Raca melirik kepada Cara yang sedang bermain instagram. Wajah gadis itu terlihat sangat manis dari samping. "Ra, ambilin air minum dong." Cara menoleh dan meringis.
"Kenapa wajah lo gitu?"
"Lupa kalau ada tamu," jawab Cara, "lo mau sirup? Gue bikinin dulu ya."
Ditariknya tangan itu membuat Cara kembali terduduk. "Gak usah deh, air putih udah cukup," kata Raca menunjuk air putih gelas yang tersedia di meja tamu.
"Lihat deh," kata Cara mengarahkan layar smartphonenya kepada Raca, "dua ribu yang nge-like foto gue."
Raca mengamati foto itu. Terlihat Cara yang sedang tersenyum dengan sinar matahari yang menerangi wajahnya. Sepertinya, foto itu diambil saat di Taman Bungkul kemarin. "Terus apa gunanya sama like?"
"Yeh, bilang aja kalau iri," sindiri Cara.
"Ngapain gue iri cuma gara-gara like."
Cara diam dan lanjut bermain di dunia maya itu. Hal itu membuat Raca bosan saja. Tapi, dengan tingkah Cara begitu, membuat ia bingung. Sebab, biasanya Cara lah yang banyak bicara. Terkadang gadis itu cerita tentang masa SMPnya dulu atau tentang keluarganya. "Tumben lo diem? Batrai lo habis ya? Mau gue beliin?"
"Lo kira gue apaan? Gue nih lagi badmood aja," jawab Cara.
"Mau gue nyanyiin biar gak badmood lagi?" Cara mengangguk. Mungkin jika Raca bernyanyi untuknya, maka moodnya akan kembali. Sebenarnya, Cara saja tidak tahu ia badmood karena apa. Hanya saja, semenjak makan malam tadi, mood Cara hilang begitu saja.
Percaya aku takkan kemana mana...
aku kan selalu ada...
temani hingga hari tua...
Percaya aku takkan kemana mana...
setia akan ku jaga...
kita teman bahagia...
"Makasih, udah nyanyiin buat gue. Lo harus selalu ada ya buat gue sama setia juga sama gue." Raca tersenyum dan mengusap puncak kepala Cara.
~·~
Cara memutar - mutar sendoknya. Nasi campur di atas piring itu, membuat nafsu makannya hilang. Bagaimana tidak hilang, jika setiap hari dirinya selalu makan nasi campur. Biasanya jika weekend Ibunya memasak menu yang berbeda, tapi, hari Minggu ini masih sama seperti biasanya. "Cara, makanannya dihabisin."
"Iya Pak, ini dimulut masih penuh."
Nani kesal melihat putri satu-satunya itu tidak cepat menghabiskan sarapan buatannya. Padahal dirinya sudah susah payah membuat masakan untuk makan dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Walaupun makanan itu tidak mewah, sebab, hanya makanan sederhana yang bisa ia buat. "Kenapa? Kamu gak suka ya masakan ibu?"
Cara terbangun dari lamunannya dan menoleh kepada ibunya. Gadis itu hanya memberi senyuman tipis lalu dengan pura-pura lahap memakan nasi campur yang sebenarnya sudah tidak ingin lagi ia lihat.
"Ibu itu capek tiap hari harus kerja buat biayain sekolah kamu sama Hafidz. Jadi cuma makanan itu yang bisa ibu buat. Kalau Bapakmu itu masih kerja, Ibu pasti bakalan buat makanan apa aja yang kamu mau," kata Nani dengan nada ketus.
Cara menggeleng, "Ibu gak perlu salahin Bapak. Lagian aku gak masalah kok setiap hari makan ini."
"Tapi itu memang faktanya. Coba dulu Bapak kamu itu kerja dengan jujur. Kita gak bakalan susah kayak gini," kata Nani membuat Heri mengingat apa yang terjadi padanya dimasa lalu. Mendengar perkataan istrinya membuat dirinya merasa bersalah.
"Udahlah Bu, jangan bahas soal dulu lagi. Bapak kan udah berubah," kata Randy tidak suka jika Ibunya mengungkit kesalahan Bapaknya di masa dulu.
"Mana buktinya kalau Bapak kamu itu udah berubah?" tanya Nani dan Randy hanya diam. Beberapa menit meja makan itu hening. Tidak ada yang mau memulai bicara untuk menghilangkan keheningan ini. Hanya suara benturan sendok dengan piring yang terdengar.
"Bapak bakalan cari kerja," kata Heri sambil berdiri dari duduknya. "Bapak bakalan buat keluarga kita lebih baik daripada dulu maupun sekarang."
Randy tersenyum mendengar perkataan Bapaknya. "Alhamdulillah kalau Bapak bakalan kerja lagi. Oh iya Bu, uang gaji Randy udah naik. Bisa buat bayar masuk kuliah nantinya," kata Randy yang hanya dibalas gumaman dari Nani. Cowok berumur 17 tahun itu pun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi.
Kini tinggal Cara dengan Nani yang berada di meja makan. Cara hanya melihati Nani yang sedang membereskan piring. Melihat Ibunya, membuat Cara rindu akan kasih sayang. "Bu, Cara gak bakal bosen makan nasi campur buatan Ibu, kalau saat masak Ibu pakai senyum."
