Pada jam istirahat seusai makan siang Asyifa dan Laila bergegas menuju musala untuk melaksanakan salat dhuhur terlebih dahulu.
Banyaknya antrean membuat mereka harus bergantian salatnya. Usai salat Syifa menunggu Laila di teras depan kelas mereka yang tidak terlalu jauh dari musala.
Tiba-tiba Juna datang dan duduk di samping Syifa. "Ngapain di sini sendirian, Fa?"
Syifa menoleh ke sumber suara seraya tersenyum ke arah Juna. "Eh ... lagi nungguin temen salat, Kak," jawabnya.
"Kamu udah?" tanya Juna.
"Udah, Kak. tadi antreannya panjang, nggak bisa barengan saking musalanya penuh. Kak Juna mau salat?" tanya Syifa.
"Iya nih! Dari tadi kayaknya penuh musalanya," ujarnya seraya beranjak berdiri memandang ke arah musala. "Kalau gitu aku ke sana dulu ya, Fa?"
"Silakan, Kak!" ujar Syifa.
Dari lapangan basket Devan melihat hal itu, saat Syifa dan Juna tengah terlihat mengobrol. Devan yang merasa cemburu mengepalkan tangan menahan amarah.
"Van, kayaknya lo bakal kalah deh sama Juna! tuh lihat mereka seakrab itu, tadi juga aku lihat Asyifa turun dari mobilnya Juna. Kayaknya mereka tambah dekat aka!" ujar Rian teman Devan.
"Gue nggak mungkin kalah dari Juna, lo lihat aja ntar!" Devan menatap tajam ke arah Syifa yang tengah duduk sendirian.
Tidak dipungkiri sebenarnya Devan merasa kesal kepada Syifa. Selama didekati Syifa tidak pernah tersenyum ke arahnya saat diajak mengobrol, sangat berbeda sekali saat berbincang dengan Juna.
Gue nggak akan biarin lo jadian sama Juna. Kalau gue nggak bisa dapetin lo, Juna pun juga nggak boleh! gumamnya di dalam hati.
"Oke kita taruhan, lo atau Juna yang akan jadian sama Syifa!" ujar Rian.
"Oke deal!" jawab Devan.
......................
Usai salat semua siswa diminta berkumpul. Sebab kegiatan persami akan segera dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu jelajah alam.
Mereka berjalan kaki menyusuri jalanan pedesaan melintasi rumah warga, kemudian melewati ke pelosok-pelosok desa, masuk ke jalan setapak, melewati tepian sungai, hingga harus berjalan ke dalam anak sungai. Akhirnya baju dan sepatu yang mereka pakai pun basah kuyup.
Tepat disaat itu Syifa merasa kakinya mati rasa, keram tidak bisa digerakkan. Syifa menepi di tepian sungai dengan dibantu temannya, lalu ia duduk di atas bebatuan. Salah seorang kakak senior yang bertugas mengawasi di wilayah itu segera mendekat ke arah Syifa.
"Kenapa, Dek?" tanyanya.
"Kaki saya keram, Kak. Saya nggak bisa jalan," tutur Syifa sembari memegangi kakinya yang sudah sangat kedinginan.
"Aduh ... sakit banget, ya?" tanya kala seniornya itu.
"Kaki aku mati rasa, Kak. Dingin!" ujar Syifa.
"Oke, kita duduk di pos itu!" ujar Finda seraya menunjuk kepada gubuk bambu yang menjadi tempat penjagaannya tadi. Dia merangkul Syifa dan membawanya ke pos.
"Ayo lepas dulu sepatunya, Dek. Ini keramnya pasti karena sepatunya basah kuyup," ujarnya seraya membantu Syifa membuka sepatu dan kaos kaki. "Ya ampun, dingin banget kaki kamu, dek!" ujarnya lagi saat memegang kaki Syifa yang terlihat putih pucat.
Tak berapa lama Devan yang sedang berpatroli pun datang dengan menaiki sepeda motornya.
"Ada apa, Fin?" tanya Devan kepada temannya itu, kemudian melihat ke arah Syifa.
"Kakinya keram, gimana nih?" tanya Finda.
"Ya udah biar gue anter balik ke sekolah aja," ujarnya.
"Oh iya, kamu balik aja ke sekolah sama Kak Devan ya, Dek! kaki kamu musti dikasih minyak angin biar nggak semakin parah, soalnya ini kakimu dingin banget!" tutur Finda.
"Iya, Fa. Ayo gue antar!" bujuk Devan.
"Kalau balik ke sekolah Syifa nggak bisa lanjutin perjalanan ke pos-pos berikutnya dong, Kak?" tanya Syifa yang masih ragu.
