"Hiks ... hiks ... hiks ... maafkan aku! Maafkan aku karena lebih memilih pergi dengannya, dari pada pergi dengan kamu. Padahal aku sudah menikah, tetapi aku tak pernah menghargai kamu sebagai seorang suami," ungkap Syafa di iringi isak tangis.
Zhafran mengelus rambut istrinya dengan lembut. Dirinya merasa bersyukur, karena akhirnya istrinya menyadari letak kesalahannya. Syafa merasa malu, dan menyesali perbuatannya selama ini kepada suaminya. Terlebih Zhafran tak pernah berbuat kasar kepadanya, meskipun dirinya menyakiti hati suaminya secara terang-terangan dengan berkata akan pergi bersama kekasihnya.
"Kok kamu bisa tahu sih, dan menolong aku? Kamu mengikuti aku ya? Oh jadi, kamu bohongin aku? Kamu diam-diam mengikuti aku, dan tidak pergi ke pesantren. Ayo ngaku," ujar Syafa yang kini menatap serius ke arah suaminya.
"Sudah salah, sekarang aku yang di tuduh bohongin kamu. Geer banget kamu, aku tak sudi menginjakkan kaki aku ke club malam. Lagi pula kamu tanya saja ke Abah Alwi atau Ummi Fatimah, aku benar ke sana apa tidak," sahut Zhafran sambil mencubit hidung istrinya.
"Lantas siapa yang membawa aku ke sini? Mengapa kamu bersama aku?" Tanya Syafa. Membuat kepalanya bertambah pusing.
"Kenapa kamu menyesal karena jadinya melakukannya sama aku. Harusnya kamu tanggung jawab, buat aku tak berdaya. Kamu mainnya beringas banget," sindir Zhafran membuat wajah Syafa memerah. Merasa malu kala mengingat kejadian semalam.
Akhirnya Zhafran menceritakan kalau semua ini karena Ayahnya sendiri. Selama ini Ayahnya telah menyuruh orang suruhannya untuk mengikuti Syafa, dan mereka 'lah yang menolongnya. Ayah Hasan juga yang menghubungi dirinya dan membuka kamar ini, agar Zhafran membantu anaknya. Karena penawar obat perang*sang akan hilang jika di pakai untuk berhubungan intim.
"Astaga Ayah, Aku malu," ucap Syafa yang kini menutup wajahnya.
"Suka duka menikah sama anak manja ya begitu, urusan begini saja harus andil Ayahnya. Kalau tidak tak akan pernah terjadi, bahkan kamu lebih senang memberikan sama dia," sindir Zhafran membuat Syafa merasa bersalah.
"Iya, maafkan aku ya! Aku mengakui salah. Mulai saat ini, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk kamu. Aku akan memutuskan hubungan aku sama Galang," ungkap Syafa membuat Zhafran melongo.
"Serius kamu? Yakin tak menyesal? Bukannya kamu cinta sama dia? Kemarin-kemarin ngotot pertahankan dia. Kemasukan setan apa kamu" ucap Zhafran dan langsung mendapatkan cubitan mesra dari Syafa.
Zhafran langsung menangkap tubuh istrinya dan mengajak berguling di kasur, hingga akhirnya kini Zhafran berada di atas tubuh Syafa. Netra mereka bertemu. Posisi mereka sangat intim, hanya selimut yang menjadi pembatasnya.
"Mau lanjut lagi yang semalam? Masih sakit enggak milik kamu," ujar Zhafran membuat Syafa tersipu-sipu malu. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
"Nanti kalau aku hamil gimana? Kamu pakai pengaman dong! Aku masih ingin kuliah," rengek Syafa.
"Kalau hamil memangnya kenapa? 'Kan ada suaminya, aku. Justru bagus, aku memang ingin segera memiliki keturunan. Telat Sayang, mungkin saat ini sedang berkembang di rahim kamu Zhafran junior. Meskipun hamil kamu 'kan masih bisa sambil kuliah," ujar Zhafran.
Syafa langsung menangis. Membayangkan jika dirinya benar-benar hamil, harus kuliah dalam keadaan perut yang besar. Terlebih teman-teman di kampusnya tak ada yang tahu pernikahan dirinya dengan Zhafran. Dia juga merasa malu, kalau ternyata dirinya menikah bukan dengan orang kaya. Yang hanya memiliki rumah jelek, berpenampilan norak, dan menggunakan motor jelek.
"Kenapa kamu menangis? Kamu malu memiliki suami aku? Karena aku hanya orang miskin bukan seperti yang kamu inginkan?" Tanya Zhafran dan Syafa menganggukkan kepalanya.
"Sayangnya aku masih ingin menutupinya dari kamu, justru aku ingin kamu menerima aku bukan karena apa-apanya. Kamu tulus mencintai aku, dan sebagai imbalan dari kesabaran kamu. Aku akan menunjukkan siapa aku sebenarnya," gumam Zhafran.
Terdiamnya Zhafran membuat Syafa tak enak hati, dia yakin kalau suaminya itu diam karena tersinggung dengan ucapannya. Padahal Zhafran sibuk dengan pemikirannya.
"Maafkan aku."
"Doakan aku selalu, semoga aku bisa menyeimbangi kamu. Aku bisa menjadi orang yang sukses. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, termaksud takdir aku menjadi orang kaya. Meskipun aku hanyalah anak yatim piatu, dan selama ini besar di pesantren. Namun, jika Allah sudah berkehendak. Semua akan terjadi, walaupun bagi manusia hal itu sangatlah tak mungkin," ucap Zhafran.
Zhafran dan Syafa memutuskan untuk pulang, Syafa mengajak Zhafran untuk ikut mengunjungi Galang. Dia ingin mengakhiri hubungan dirinya dengan Galang, dan memperkenalkan Zhafran sebagai suaminya kepada Galang.
Sebenarnya dirinya merasa berat. Keinginan dirinya untuk menikah dengan Galang, pupus sudah. Dia tak ingin mengecewakan orang tuanya. Sekuat apapun dirinya berjuang mempertahankannya, restu orang tuanya 'lah yang dia butuhkan.
"Kamu yakin ingin mengajak aku bertemunya? Apa kamu tak malu, mengenalkan suami kamu yang bukan orang kaya," ujar Zhafran dan Syafa menganggukkan kepalanya dengan mantap. Keputusan sudah bulat untuk mengakhiri hubungannya dengan Galang.
Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju apartemen Galang. Mereka sengaja langsung ke sana pagi ini. Meskipun Syafa harus berjalan tertatih-tatih, karena masih merasakan sakit di area sensitifnya.
"Masih sakit?" Tanya Zhafran dan Syafa menganggukkan kepalanya. Namun dirinya sudah merasa tenang, karena akhirnya dia bisa memberikannya kepada suaminya. Meskipun dirinya sempat berpikir bodoh, tetapi Allah justru menuliskan dia memberikan untuk suaminya.
Mereka sudah sampai di lobby apartemen Galang. Jantung Syafa berdegup sangat kencang, tiba-tiba saja dirinya merasa tegang. Wajah Syafa terlihat tegang.
"Jika kamu merasa belum siap, tak perlu di paksakan! Nanti saja kalau kamu sudah merasa siap. Atau aku menunggu saja di sini," ujar Zhafran.
"Tidak, aku baik-baik saja," ujar Syafa. Meskipun dirinya sebenarnya tidak baik-baik saja. Sepanjang jalan menuju apartemen Galang, dirinya tampak gelisah.
Syafa yakin kalau saat ini Galang masih tidur, terlebih dirinya semalam pasti mabuk dan sama-sama minum obat untuk persiapan berhubungan dengannya. Hingga akhirnya Syafa memutuskan untuk membuka pintu apartemen Galang dengan kartu akses dirinya masuk.
"Benar kan sepi, kamu duduk di sini dulu ya," ujar Syafa. Syafa berjalan ke kamar Galang, sedangkan Zhafran menunggu di ruang tamu melihat sekeliling apartemen Galang. Syafa sempat merapihkan baju dan celana milik Galang yang tercecer di ruang TV. Galang sangat berbeda dengan Zhafran. Jika Syafa ke apartemen Galang, pasti dia membantu Galang membersihkan apartemennya. Berbeda saat dirinya dengan Zhafran, justru dirinya yang selalu membersihkan rumah. Syafa dilayani seperti seorang ratu.
"Mengapa tas dan ponsel Natasya di sini?" Syafa bermonolog dengan pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Agus Irianto
akhirnya tau juga siapa Galang..alhamdulilah
2023-07-16
0
Dinda Putri
lanjut thoor
2022-10-10
0
Ayi
ketahuan kmu 😁😁
2022-10-10
0