Antika kemudian masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Tidak lupa ia menutup kembali pintu gerbangnya.
"Assalamualaikum," ucapnya saat memasuki rumah.
Tidak ada sahutan, tapi Antika yakin jika Ayahnya ada di dalam rumah. Antika berjalan masuk hingga sampailah dia di depan pintu kamarnya. Dari sana ia dapat melihat ayahnya yang tengah duduk di kursi depan meja makan.
Dari samping tergambar jelas wajah garangnya. Antika hapal dengan peringai ayahnya itu. Ia yakin ayahnya usai bertengkar dengan wanita tadi. Raut wajahnya menunjukkan jika ia tengah menahan emosi.
Antika mengabaikannya dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Menegur ayahnya sama saja mencari gara-gara. Sebab, nantinya justru ia yang akan terkena amukan oleh ayahnya.
Antika kemudian bergegas mengganti baju dan memilih untuk beristirahat di kamarnya untuk melepas lelah. Dia mengabaikan perutnya yang terasa lapar, demi menghindari bertemu dengan ayahnya.
Sejak kecil ia hanya tinggal bersama ayahnya seorang diri hal itu menjadikannya cuek dan tidak mudah cengeng. Ia sudah terbiasa menjalani kerasnya hidup yang ia hadapi.
Dia tidak pernah merasakan kelembutan hati seorang wanita atau kasih sayang seorang ibu. Sebab, sejak kecil dia tidak pernah mengenal siapa ibunya. Jadi wajar saja jika ia tumbuh menjadi gadis yang tomboi.
Beruntungnya dia masih mempunyai teman yang baik seperti Syifa dan Nafisa yang mendorongnya dalam kebaikan, sehingga dia tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
Tak berapa lama memejamkan mata akhirnya ia pun tertidur. Hingga sore menjelang ia baru bangun. Kemudian beranjak untuk mandi lalu melaksanakan salat.
Usai salat ia merasakan perutnya yang mulai keroncongan. Ia beranjak menuju dapur untuk mencari makanan. Saat membuka tudung saji betapa terkejutnya dia ada sebuah ayam ingkung yang nampak lezat bertengger di meja makan. Bahkan terlihat masih utuh belum tersentuh sedikitpun.
"Tumben ada tetangga yang berbaik hati ngasih lauk sebanyak ini. Ayah udah makan belum, ya? bodo' lah kalau entar dimarahin. Yang penting perut kenyang. Biasanya juga gue cuma disisain tulangnya doang sama sayap!" gumam Antika lalu segera menuang nasi dari magic com ke dalam piring. Tak lupa ia comot daging ayamnya.
"Bismillah ...," ujarnya lalu menyantap dengan lahap makanannya tanpa sendok. Melainkan dengan tangan.
Tak berapa lama ayahnya keluar dari kamar. Sejenak Antika menghentikan makannya seraya melirik pada ayahnya.
Namun, rupanya ayahnya diam saja tanpa mempedulikannya dan melewatinya begitu saja. Ayah Antika kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Tidak mendapatkan omelan dari ayahnya Antika justru merasa aneh. "Kok, tumben Ayah nggak marah saat tau aku makan duluan?" gumamnya sendiri.
Antika justru merasa ada yang aneh. Ia menjadi ragu untuk memakannya. Ia pun seketika menghentikan makannya dan memilih menunggu hingga ayahnya keluar dari kamar mandi.
Klekk!
Terlihat ayah nampak sudah selesai mandi setelah lima belas menit berlalu.
"Yah, ini lauknya siapa yang kasih?" tanya Antika hati-hati.
"Sudah dimakan baru bertanya!" gerutu ayahnya tanpa menjawab pertanyaan Antika.
"Pas laper-lapernya lihat ginian, gimana nggak buru-buru pengen nyomot coba," jawab Antika sekenanya.
"Ya sudah makan saja tidak usah bertanya!" jawab ayahnya ketus seraya menyampirkan handuk pada jemuran.
"Halal nggak, nih! taunya nggak halal kan jadi nggak berkah ...," keluh Antika meragukan makanan itu.
"Cerewet kamu. Halal ..., sudah sana makan jangan banyak bawel! kalau masih sisa simpen aja di kulkas buat lauk kamu besok pagi. Ayah tidak akan makan, aku sudah kenyang!" tutur Ayahnya kemudian beranjak masuk ke dalam kamarnya.
Antika menatap heran ke arah ayahnya. Ia seolah tak percaya dengan jawaban ayahnya. Dia ingat betul tadi pagi ia yang memasak nasi di magic com. Dan, hingga kini hanya berkurang sedikit, itu artinya ayah sedari siang belum makan.