Syifa merasa tidak enak membiarkan anggota regunya melanjutkan perjalanan tanpa dia. Terlebih karena harus berboncengan dengan Devan.
"Yang penting itu utamakan keselamatan kamu dulu, Dek. Kalau terjadi hal fatal nanti kami sebagai dewan ambalan yang akan disalahkan sama orang tua kamu dan para pembina!" Finda menasehati.
Akhirnya Syifa menurut atas bujukan kaka seniornya itu, karena kakinya tidak bisa digunakan untuk berjalan jauh juga. Dengan perlahan Syifa naik ke boncengan motor Devan.
Sepanjang jalan Devan merasa senang bisa membawa Syifa kembali ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Devan mengantar Syifa ke ruangan UKS yang disiapkan untuk siswa yang sedang sakit saat persami berlangsung.
Syifa segera di tuntun oleh salah satu petugas yang berjaga.
"Syifa, kamu istirahat ya! aku mau balik dulu," ujar Devan kemudian berpamitan.
"Em ... iya Kak, terima kasih atas bantuannya!" ujar Syifa sopan.
"Sama-sama, jika perlu sesuatu cari aku, Fa!" ujarnya lagi.
Syifa hanya mengangguk kecil menanggapinya. Dia malu terhadap kakak seniornya yang sedang merawat kakinya. Dia takut orang yang mendengar akan salah paham memaknai kebaikan Devan kepadanya.
Syifa merasa lega saat Devan sudah ke luar ruangan. Kakak kelasnya yang bertugas di UKS segera membalurkan minyak ke kaki Syifa. Dia bahkan melakukan pijatan kepada kaki Syifa hingga terasa rileks dan hangat. Perlahan Syifa mulai tertidur karena kecapekan.
Saat bangun dari tidurnya Syifa teringat bahwa dia belum salat ashar, dia kemudian bangkit mencoba beranjak perlahan hendak ke luar.
"Udah enakan, Dek?" tanya penjaga UKS.
"Iya, Kak udah mendingan. Sekali lagi terima kasih ya, Kak? saya permisi mau salat dulu!" ujar Syifa.
"Oke, hati-hati ya?"
Syifa segera beranjak menuju musala untuk melaksanakan kewajibannya. Usai salat dia kembali ke tendanya.
"Wah, enak banget yang nggak ikut lanjut kegiatan, malah asyik boncengan sama senior! sana sini oke aja! nggak tahu malu!" sindir Nida.
Rupanya hal itu menjadi kecemburuan bagi Nida dan mungkin juga yang lain yang merasa Syifa beruntung karena cantik sehingga banyak dapat perhatian dari senior. Seperti itulah desas desus yang sempat Syifa dengar dari bisik-bisik mereka di belakang Syifa.
Syifa merasa sedih sebab menjelaskan yang sesungguhnya pun rasanya percuma. Hal itu tidak akan membuat mereka berhenti menggunjing di belakang.
Syifa memilih mendiamkan dan berpura-pura tidak mendengar demi menjaga kesabaran dirinya agar tidak terpancing dengan hal semacam itu.
Malam harinya seusai salat isya', panitia tengah mempersiapkan kegiatan selanjutnya yaitu api unggun. Acara yang paling dinanti-nanti oleh sebagian anak.
Rencananya akan dilaksanakan pentas seni yang mempertunjukkan bakat dari masing-masing sangga. Pada pembukaan acara Arjuna membawakan sebuah lagu dengan petikan gitar ditangan yang memukau.
Tidak heran karena Juna selain menjadi pradana pada kesempatan persami kali ini, dia juga merupakan vokalis band sekolah. Suaranya yang merdu dan kepiawaiannya memainkan gitar tidak diragukan lagi.
Pada saat itu entah benar atau tidak, Syifa merasa Juna beberapa kali melihat ke arahnya saat bernyanyi. Laila yang juga mengetahui hal itu pun menyorakinya.
"Ciye, Syifa. Dilirik terus tuh sama Kak Juna," tutur Laila.
Mendengar hal itu pun seketika membuat yang lain iri kepada Syifa.
Terutama Devan yang semakin kesal kepada Arjuna yang sok caper kepada Syifa ataupun siswi-siswi yang lain. Dia berbisik kepada temannya untuk merencanakan sesuatu kepada Syifa.
...______Ney-nna______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
pesona syifa sangat luar biasa
2022-11-17
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Syifa banyak yang mengidolakan 🤣🤣
2022-11-17
0
Uty
masa"remaja yg penuh gelora
2022-09-30
0