"Hiks ... hiks ... hiks, mengapa tak ada yang kasihan sedikit pun kepada aku. Aku benci kalian! Kalian tega merenggut kebahagiaan aku," ucap Syafa dalam hati. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya.
"Dek, sudah jangan menangis terus! Ini makeupnya menjadi hancur terus, karena terkena air mata. Nanti yang ada ade tak pangling," ujar sang penata rias.
"Aku tak peduli, Aku benci pernikahan ini! Biar saja aku seperti badut ancol, aku tak sudi terlihat bahagia menikah dengannya," cerocos Syafa. Hingga akhirnya kedua orang tuanya turun tangan, menasehati dirinya. Karena pernikahan akan tetap dilaksanakan, apapun alasannya.
Zhafran dan beserta rombongan, keluar dari pesantren telah sampai di kediaman Ayah Hasan. Zhafran sudah terlihat gagah dengan beskap putih senada dengan kebaya yang akan dikenakan Syafa. Suasana akad nikah begitu khidmat. Di dalam kamar Syafa terus berdoa, agar Zhafran membatalkan pernikahan ini.
Namun sayangnya doanya tak manjur, mereka kini sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Acara akad nikah berjalan lancar. Kini Zhafran telah resmi menjadi menantu Ayah Hasan. Zhafran langsung mencium tangan ayah mertuanya, sebagai rasa hormatnya.
"Sudah jangan menangis terus! Kamu sudah resmi menjadi istri Zhafran. Hargai dia! Ingat di bawah jangan cemberut, meskipun kamu tak suka, kamu harus tersenyum! Jangan buat Ayah dan Bunda malu," ujar Bunda Almira mencoba memperingatkan sang anak.
Syafa berjalan menuruni anak tangga dengan didampingi sang Bunda. Wajahnya tertunduk dan tak ada kecerian di wajahnya. Ini bukanlah pernikahan yang dia inginkan. Dadanya terasa sesak.
Wajah Syafa terlihat syahdu saat menandatangi buku nikah dirinya bersama Zhafran. Kemudian Zhafran memasangkan cincin di jari manis Syafa. Hanya Syafa yang memakai, Zhafran tak memakai. Saat itu Zhafran hanya membelikan satu buah cincin sebagai mas kawin. Syafa terpaksa mencium tangan Zhafran, agar tak membuat malu kedua orang tuanya. Setelah itu acara sungkeman kepada orang tua Syafa, Abah Alwi, dan Ummi Fatimah selaku orang tua wali dari Zhafran.
"Ayah titip Syafa ya kepada kamu, tolong didik dia menjadi wanita sholeha," ujar Ayah Hasan dan Zhafran menganggukkan kepalanya.
"Syafa, mulai sekarang Zhafran adalah suami kamu. Tolong kamu hargai dia! Seburuk apapun dia, dia adalah suami kamu," ujar Ayah Hasan dan Syafa hanya diam saja.
Syafa terlihat sombong, bahkan saat makan bersama. Dirinya justru memilih langsung naik ke kamar. Padahal saat itu masih banyak tamu yang belum pulang. Ingin rasanya Ayah Hasan memarahi anak semata wayangnya itu, tetapi Zhafran melarangnya dan meminta Ayah Hasan membiarkannya.
"Kamu memang suami yang sangat pengertian. Syafa akan menyesal jika sampai kehilangan kamu," ujar Ayah Hasan. Ustadz Zhafran berniat mengajarkan Syafa tidak dengan kekerasan. Dia punya cara tersendiri, untuk membuat Syafa menyadari kesalahannya.
Acara telah selesai, rencananya Zhafran akan langsung membawa Syafa ke rumahnya. Ayah Hasan tak melarangnya, dia sudah mempercayai Zhafran. Dia serahkan kepada Zhafran. Zhafran pamit untuk ke kamar, menemui Syafa.
Zhafran menelan salivanya saat melihat pemandangan istrinya yang terlihat seksi. Namun dirinya berusaha untuk menahan syahwatnya. Dia tak boleh langsung menggauli istrinya begitu saja.
"Biasa saja mandangnya! Kamu memang sudah resmi menjadi suamiku. Namun, jangan harap aku akan memberikan kepera*wanan aku untuk kamu," ujar Syafa ketus.
"Silahkan saja, asalkan kamu siap mendapatkan dosa karena tak melayani suami dengan baik. Ingat sekarang ini kamu sudah resmi menjadi istri aku! Meskipun kamu tak suka, kamu tetap harus melayani aku," sahut Zhafran membuat Syafa tak berkutik. Hingga akhirnya memilih menutup telinganya dengan bantal.
"Dari pada seperti ini, lebih baik sekarang kamu bersiap-siap! Kita pulang ke rumah aku," titah zhafran. Membuat mata Syafa membulat sempurna.
"Kamu ini apa-apaan sih? Memutuskan seenaknya saja! Aku tak mau, kamu saja sana yang pulang! Aku tak ingin ikut sama kamu! Aku ingin tinggal di sini," cerocos Syafa.
"Apa kamu lupa, kalau Ayah kamu sudah menyerahkan kamu ke aku? Dia membebaskan aku untuk melakukan yang aku suka, termasuk langsung membawa kamu ke rumah aku," sahut zhafran.
Apa kata orang, jika nanti melihat mereka tinggal terpisah. Syafa tetap bersama orang tuanya. Dengan perasaan kesal, campur aduk akhirnya Syafa menuruti permintaan Zhafran. Dia terlihat membereskan barang-barang yang penting. Zhafran turut membantunya, meskipun awalnya Syafa menolaknya.
"Terima kasih Ayah, tak perlu repot-repot! Aku sudah memesan taksi online untuk membawa barang-barang," ujar Zhafran.
"Huh, dasar sombong! Sok kebanyakan duit saja," umpat Syafa.
"Aku memang tak memiliki uang yang banyak, tetapi sebisa mungkin aku tak ingin merepotkan orang tua kamu. Mulai belajar hidup mandiri. Jangan bangga dengan harta kekayaan orang tua," sindir Zhafran balik. Membuat Syafa akhirnya diam tak berkutik.
Mereka pamit kepada kedua orang tua Syafa. Ayah Hasan terus mengingatkan sang anak untuk bersikap sopan dan melayani suami dengan baik. Namun, Syafa tak menggubrisnya. Dia tak pedulikan omongan orang tuanya.
Selama perjalanan mereka hanya diam, seperti orang yang sedang bermusuhan. Namun, Zhafran menanggapinya dengan santai. Dia memberi waktu kepada Syafa untuk mengungkapkan perasaannya.
"Ayo turun! Kita sudah sampai di rumah kita," ujar Zhafran.
Syafa terlihat ragu-ragu untuk turun. Sejak tadi hatinya terus menggerutu. Melihat rumah kecil Zhafran yang hanya seluas ruang tamu dan keluarganya. Tak ada fasilitas mewah yang akan dia dapatkan.
"Ayo kita masuk, jangan ragu-ragu! Mau tak mau kamu harus mau mengikuti suami kamu," ucap Zhafran.
Syafa hanya duduk layaknya seorang tamu, dirinya enggan melihat-lihat isi rumah itu. Ingin rasanya dia berlari dan melakukan protes. Bisa-bisanya orang tuanya menyerahkan dirinya begitu saja kepada Zhafran.
"Mulai sekarang, kamu harus terbiasa tinggal di rumah ini! Doakan aku, agar aku bisa membelikan AC agar kamu tak kegerahan! Namun untuk sekarang ini, tolong kamu terima dulu apa adanya. Sedikit demi sedikit aku akan memfasilitasi kamu. Bahkan jika aku memiliki rezeki, aku sudah berniat membelikan kamu rumah yang lebih layak," ucap Zhafran.
"Jangan mimpi! Mimpi kamu itu terlalu tinggi, Hati-hati jatuh dan kamu akan merasa sakit. Mau kamu sekerja kerasa apapun, sangat mustahil bisa membeli sebuah rumah. Gaji kamu palingan hanya cukup untuk makan beberapa hari saja," sindir Syafa. Di atau henti-hentinya menghina Zhafran.
"Kita lihat saja nanti, kamu atau aku yang akan menang," sindir Zhafran.
"Sudah sana mandi dulu, biar tubuh kamu tak lengket," titah Zhafran.
Namun, Syafa lebih memilih untuk bersantai. Membaringkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponselnya untuk menghubungi kekasihnya. Dia tak peduli dengan perasaan Zhafran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Teh Yen
nyebelin banget sih Syafa perempuan gt banget mau aj lagi d bodohin sama s Galang blom tau dia kalo Galang tu buaya Buntung yah nyesel kmau nanti
2022-09-27
2
Suhaetieteetie
syafa terlalu sombong sabar zhafran ngehadapin syafa
2022-09-27
1
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝔄ⁿᶦᵗᵃ🤎Ꮶ͢ᮉ᳟𝓰ₐₙⱼᵢₗ
Syafa blm tau aja seperti apa kekasih yg Syafa idam2kan, pasti akan 😣kecewa dan sakit hati yg dalam
semoga kesabaran mu Zafran membuahkan hasil💪💪💪
2022-09-27
1