"Ayah kenapa sih, kok aneh banget! jangan-jangan ini lauk dari pacarnya tadi, terus pasti ayah diputusin sama tuh perempuan, sampai patah hati dan nggak mau makan! Astaghfirullah ada-ada aja yang udah uzur sok cinta-cintaan segala!" cerocos Antika tanpa henti.
Ia kemudian segera menghabiskan makanannya. Sebab ayam gorengnya sangat lezat, sayang untuk dilewatkan.
Usai makan ia membereskan piring dan mencucinya. Benar saja tak ada piring bekas ayahnya makan. Dia pun semakin curiga dan penasaran dengan wanita yang ditemuinya siang tadi.
Setelah membereskan dapur ia beralih mencuci baju. Itulah kesehariannya yang harus mandiri mengurus dirinya sendiri. Siapa lagi yang akan membersihkan rumah yang berantakan, piring kotor, baju kotor dan masih banyak lagi yang lainnya jika bukan dirinya sebagai satu-satunya wanita di rumah itu.
Usai bersih-bersih, terdengar adzan maghrib berkumandang. Ia bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan salat.
Ddrrttt drrrtt drrtt.
Tiba-tiba terdengar handphonenya bergetar tanda ada pesan masuk dari nomor baru. Antika nampak ragu untuk membukanya. Namun, akhirnya ia tetap mengintip isi pesan tersebut.
[ +6285********** : Tik, tolong ke alun-alun utara sekarang juga. Gue jatuh dari sepeda. Ini pinjem HPnya orang. Syifa. ]
Melihat pesan tersebut dari Syifa, Antika bergegas mengecek ke nomor mamanya Syifa. Ia menghubungi nomor tersebut sebab Syifa tidak memiliki handphone pribadi.
Beberapa kali melakukan sambungan telepon ke nomor mama Syifa namun tidak diangkat. Antika pun bergegas keluar rumah berniat mendatangi lokasi tersebut. Takutnya Syifa terluka parah.
Antika segera menuntun sepedanya dan membuka pintu gerbang rumahnya. Ia kemudian mengayuh sepeda itu dan melaju menuju alun-alun utara keraton.
"Syifa, mau ke mana sih malam-malam begini!" gumam Antika disela-sela mengayuh sepedanya.
Jalanan malam itu cukup sepi. Terlebih rumah-rumah dikawasan keraton tertutup pagar yang menjulang tinggi sehingga tidak nampak aktifitas warga yang berada di dalam rumah. Hanya beberapa rumah yang bangunannya sudah diubah menjadi rumah bergaya modern yang memperlihatkan kemewahan rumah itu dari luar.
Tanpa Antika ketahui ada seseorang yang tengah mengikutinya dari belakang.
Nampak seorang perempuan memakai hoodie besar dan tebal mengarah ke arah yang sama dengan mengayuh sepedanya dengan sangat pelan.
"Antika mau kemana ya malam-malam begini? padahal mau ku ajak ke rumahnya Nafisa jenguk, Ummi. Kok malah pergi, sih. Penasaran deh, aku ikuti dia aja lah!" gumam Syifa.
......................
Kurang lebih lima ratus meter bersepeda sampailah Antika di alun-alun. Namun, suasana di tempat itu nampak sangat sepi.
"Duh, mana Syifa? jangan-jangan dibawa ke rumah sakit!" gumam Antika seraya celingukan.
Sementara Syifa bersembunyi di balik pohon agar tidak ketahuan oleh Antika.
"Antika ngapain di sana? jangan-jangan mau ketemuan sama cowok, mencurigakan!" ujar Syifa.
Antika lalu mengirimi pesan pada nomor yang tadi mengiriminya pesan.
[ Me : Fa, lo sekarang di mana? ]
Setelah beberapa saat menunggu muncul jawaban.
[ +6285********** : Aku di samping gapura. ]
Setelah mendapat jawaban, Antika segera menuju ke utara untuk mendatangi Syifa.
Namun, sesampainya di sana suasana lebih gelap dan sepi. Antika merasa tidak beres. Saat ia hendak berbalik dua orang laki-laki tiba-tiba muncul dan mengeroyoknya. Antika dengan cepat melawan. Namun dua lawan satu tentunya tidak mudah.
"Awas...!" pekik Syifa saat datang seorang lagi membawa kayu ditangannya.
...________Ney-nna_______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
dasar cowok pecundang
2022-11-19
0
Nocturnlax
AKWKAAAKKAKAKAKAKA ANTIKA KAMU FRONTAL BANGET
2022-10-29
0
Uty
laki" kok beraninya main keroyoan , mana waktu malem lagi 😡
2022-10-01
1