Bel istirahat berbunyi,satu kelas langsung berhambur keluar kecuali Mita dan Ita. Ita sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tas sambil melirik Mita yang tampak setia dengan buku-bukunya diatas meja.
"Gak ke kantin lagi?"
"Bawa bekal sama minum dari rumah lagi?" Mita membalas dengan anggukan.Ita menghela napas panjang.
Ita merubah posisi menjadi duduk menghadap ke arah Mita siap untuk bicara empat mata. Mita mengangkat alisnya,heran dengan sikap Ita yang celingukan mengamati sekitar,sudah seperti orang mau mencuri takut ketahuan.
Setelah memastikan keadaan aman terkendali,Ita menatap serius ke dalam anak mata Mita,mencari kebenaran disana. Mita malah berkedip lucu karena sebenarnya dia sedang menahan tawa melihat tingkah konyol sahabatnya.
"Elah...aku serius ini kamu malah kedip-kedip." sungut Ita mendengus sebal.
"Ini serius...ada masalah apa?"
Mita diam mencerna maksud pertanyaan Ita. Setahunya dia biasa saja. Tidak ada yang terlalu membebaninya. Semua dia lakukan dengan enjoy.
"Gak pernah ke kantin. Selalu bawa bekal dari rumah. Kamu kekurangan uang?" Tanya Ita menyelidiki.
"Ck...emang kenapa sih kalau gak ke kantin,bawa bekal sendiri kan lebih sehat?"
"Masalahnya aku merasa kamu berubah menjadi emak-emak yang punya banyak tanggungan dan sedang berhemat....." jawab Ita cepat sambil mencondongkan badan ke depan spontan Mita condong ke belakang.
"Apa tebakan ku benar?" tanya Ita menatap curiga.
Setelah beberapa saat Mita mendorong kedua pundak Ita agar kembali ke posisi semula.
"Berhemat juga salah?" Tanya Mita polos.
"Kenapa jadi balik tanya ke aku terus?" Ucap Ita frustasi.
"Pinter banget mainin emosi aku." Ita memberengut kesal.
"Memang gak salah dengan itu tapi bisakan kamu bilang sama aku siapa tahu aku bisa bantu. Aku sahabatmu aku berhak tahu!" Ucap Ita memaksa yang disambut toyoran dikepalanya oleh Mita.
"Jangan sok penting! Setiap orang punya masalah sendiri. Lagian aku gak yakin kamu bisa bantu aku." Mita memandang remeh Ita yang langsung membulatkan mata.
"Kamu meremehkan ku? Tega kamu ya. Memang seberat apa masalah mu? coba katakan!" Suara Ita meninggi tidak terima diremehkan seperti itu.
"Sttt...ini kelas bukan hutan!" Bisik Mita ke telinga Ita lalu mengeluarkan bekal dan minuman dari dalam tasnya.
"Kalau mau tahu masalahku Minggu besok datang ke rumah!" Ita tersenyum puas.
"Ok...aku siap." Ucap Ita semangat,merasa memenangkan pertarungan.
"Sekalian bawain makanan kalau kamu benar-benar niat bantu aku." Ita menggaruk kepala,bingung dengan maksud ucapan Mita yang sebenarnya sedang memanfaatkannya.
"Sudah jangan kebanyakan mikir!" Mita menyantap bekalnya. Ita yang melihat tertarik untuk mencicipi.
"Itu siapa yang masakin?" Tanya Ita terus mengintip isi bekal Mita.
"Ya akulah." jawab Mita bangga menunjukkan diri bisa memasak.
"Weiis...hebat sekarang. Enak gak?" Ita melihat Mita sangat menikmatinya. Dia jadi penasaran sama rasanya.
"Mau coba?" Tawar Mita sambil mendorong bekalnya ke arah Ita yang langsung bersemangat lalu menyuap sesendok nasi dan telur ke dalam mulutnya. Begitu masuk ke mulut wajah Ita berubah seperti menahan sesuatu.
"Sialan...asin banget kamu minta kawin ya?" sungut Ita,berlari keluar kelas untuk memuntahkan makanan dari mulutnya.
"Ha...ha...ha..." Mita tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Ita. Perutnya sampai sakit karena tidak berhenti tertawa.
Ita kembali lalu menyambar air minum Mita,meneguk hingga separuh.
"Anjir...makanan asin gitu kamu bisa menikmatinya. Gila sampai ngiler aku ngelihat kamu makan. Terbuat dari apa lidahmu bisa kebal sama rasa se asin itu?" cerocos Ita yang ditanggapi senyuman oleh Mita.
"Berapa kilo kamu masukin garam sampe ada pahit-pahitnya?"
"Ini salah satu masalah ku. Gak bisa masak dan asal makan yang penting kenyang."
"Tadi itu lupa aku kira belum di kasih garam jadi aku tambahin." Ita menatap iba. Ya...dia baru mengerti keadaan Mita dibalik wajah ceria yang ditampakkan setelah kepergian orangtuanya Mita berusaha menjalani hidupnya dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments