang berbisik-bisik, segera mendatangi mereka.
"Heh, ngapain kalian bisik-bisik sambil ngeliatin gue, ha? ada yang salah?" cecar Antika dengan berkacak pinggang kepada murid yang berbisik-bisik itu, meskipun dia tahu bahwa yang mereka gunjing bukan dia melainkan Syifa.
"Siapa yang ngomongin kamu? ge-er!" jawab salah satu siswi.
"Mendingan kalian lihat ke mading deh!" ujar salah seorang siswi yang lain menimpali.
"Emangnya ada apa di mading?" tanya Antika lagi.
"Lo lihat aja sendiri!" Mereka segera menjauh dan pergi dari hadapan Antika.
Antika kemudian segera beranjak menuju mading sekolah. Syifa dengan gelisah mengekorinya dari belakang.
"Astaga!" pekik Antika dengan netranya yang membulat.
Syifa pun sangat terkejut melihat banyak selebaran yang tertempel pada mading di hadapannya.
"Astaghfirullahaladzim ...!" ucap Syifa dengan lirih. Tenggorokannya tercekat dan batinnya terasa perih. Air matanya pun mulai menggenangi kelopak mata sayunya.
Di selebaran itu nampak ada dua foto yang memperlihatkan Devan sedang berciuman dengan salah seorang siswi perempuan seraya memegangi bahunya. Kemudian pada foto kedua Devan tengah berdiri berhadap-hadapan dengan seorang siswi yang terlihat jelas bahwa siswi itu adalah Syifa.
"Fa, ini ...?" ucap Antika menggantungkan kata-katanya sembari menoleh ke arah Syifa meminta penjelasan.
Syifa terkesiap melihatnya. Ia tak kuasa menahan air matanya melihat hal itu. Dia tidak menjawabnya, namun dengan cepat dia beranjak menuju mading untuk memunguti selebaran-selebaran itu dan meremasnya dengan penuh amarah. Dia tidak menyangka jika kejadian saat bersama Devan kemarin ada yang mengabadikan dan malah menyebarluaskan.
"Kelihatannya aja luarnya alim, nggak taunya murahan juga!" celetuk salah seorang siswi yang juga melihat hal itu.
"Eh, kamu jangan sembarangan ngomong ya, ini pasti berita bohong! siapa yang menempelkannya, ha? siapa?!" teriak Antika pada siswi yang berada di sana seraya menunjuk-nunjuk pada mading.
"Apanya yang sembarangan ngomong? jelas-jelas buktinya ada, teman kamu itu sedang berciuman sama kak Devan di acara persami kemarin. Norak deh!" timpal siswi yang lain.
"Eh, kalau tidak tahu kejadian yang sesungguhnya jangan asal nyerocos aja lo ya! itu jatuhnya fitnah!" bela Antika yang sangat tahu tentang sahabatnya itu dari kecil. Dia yakin Syifa bukan orang yang seperti itu.
Syifa tidak menghiraukan perdebatan itu, dia memilih membuang selebaran-selebaran itu ke tempat sampah, kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Antika tidak lagi meladeni perkataan siswi yang sembarangan berbicara itu dan memilih pergi untuk mengejar Syifa.
"Percuma juga lo robek-robek selebaran itu. Di tempat yang lain juga masih banyak. Dasar cewek munafik!" seru siswi yang lain yang juga menyaksikan hal itu.
Sebenarnya ada beberapa siswi perempuan di sekolahnya yang tidak suka pada Syifa selain Nida dan genknya. Seniornya dari kelas lain pun banyak yang iri dengan kepopuleran Syifa yang merupakan anak baru di sekolah itu.
Terlebih saat Devan dan Arjuna yang dianggap dua cowok populer disekolah itu, keduanya juga mendekati Syifa yang dianggap anak kemarin sore.
Termasuk Hilda dan teman-temannya yang tidak suka keberadaan Syifa. Sebab, Devan rela memutuskan hubungannya dengan Hilda demi mengejar Syifa. Hilda pun merasa terhina karena itu.
Syifa tidak menghiraukan hal itu dan dengan cepat berjalan menuju ruang kelasnya. Saat itu juga dia seperti kehilangan muka di depan semua orang yang ada.
"Syifa, tunggu, Fa!" seru Antika seraya berlari mengejarnya.
Syifa dengan setegah berlari terus saja melangkah pergi sembari terisak menahan emosi yang berkecamuk di dadanya.
Ya, Allah ... rasanya sakit sekali difitnah seperti ini! ya Allah, kuatkan hati hamba untuk menghadapi semua ini! gumam Syifa berdoa di dalam hati seraya mengusap air matanya.
Di sepanjang koridir sekolah banyak pasang mata yang seolah menghakiminya dan mencemoohnya. Tatapan mata mereka seolah ingin menelanjangi dirinya.
Tidak mungkin juga bagi Syifa untuk menjelaskan kejadian yang sesungguhnya kepada mereka. Sebab dengan bukti itu, mana ada yang akan percaya kepada dirinya.
Terlebih ketika orang-orang yang awalnya tidak suka padanya seolah memprovokasi yang lain untuk mengeroyoknya dengan cacian dan hinaan yang terlontar bertubi-tubi di sepanjang koridor yang di laluinya.
Tak cukup sampai di sana, sesampainya di depan kelas rupanya di papan tulis pun juga ditempeli selebaran-selebaran yang sama. Syifa semakin tak kuasa ketika teman-teman sekelasnya juga melakukan hal yang sama.
"Wah wah wah, ini dia teman kita yang semakin populer saja dari hari ke hari, kita sambut kedatangannya ... Asyifa!" seru Anya sembari maju ke depan kelas.
Sementara Nida dan Rida tersenyum licik sembari menimpali Anya untuk menyoraki Syifa. "Huuuu ....!"
Syifa terdiam terpaku mendengarnya. Bibirnya terkatup tak sanggup untuk berkata-kata. Tangannya terkepal menahan amarah yang bergejolak di dadanya.
"Heh jaga mulut lo! jika ada yang berbicara lagi tentang Syifa kalian akan berurusan sama gue!" ancam Antika dengan emosi yang meluap-luap memperingatkan mereka.
"Emangnya lo siapa? gue nggak takut sama lo!" seru Nida maju ke hadapan Antika.
Perkelahian antara keduanya pun tidak terelakkan. Nida maju kemudian menjambak kerudung Antika, dan Antika pun dengan cepat membalas perlakuan kasar Nida. Antika menjambak dengan kuat rambut Nida yang terurai panjang.
Rida dan Anya membantu Hanida untuk melawan Antika. Syifa yang tadinya ingin melerai malah ikut diserang oleh mereka bertiga. Melihat Syifa dan Antika tersudut, Laila beranjak bangkit dari tempat duduknya untuk membantu Syifa. Akhirnya suasana semakin riuh dengan ditambah sorak sorai dari murid yang lain yang menonton kejadian itu.
Fadil sebagai ketua kelas yang baru segera keluar dan berlari menuju kantor guru untuk melaporkan kejadian itu. Tak berapa lama salah satu guru laki-laki datang bersama Fadil.
"Hey ... hentikan!" seru pak Didit dengan suara baritonya memecah kericuhan di kelas Syifa. Beliau berdiri di depan pintu kelas dengan berkacak pinggang dan matanya melotot memandang tajam ke arah mereka yang berkelahi.
Mendengar suara familiar dari guru killer di sekolah, kubu Antika dan kubu Nida pun segera menghentikan pertikaian itu. Semua murid pun kembali tenang dan tidak ada yang berani berbicara lagi.
"Apa-apaan kalian ini, ha? pagi-pagi sudah bikin keributan! cewek-cewek bukannya anteng malah pecicilan. Bertikai seperti anjing dan kucing saja kalian ini. Mau jadi apa, ha?" tutur pak Didit memarahi mereka.
"Kalian ber-- enam ikut ke ruang BK sekarang juga!" perintah pak Didit dengan lantang seraya menunjuk satu persatu ke arah murid yang berkelahi.
Mereka yang berkelahi segera mematuhinya. Satu persatu beranjak keluar kelas dan berjalan menuju ruang BK dengan dikawal pak Didit.
Syifa menghela napas beratnya sembari membenahi letak kerudungnya yang mulai acak-acakan karena mendapat serangan oleh Nida dan teman-temannya. Beruntung dia masih tetap bisa menjaga auratnya dengan baik karena Syifa lebih memilih memegangi kerudungnya ketimbang meladeni mereka.
Tet tet tet.
Bertepatan dengan kepergian mereka ke ruang BK bel berbunyi. Murid-murid yang awalnya berkerumun di sepanjang koridor akhirnya membubarkan diri masuk ke kelasnya masing-masing.
Hal itu pun tidak luput dari pandangan Devan dan juga Arjuna yang mengetahui tentang tersebarnya foto itu. Arjuna merasa kesal dan menduga jika itu pasti ulahnya Devan.
Sementara di satu sisi yang lain, Devan bingung dengan siapa yang telah menyebarkan foto dirinya yang tengah mencium Syifa.
..._______Ney-nna______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah bakal kena masalah syifa ini
2022-11-19
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya
2022-09-20
0
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
Devan nyesal nggak kalau nggak nyesal berarti lelaki sedeng
2022-09-20
0