Mita merasa lemas dan tidak bersemangat. Rencananya sore ini mereka akan ke rumah Pak Ustad tapi mendadak Dani harus kerja untuk menggantikan temannya.
"Dek tolong kamu urus ya!"
Mudah sekali bicara begitu Mita kan malu kalau harus datang ke rumah pak ustad sendiri. Terus sampai disana dia harus mulai bicara dari mana dia pasti canggung karena tidak terbiasa bicara dengan orang yang lebih tua. Takut kurang sopan nanti bicaranya.
Mita menarik napas lelah berpikir dari tadi. Dia butuh teman curhat tapi siapa? Mita merenung diteras rumahnya.
"Assalamu alaikum...sore mbak Mita." Sapa Bu Indah tetangga sebelah.
"Walaikum salam...sore juga Bu Indah." Jawab Mita sambil tersenyum canggung.
"Bersantai ya mbak?"
"Iya nih Bu..."
Mita hanya menjawab seperlunya karena dia merasa tidak pandai berbicara.
"Kalau ada waktu luang main lah ke sini mbak biar ada temen ngobrol sayanya maklum mbak suami kerja anak kuliah satunya sudah menikah suka kesepian dirumah sendiri."
Entah dorongan dari mana Mita berjalan mendekat tapi masih terhalang pembatas tembok setinggi pinggang orang dewasa.
"Maaf ya Bu belum pernah main ke rumah ibu. Saya sedang sibuk-sibuknya sekolah sebentar lagi mau ujian kelulusan. Ini juga saya lagi bingung mau mulai dari mana Bu hari Selasa besok acara tahlilan 40 harinya bapak sama ibu makanya saya ke teras mencari pencerahan." aneh Mita bisa bicara selancar itu sama orang.
"Oalah iya to...hihihiii...mencari pencerahan kok diteras to mbak mbok ya ke sini saya kasih tau mulainya dari mana." Bu Indah ini orangnya lucu,ceria,santai rasanya seperti ngobrol sama teman sebaya. Mita menurut dia langsung pergi ke rumah Bu Indah dengan melangkahi tembok pembatas antara rumahnya dan Bu Indah.
"Loh...loh...loh kok malah melangkahi tembok to mbak ya Allah anak gadis kok sembarangan begitu." tegur Bu Indah sambil melotot kaget.
"He...he...he...lupa Bu saking senengnya dapat temen curhat." jawab Mita sambil menggaruk kepala.
"Ealah...kasihan sekali ya mbak Mita ini pasti sulit ya mengurus semuanya sendiri lain kali bisa kok curhat sama saya terus-terusan juga gak pa-pa serasa punya anak cewek kan saya hihihiii..." Bu Indah tertawa geli. Mita pun ikut tertawa terbawa oleh sikap ceria Bu Indah.
"O iya mbak,mas Daninya ke mana akhir-akhir ini gak kelihatan biasanya urusan beginian diurus sama mas Dani to?" tanya Bu Indah sambil celingukan melihat-lihat ke arah rumah Mita.
"Mas Dani sekarang sibuk kuliah sama sibuk kerja Bu mau bicara aja sampai gak sempat seperti tadi janjinya kan kami mau ke rumah pak ustad ya ngomongin acara tahlilan tapi mendadak harus kerja." Mita cemberut.
"Katanya tolong urus sendiri ya dek! Saya kan masih kecil Bu mana ngerti beginian,iya kan Bu?" wajah Mita berubah sendu.
"Kalau begini saya suka keinget sama bapak dan ibu pasti terus nangis." Mita hampir saja meneteskan air mata karena sedih.
"Sabar ya mbak Mita! Sekarang sudah ada saya boleh dianggap ibunya mbak Mita saya malahan seneng sekali..." Bu Indah merangkul pundak Mita yang akhirnya tersenyum senang lalu mengangguk.
"Saya seneng deh jadi punya anak cewek gak seperti anak cowok,mereka itu cuek,dingin ditambah bapaknya kalau ditanyain pasti jawabnya terserah nyebelin banget." Bu Indah manyun saat menceritakan sikap anak dan suaminya yang disambut tawa oleh Mita.
"Ayo kita masuk lanjutin ngobrol didalam!" ajak Bu Indah sambil menuntunnya masuk ke dalam rumah beliau.
"Loh Bu...kan belum selesai siram-siramnya kasihan tanaman yang lainnya nanti mereka haus."
"Sudah jangan dipikirin mereka gak bisa teriak besok pagi bisa disiram lagi sampai kembung mereka."
Baru tahu kan tanaman bisa kembung juga. Kalau perut kembung biasanya dikerokin punggungnya bisa buang angin terus sembuh kalau tanaman masuk angin bagaimana menyembuhkannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments