Satu Atap

Satu minggu kemudian. Shafira,sudah menjadi istri Rokky. Ia tinggal di rumah lama Rokky,yang tidak jauh dari kediaman dari kakak-kakaknya.

Shafira, mengerjakan tugas sebagai seorang istri. Satu yang dia takutkan adalah memberikan hak kepada suaminya, jujur dia belum siap.

Plak....

Satu maps di letakkan di atas meja,tepat di hadapan Shafira.

"Butikmu,sudah di jual oleh kakakmu yang serakah itu. Aku sudah membelinya,kau urus baik-baik butikmu". Kata Rokky,ia duduk di seberang Shafira.

"Terimakasih banyak, Tuan. Hasil dari butik,akan aku bagi dua dengan mu". Kata Shafira,ia memegang erat maps di tangannya.

Buliran air mata mengalir,ia benar-benar sangat ingat. Butik baju inilah, hasil jerih payahnya dulu. Penuh dengan perjuangan, walaupun uangnya hasil warisan kedua orangtuanya.

"Tidak perlu,ambil untuk mu. Anggap saja, tambahan nafkah dariku". Senyum semerik Rokky.

Shafira, mengigit bibirnya sendiri. Saat mendengar nafkah dari Suaminya, sedangkan dirinya tidak pernah melayani suami dengan nafkah batin. "Maaf". Lirihnya.

Sontak membuat Rokky, terkekeh melihat sikap Shafira malu-malu.

"Aku tidak memaksa mu,jika belum siap".

"Hemmm... ak-aku minta maaf,karena..hemmm...". Lirihnya Shafira, walaupun tidak ada cinta di antara mereka. Namun sebagai seorang istri, wajib melayani suaminya. "Mau kemana". Shafira, menghentikan langkah suaminya.

"Aku harus kembali,besok lagi aku ke sini. Besok kamu bisa,pergi ke butik milikmu dan beraktivitas seperti biasalah. Aku tidak akan mengengkang dirimu". Rokky, berlalu pergi meninggalkan Shafira.

Shafira, mengembuskan nafas beratnya.

*********

"bagaimana mas? Berapa laku dijual semuanya". Kata Linda, langsung menyambut kedatangan suaminya.

"500 juta semuanya, itupun harus berbagi dengan kak Daniel. Kalau tidak demi, perusahaan. Aku juga tidak mau menjual, lumayan sih. Buat tambah-tambah modal gitu, kamukan bisa mengelola". Kata Samad. "Rumah kak Daniel,akan di jual. Mereka kekurangan uang, untuk perusahaan. Sementara mereka akan tinggal di sini,aku harap kamu bisa akur".

Sontak membuat Linda, terbalalak mendengar ucapan sang suami. "Tidak mau mas,aku tidak mau satu rumah dengan kak Sintia. Hidupku damai,tidak ada yang menggangu ku. Kenapa mereka tidak ngontrak saja sih? Bikin ribet aja". Bantah Linda,ia kesal sekali.

"kamu harus bisa menerima semuanya dong,apa lagi mereka itu kakak dan Kakak iparku. Lumayan kebutuhan sehari-hari kita berkurang Linda dan ada yang membantu kamu bersih-bersih,". Ucap Samad,ia juga tak mau sebenarnya jika sang kakak menumpang di rumahnya.

Linda,merasa keberatan namun apa boleh coba. Ia harus menerima juga, siap-siap banyak sabar.

"Oke,kalau kak Sintia mau beres-beres rumah. Tidak makan tidur,saja. Kamu harus memberitahu kepada kakakmu mas, mereka jangan seenaknya saja,". Sinis Linda, wajahnya cemberut.

"Hemm... nanti mas,akan membicarakan semuanya ini dengan kak Daniel. Ini untuk kita sayang,jadi enak gak banyak pengeluaran uang. Mereka bisa membantu kita,kalau perlu mereka menanggung semuanya". Senyum kecil samad,namun di dalam hatinya takut kepada sang kakak. Duhhh.. bagaimana ini, jangan-jangan semakin banyak pengeluaran uang.

"Baguslah mas,biar uangnya buat aku shoping. Aku sudah lama gak shoping, mungkin Shafira sekarang tengah enak-enakan dia di sana,". Decak Linda. Sial,kenapa Shafira seberuntung itu sih. Dia enak menikah dengan Arga, mantan kekasihku. Seharusnya aku, kenapa dia.

