Seusai mandi Syifa mengenakan baju gamis yang sudah dibuatkan nenek Fatimah untuk dipakai saat mengaji. Di kuncirnya rambutnya yang panjang membentuk cepolan bulat kecil di belakang kepalanya, lalu dipakainya pasmina berwarna hitam.
Disampirkannya tas di bahunya yang berisi buku dan iqro'. "Ma, Syifa ngaji dulu ya!" ujarnya seraya mencium punggung tangan mamanya.
"Nek, terima kasih ya gamisnya cantik. Syifa berangkat dulu ya, ke masjid!" ujarnya seraya menyalami nenek Fatimah berpamitan.
"Iya, hati-hati, Fa. Nanti kalau sudah selesai langsung pulang ya, Sayang!" ujar Rosa mengingatkan.
"Iya, Ma. Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam."
Syifa pun berjalan kaki karena jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Sesampainya di masjid sudah ada Nafisa dan beberapa anak yang lain. Untuk anak perempuan dibimbing oleh ummi Syarifah dan kak Aminah Sedangkan yang laki-laki di bimbing oleh Ustadz Imron dan sementara dibantu oleh kakaknya Nafisa, Ilham.
Ummi Syarifah dengan telaten mengajari Syifa membaca iqro'. Sebenarnya hanya Syifa yang bacaannya masih tertinggal, sebab anak-anak yang lain seumurannya sudah pada tahap membaca Al-Qur'an. Bahkan sudah hapal jus 30.
Sebab kebanyakan dari anak keturunan Arab itu mereka sekolah di pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Annas. Setiap hari mereka dituntut untuk membaca iqro' secara rutin sejak kecil dan juga menghafal surat-surat. Sehingga tidak heran jika kebanyakan dari mereka sudah fasih membaca Al-Qur'an dan sudah hafal jus 30.
Sedangkan Syifa hanya sanggup untuk bersekolah di SD Negeri. Sebab Rosa tidak sanggup membayar biaya sekolah di pondok atau sekolah swasta berbasis agama islam yang cukup mahal karena merupakan sekolah yang cukup terkenal dan bermutu tinggi.
"Syifa, karena TPAnya hanya seminggu dua kali, misalkan Syifa ingin belajar membaca iqro' lebih cepat bisa datang ke rumah Ummi sebelum maghrib. Nanti ba'da salat maghrib Ummi akan mengajari Syifa membaca iqro' dan belajar hafalan surat-surat bersama Nafisa. Mau nggak?" tanya Syarifah.
"Mau-mau, Ummi," ujar Syifa dengan antusias.
"Baiklah, besok sebelum maghrib Ummi tunggu ya di rumah?" ujar Syarifah.
"Baik, Ummi. Terima kasih!" ujar Syifa dengan tersenyum senang.
Sepulang TPA Syifa bercerita tentang tawaran ummi Syarifah kepada nenek dan mamanya.
Mendengar hal itu nenek sangat setuju. Nenek yang sudah sangat tua memang tidak sanggup untuk mengajari Syifa membaca. Sebab netranya yang sudah tidak begitu awas dan ucapannya yang tidak begitu jelas dalam melafalkan bacaan ayat demi ayat akan membuat rancu bagi yang mendengar.
Sedangkan Rosa yang merupakan mualaf tidak begitu pandai membaca Al-Qur'an atau pun menghafal surat-surat. Sehingga tidak bisa mengajari Syifa dengan baik.
Rosa dan nenek Fatimah menyetujui Syifa untuk belajar pada ummi Syarifah yang juga sudah mereka kenal dengan baik. Mereka yakin Syifa akan lebih baik belajar pada ahlinya.
......................
Keesokannya setelah pulang sekolah Syifa langsung menyusul ke Ruko. Syifa yang hendak menuju ke tempat mamanya berjualan kue terurung tatkala ada yang memanggilnya.
"Hey, Syifa!"
Syifa lalu menoleh pada sumber suara. Terlihat Antika berlari kecil ke arahnya.
"Fa, duduk di sana yuk! aku bawa ini, kita makan bareng, yuk!" ujarnya seraya memperlihatkan jajanan yang sedang hits pada acara iklan di televisi.
"Em, tapi aku belum bilang sama mama. Nanti kalau mama nyariin aku gimana?" ujar Syifa bimbang.
"Kamu kalau ke mana-mana musti ijin dulu ya sama mamamu? kalau aku boro-boro ada yang nyariin. Aku pulang atau enggak pun ayahku nggak bakalan nyariin. Yang ada di marahi karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah malah kelayapan," ujar Antika dengan acuh mencomot jajanan di tangannya.
"Kalau ibumu?" tanya Stifa.
Antika tidak segera menjawab dan terus mengunyah dengan lahap. "Aku nggak punya ibu!" ujarnya tanpa ekspresi.
Syifa menjadi kasihan kepada Antika. Pantas saja selama ini dia melihat Antika seperti anak yang kurang perhatian dan kesepian.
"Maksudnya ibumu sudah meninggal? maaf ya Tik, aku nggak bermaksud untuk memingatkan mu pada ibumu?" ujar Syifa dengan sangat menyesal karena bertanya tentang ibunya Antika. Dia takut jika hal itu akan membuat Antika semakin sedih.
"Gak masalah! aku juga nggak tahu apakah ibuku masih hidup atau enggak. Dia pergi dari rumah sejak aku masih kecil!" ujar Antika tanpa berhenti menyuap camilan ke dalam mulutnya.
Syifa sangat terkejut mendengarnya. Dia semakin merasa iba kepada Antika. Bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya begitu saja. Sungguh Syifa tidak dapat membayangkan jika hal itu terjadi kepadanya.
"Begini saja, Tik. Aku temui mamaku dulu. Kamu juga ikut. Nanti kita main bersama di tengah aula ruko. Gimana?" tanya Syifa.
"Benar-benar anak mama! ya udah yuk masuk!" ujar Antika kemudian mendahului Syifa untuk masuk ke dalam.
Sesampainya di dalam, Syifa memperkenalkan Antika pada mamanya juga neneknya.
Mama Syifa bahkan memesankan makan siang untuk Syifa dan Antika agar mereka tidak kelaparan sepulang dari sekolah.
Rosa ikut senang melihat Syifa mendapatkan teman sebaya yang cukup baik, sehingga bisa menemaninya bermain saat berada di ruko.
Tiba-tiba ada yang memeluk tubuh Syifa dari belakang.
"Syifa, kamu cantik banget sih, Fa. Kalau nanti sudah besar mau nggak jadi pacar, Om!" ujar orang itu.
Syifa seketika mengenali suaranya.
"Bang Jo, lepas nggak!" ujar Syifa sembari meronta-ronta ingin dilepaskan.
Pemuda itu tidak melepaskan Syifa justru malah memeluknya dengan erat.
"Lepas nggak, Jo. Gue bilangin sama emaknya digibeng lo sama si Rosa!" ujar seorang ibu paruh baya yang duduk di depan kiosnya sembari mengibaskan kipas di samping wajahnya.
"Halah, Mbak Merry nih. Orang cuma bercanda doang sama Syifa juga. Habisnya gemes banget sih lihat nih anak. Masih kecil aja udah cantik banget, gimana entar kalau udah dewasa, pasti cantik banget!" ujarnya setelah melepaskan Syifa.
"Syifa udah besar, Abang nggak boleh peluk-peluk Syifa kaya gitu lagi. Bukan muhrim!" ujar Syifa seraya melangkah pergi menuju tempat mamanya berjualan. Antika mengikutinya dari belakang.
"Yaampun Syifa, cantik-cantik jutek banget sih lo, ternyata nggak emak nggak anak sama-sama jutek!" seru Jodi yang masih terdengar di telinga Syifa.
Syifa terus berjalan cepat dengan agak kesal. Meski pun niatnya bercanda tapi dia mengerti bahwa tindakan Jodi kepadanya membuatnya tidak nyaman. Namun Syifa tidak mengadu kepada mamanya karena takut membuat mamanya kepikiran.
"Fa, kamu mau aku kasih pelajaran sama laki-laki tadi?" tanya Antika.
"Jangan! bang Jo emang kayak gitu dari dulu! makanya aku kesal. Tapi jangan bikin keributan aku tidak mau hubungan mama dan para penjual yang lain nanti tidak nyaman karena masalah ini. Aku tahu bang Jo sebenarnya bercanda, tapi aku merasa kurang nyaman saja didekap seperti tadi. Aku bukan lagi anak kecil. Rasanya menyebalkan saja!" ujar Syifa.
Syifa kemudian meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu kepada mamanya. Sedangkan Antika tidak bisa pulang karena harus membantu ayahnya berjualan.
Syifa mengayuh sepedanya dengan cepat menuju ke jalanan.
Tiba-tiba ditengah jalan rantai sepedanya putus. Syifa akhirnya turun dan mencoba memperbaiki rantai sepedanya. Namun, ternyata cukup sulit.
"Ada apa?" tiba-tiba ada sosok yang berdiri di belakangnya.
Syifa mendongak ke atas melihat pada sosok yang berdiri dibelakangnya.
...________Ney-nna________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
siapa yang manggil Syifa ini, semoga dia orang baik
2022-11-14
2
anggita
Syifa.. 😘
2022-10-12
2
Uty
penasarannnn...lanjut thor
2022-09-30
0