"Selamat malam, Mas Elang!"
Elang baru tiba di rumah, saat supir yang tadi Elang utus untuk menjemput Bintang dan Syiela ke bandara kota sudah langsung menghampiri dan menyapanya.
"Malam, Pak! Itu apa?" Tanya Elang setelah membalas sapaan pak supir dan tangannya menunjuk ke paperbag yang dibawa pak supir. Paperbagnya lumayan besar.
"Ini ada titipan dari Nona Syiela, Mas!" Ucap pak sopir seraya mengangsurkan paperbag tadi pada Elang.
"Oh, terima kasih," ucap Elang seraya memegangi kepalanya yang sedikit pening. Sepertinya Elang kelelahan bekerja.
"Mas Elang baik-baik saja? Kok wajahnya pucat?" Tanya Pak supir khawatir.
"Masa?" Elang mengusap wajahnya sendiri untuk memastikan. Selain kepalanya sakit, pandangan mata Elang sebenarnya juga terasa berkunang-kunang.
Mungkin sebaiknya Elang cepat istirahat!
"Oh, ya, Pak! Bintang dan Syiela pulang kesini atau ke rumah kedua orangbtuq Syiela?" Tanya Elang pada pak supir sebelum ia masuk ke rumah.
"Ke rumah orang tua Nona Syiela, Mas!" Jawab pak supir.
Elang hanya mengangguk dan segera melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah. Namun baru juga Elang menapakkan kakinya di anak tangga pertama, ponsel pria itu sudah berdering karena Papa Frans menelepon.
Astaga!
Apalagi sekarang?
"Halo, Pa!" Sambut Elang berusah menormalkan suaranya agar Papa Frans tak bertanya macam-macam.
"Kau lusa jadi menyusul papa ke kota Z, kan?"
"Iya, Pa! Elang usahakan!", jawab Elang seraya memegangi kepalanya yang semakin sakit.
Astaga!
"Jangan hanya diusahakan! Tapi kau harus datang! Ini proyek penting, Elang!"
"Iya, Pa! Elang paham!" Jawab Elang yang hanya mendengar kalimat papa Frans lamat-lamat. Pandangan Elang sudah sangat berkunang sekarang.
"Jangan lupa pokoknya! Papa tunggu!"
"Iya, Pa!" Jawab Elang lirih bersamaan dengan telepon yang terputus.
Elang menghela nafas dengan berat lalu menaiki tangga perlahan seraya berpegangan pada pinggiran tangga.
"Mbaak!" Panggil Elang pada maid di rumah sembari ia menaiki tangga.
"Iya, Pak Elang! Ada apa?"
"Bawakan makan malamku dan air hangat ke kamar, ya! Sekalian obat sakit kepala!" Perintah Elang pada maid.
"Baik, Pak!"
Setelah susah payah menaiki tangga, Elang akhirnya sampai di kamarnya di lantai atas. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
Astaga!
Elang kenapa ini?
****
Bintang memagut bibir Syiela sekali lagi setelah pelepasannya yang terakhir di dalam milik Syiela.
Jam di atas nakas sudah menunjukkan hampir tengah malam, dan Bintang serta Syiela juga baru saja menyelesaikan ronde ketiga dari percintaan panas mereka.
"Kau benar-benar membuat bibirku bengkak, Bintang!" Protes Syiela yang sudah meraih kaca untuk memeriksa bibirnya yang sudah dikecup Bintang berulang-ulang.
"Bibir atas atau bibir bawah?" Bintang sedikit berkelakar.
"Ck! Dua-duanya!" Jawab Syiela ketus. Namun jawaban Syiela sukses membuat Bintang tergelak.
"Ada lima panggilan tak terjawab dari rumah," Bintang menunjukkan layar ponselnya pada Syiela yang sudah membalut tubuh nakednya dengan selimut.
"Kau telepon balik saja! Mungkin ada hal penting yang ingin dibicarakan papa," saran Syiela pada Bintang.
"Papa sedang berada di luar kota," ujar Bintang memberitahu Syiela.
"Oh, ya! Tadi saat kau menelepon papa?"
"Iya papa sudah di luar kota. Katanya pekan depan baru kembali." Jelas Bintang.
"Mungkin Elang yang menelepon." Syiela menerka-nerka.
"Aku juga tidak tahu," ujar Bintang yang sudah meletakkan ponselnya di telinga. Sepertinya Bintang benar-benar menelepon balik ke kediaman Mahardika.
"Geser!" Bintang ikut masuk ke dalam selimut, lalu mendekap tubuh Syiela yang masih naked sembari menunggu teleponnya diangkat.
"Kau tidak mandi?" Tanya Syiela seraya menyamankan posisinya di dalam dekapan Bintang.
"Kau juga tidak mandi," Bintang terkekeh bersamaan dengan teleponnya yang akhirnya dijawab.
"Halo, selamat malam! Dengan kediaman Mahardika."
"Mbak, aku bintang!" Jawab Bintang to the point. Bintang kembali mengecup kening Syiela dengan usil hingga istrinya itu merengut.
"Oh, Pak Bintang!"
"Tadi yang menelepon saya sampai lima kali siapa, Mbak?" Tanya Bintang lagi pada maid di rumahnya tersebut.
"Saya, Pak! Ini...."
"Ini apa, Mbak? Ada masalah apa? Elang sudah pulang, kan?" Cecar Bintang memastikan. Kata Papa Frans Elang kerap lembur sepekan kemarin karena Bintang yang pergi honeymoon dan pekerjaan di kantor juga sedang banyak.
"Pak Elang sudah pulang sejak tadi, Pak! Tapi masalahnya..."
"Masalah apa?" Tanya Bintang semakin tak sabar.
"Pak Elang sepertinya sakit, Pak! Tadi saat saya ke kamarnya untuk membawakan makan malam, dan Pak Elang badannya demam dan erlihat menggigil juga."
"Sudah kau berikan obat?" Tanya Bintang seraya melihat jam di atas nakas yang sudah menunjukkan lewat tengah malam.
"Sudah, Pak! Sudah istirahat juga sekarang."
"Kau periksa lagi suhunya sekarang, lalu laporkan padaku apa masih demam atau sudah turun demamnya! Cepat aku tunggu!"
"Jangan ditutup teleponnya!" Pesan Bintang pada maid di rumahnya.
"Baik, Pak! Sebentar!"
Telepon terjeda untuk beberapa saat.
"Ada apa? Siapa yang sakit?" Tanya Syiela berbisik pada Bintang.
"Elang. Kata maid dia demam sepulang dari kantor," jawab Bintang yang masih menunggu laporan dari maid tentang suhu tubuh Elang.
"Hah! Di rumah tidak ada siapa-siapa-"
"Ada maid," sela Bintang cepat seraya merapikan rambut Syiela.
"Kita tidak kesana sekarang?" Tanya Syiela lagi pada Bintang.
"Sudah lewat tengah malam. Besok saja pagi-pagi kita ke sana," ujar Bintang memberikan usulan bijak. Syiela langsung mengangguk dan wanita itu tampak menguap.
"Kau sudah ngantuk?" Tanya Bintang seraya menarik Syiela kembali ke dalam dekapannya.
"Ya!"
"Tidurlah kalau begitu!" Bintang merapatkan selimut dan dekapannya pada Syiela.
"Halo, Pak Bintang!"
"Iya, Mbak! Bagaimana?" Tanya Bintang to the point.
"Suhunya masih tiga puluh sembilan celcius, Pak!"
"Lalu Elang tidur atau bangun?" Tanya Bintang lagi.
"Tidur, Pak! Sudah saya selimuti juga."
"Baiklah! Ajak satu maid lain untuk tidur di dalam kamar Elang dan menjaganya. Besok aku akan kesana pagi-pagi!" Titah Bintang selanjutnya.
"Baik, Pak Bintang!"
Telepon sudah terputus dan Bintang menatap pada Syiela yang rupanya juga sudah terlelap di dalam dekapannya.
Bintang mengulas senyum tipis, lalu segera membenarkan posisi Syiela agar nyaman berbaring.
Bintang kemudian ikut berbaring juga bdan kembali mendekap Syiela. Tak butuh waktu lama, Bintang sudah menyusul Syiela ke alam mimpi.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SAKIT PRASAAN & PIKIRAN...
2023-05-24
0
Zėė
Elang sakit sedih liat elang sakit,,,,
Kok tambah lama gedek liat bintang ya,,,, bintang nyebelin,,😤😤😤😤😤
2022-09-20
5
Aziesta Firul I
kog aq sebel ya ma bintang..
2022-09-16
1