"Kamu kenap sayang,kok bengong". Tanya samad,kepada istrinya.

"Gak papa,mas. Yukk...kita ke kamar,kamu belum mandi". Linda, langsung menarik lengan Suaminya.

******

"kapan kita pindah mas,". Tanya Sintia, istri Daniel.

"Besok,hari ini kita siap-siap untuk pergi. Aku gak mau mas,di suruh-suruh sama Linda. Kamu taukan,kalau aku dan dia tidak akur. Dia itu, sok belagu jadi wanita". Decak Sintia,ia mulai membuka lemari pakaian.

Daniel, menggaruk kepalanya. "Tenang saja sayang,malahan uang bulanan kamu utuh. Apa lagi di rumah Samad,dia yang membeli bahan makanan nanti. Kita tinggal menumpang saja,makan dan tidur. Aku ini kakaknya dan kamu kakak ipar mereka,jadi tidak berhak menyuruh kita. Seharusnya mereka,yang patuh kepada kita,". Daniel, membujuk sang istri.

"Baiklah mas, kamu harus tegas kepada adikmu itu". Pinta Sintia,mau tak mau arus satu atap bersama adik iparnya.

"iya,sayang. Mas,bantu yah". Kata Daniel, mereka langsung menyiapkan pakaian dan membuat ke dalam koper.

Pagi hari yang cerah.

Daniel dan istri beserta anaknya,siap menuju rumah sang adik.

Sesampai di sana, mereka di sambut oleh samad.

Sedangkan Samad, menyuruh Linda membuatkan minuman kepada kakak dan kakak iparnya.

Dengan hati kesal, terpaksa Linda harus mau membuat minuman untuk mereka.

"Samad,mana mbok Inah? Bukankah beliau ART di sini". Tanya Daniel, langsung.

"Mbok Inah, sudah di Pecat kak. Sayang, uangnya buat tambahan pemasukan lainnya". Jawab Samad, sontak membuat Sintia kaget.

"Jadi kak Sintia dan aku, berbagi tugas. Jangan enak-enakan saja,kalian di sini cuman numpang. Kalau masak,gantian. Sama dengan pel, nyapu dan bersih-bersih juga. Satu lagi, pakaian cuci sendiri gak perlu gantian". Kata Linda, menjelaskan bahwa pekerjaan rumah di kerjakan sama-sama.

Sintia,mendelik ke arah suaminya. "Kalau masalah itu,kakak iparmu pasti mau". Jawab Daniel, membuat Sintia kesal. Namun dia tersenyum licik.

"baiklah, bahan-bahan dapur kita nanti sama-sama yah. Biar adil dan tidak ada iri-irian". Sahut Sintia, langsung.

"Gak bisa gitu dong,kalian yang beli. Enak saja,masa menumpang hidup di rumah kami. Tapi,bahan dapur sama-sama,". Kata Linda,geram. wahh.. keenakan bener kalian,sudah menumpang tapi mau seenaknya.

"Ya sudah,kita masak masing-masing. Aku tak sudi memasak untuk kalian,". Sahut Sintia. "Kamu itu harus tegas mas,masa punya adik seperti ini". Enak saja,mau di jadikan diriku babu.

"Samad,aku ini kakakmu. Seharusnya juga patuh dengan istriku,ingat itu" tegas Daniel, membuat nyali Samad ciuutt...

"Mas,kamu diam aja sih? Aku gak mau masak-masak, untuk mereka". Linda, cemberut.

"Ya sudah,kita beli bahan dapur masing-masing saja. Masak pun, masing-masing". Kata samad,ia sakit kepala sudah.

Linda, cemberut mendengar ucapan sang suami. malah membela mereka, walaupun Linda memang bisa masak. tapi dia ogah-ogahan masak,takut kukunya rusak tangan juga kasar.

"Bagus kalai begitu,jadi tidak ada yang iri-irian. kalian harus akur, Jangan berantem ingat itu". kata Daniel, melihat tatapan sang istri dan Linda. terlihat mereka sedang adu, pandangan.

"Gak bakalan berantem kok, asalkan adik iparmu ini. nurut sama kakak iparnya,". sahut Sintia, dengan sinis.

"Ck,enak banget nurut. ini rumah aku dan suamiku,jadi kalian hanya numpang. kalau perlu,sana pergiiiiii.... ngontrak rumah,biar aku bebas gak di ganggu sama benalu kaya kalian". Decak Linda,tak kalah sengitnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!