~·~
Cara menaruh wajahnya di atas meja. Mengingat jika setiap makan bersama Ibunya selalu membahas masalah di masa lalu. Hal itu membuatnya sedih. Terlebih lagi, semenjak sekitar 6 bulan lalu Bapaknya kembali, Nani tidak pernah menyayanginya seperti dulu. Tidak pernah tersenyum seperti dulu dan selalu berbicara ketus kepada semua anggota keluarga.
Adik kecilnya, Hafidz pun jadi korban. Cara tidak masalah jika Nani berkata ketus atau tidak peduli kepadanya. Tapi ia tidak suka jika Hafidz mendapatkan 2 hal itu dari Ibunya. "Lo kenapa, Ra?"
Cara hanya menggeleng. Melihat itu membuat Raca cemas. Dilihat dari tingkah Cara sejak kemarin membuat Raca curiga jika gadis itu memiliki masalah. Diusapnya puncak kepala itu, "kalau ada masalah cerita ke gue. Kan gue pernah janji bakal dengerin cerita lo sampai dua puluh empat jam."
"Gue gapapa, Ka."
"Tapi, dari tadi lo tuh lesu banget. Kemarin waktu gue ke rumah lo, lo juga kayaknya ada masalah."
Cara mengangkat wajahnya dan menatap Raca. Tidak mungkin jika ia menceritakan semuanya kepada Raca. Dia tidak mau ada seorang pun yang tahu masalah dalam hidupnya. "Lo gak usah sok care ke gue."
Mendengar perkataan Cara membuat Raca merasa bersalah telah membuat teman sebangkunya itu marah. "Maksud gue, mungkin dengan lo cerita masalah lo ke gue, bisa..."
"Bisa nyelesaiin masalah? Gak bakal bisa, Ka. Dengan gue cerita ke lo malah buat gue malu," kata Cara dengan nada ketusnya. Tidak tahu kenapa dia begitu marah dengan Raca yang ingin tahu masalahnya. Dengan hati yang kesal, Cara melenggang pergi keluar kelas menghiraukan panggilan Raca.
"Cara kenapa, Rak?" tanya Haidan yang duduk di depan Raca dan bersebelahan dengan Gia. Gadis di samping Haidan juga menunggu jawaban dari mulut Raca.
Raca hanya mengangkat pundaknya tanda tidak tahu. Hal itu membuat Haidan dan Gia menghela nafas dan kembali dengan perbincangan mereka.
Perasaan wanita itu memang sulit ditebak, batin Raca.
~·~
Air mata Cara tidak bisa berhenti. Dia begitu sedih mengingat kedekatan keluarganya yang renggang dan kemarahan Ibunya karena kesalahan Bapaknya. Tidak tahu, sampai kapan hal itu akan berakhir. Cara begitu merindukan keluarganya yang dulu, selalu ada satu sama lain.
"Jangan nangis."
Dua kata itu berhasil membuat Cara malah kembali menangis dengan kencang. Zul yang melihat tangisan adik kelasnya itu makin menjadi, langsung menghapus air mata yang turun dari mata kecil milik Cara.
Usapan tangan Zul, membuat tangis Cara berhenti. Cara mulai mengatur nafasnya. Diamati wajah cowok di sampingnya itu. Wajah tampan dengan alis tebal yang sepertinya Cara kenal. "Udah, berhenti nangisnya."
"Lo siapa?" tanya Cara pelan dengan suara sesenggukan khas orang habis nangis.
"Gue anak dua belas IPA 3," jawab Zul sambil membenarkan rambut-rambut yang menutupi mata Cara.
"Kok kayak pernah lihat?" tanya Cara dan Zul hanya tersenyum. Diusap kembali air mata yang masih lolos dari mata kecil milik Cara. "Kakak, yang waktu itu ngepang rambut aku ya?"
Zul tersenyum dan mengangguk. Ternyata dugaan Cara benar. Cowok yang berbicara dengan Pak Dono waktu itu adalalah cowok yang pernah mengepang rambutnya. Alis tebal milik cowok itulah yang membuat Cara ingat. "Kakak sekolah di sini juga? Kok gak pernah lihat?"
"Tuhan gak mau kita ketemu dengan sengaja."
"Jadi kali ini kita ketemu dengan tidak sengaja?" tanya Cara dan Zul mengangguk. "Lalu maksud ketemu dengan sengaja itu bagaimana?"
"Salah satu diantara kita sengaja mencari." Cara mengangguk yang artinya paham. Dilihatinya wajah Kakak kelasnya itu. Alis tebal mirip seperti teman Bapaknya dulu. Apa mungkin? Tapi itu tidak mungkin, alis tebal seperti itu pasti banyak yang punya.
"Zul," kata Zul sambil mengulurkan tangan kanannya. Cara menghapus air mata yang masih lolos keluar. Dibalasnya uluran tangan itu.
"Cara, Caramel."
~·~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Eni Utami
pusiinggg
2020-09-29
1
Eni Utami
pusiinggg
2020-09-29
0
Vina Agustina
Semangat Berkarya 🙌🏻
2020-09-29
2