"Yang ini!" Bintang menunjuk ke satu cincin berdesain sederhana namun cukup elegan.
"Tidak!" Syiela menggeleng dengan cepat.
"Aku mau yang desainnya glamour dan mewah," ujar Syiela lagi seraya menunjuk ke deretan cincin yang menurut Bintang desainnya cukup berlebihan.
"Aku pikir kau suka yang desainnya sederhana," Bintang tertawa kecil dan matanya masih tak berhenti menatap pada cincin berdesain sederhana tapi elegan yang tadi ia tunjuk. Bintang seolah sudah jatuh cinta pada cincin tersebut.
"Aku mau yang desainnya sederhana dan tak berlebihan!"
"Baiklah, aku akan bekerja keras, lalu menabung agar bisa membelikanmu cincin impianmu!"
Bintang tersentak saat dua suara yang terdengar seperti suara laki-laki dan perempuan terngiang di kepalanya.
Suara obrolan siapa barusan?
Bintang memejamkan mata dan mencoba mengingat-ingat. Namun yang terjadi selanjutnya, Bintang malah merasakan sakit di kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum.
"Aarrrggh!" Bintang mengerang seraya memegangi kepalanya.
"Bintang, ada apa? Tanya Syiela cepat seraya merengkuh kedua pundak Bintang.
"Kepalaku sakit," jawab Bintang seraya meringis. Pria itu masih memegangi kepalanya.
"Duduklah dulu!" Ucap Syiela seraya membimbing Bintang untuk duduk. Syiela kemudian memijit tengkuk Bintang dan menciba membantu meredakan sakit di kepala pria itu.
"Mau ke UGD?" Tawar Syiela pada Bintang yang masih memegangi kepalanya.
"Tidak usah! Sudah sedikit reda," tolak Bintang.
Syiela masih terus memijit tengkuk Bintang, sambil sesekali mengusap kepala pria tersebut.
"Masih sakit?" Tanya Syiela lagi.
"Sudah mendingan," jawab Bintang seraya menggenggam tangan Syiela yang tadi mengusap-usap kepalanya.
"Terima kasih untuk perhatianmu, Syiela!" Ucap Bintang tulus.
"Bukankah memang seharusnya begitu," jawab Syiela seraya menatap dalam ke kedua netra Bintang.
Sesaat dua insan itu saling berpandangan dan tersenyum, sebelum kemudian Bintang mengecup tangan Syiela yangvtadi ia genggam. Terang saja, hal itu langsung membuat Syiela tersipu.
"Ayo lanjut memilih cincin lagi!" Ajak Bintang selanjutnya pada Syiela yang langsung mengangguk.
"Aku mau yang desainnya mewah tadi, agar sesuai dengan konsep pernikahan impianku," ujar Syiela menyampaikan keinginannya pada Bintang.
"Memang konsep pernikahan impianmu seperti apa?" Tanya Bintang penasaran.
"Pernikahan ala negeri dongeng."
"Kau akan mewujudkannya nanti?" Tanya Syiela seraya mengerling pada Bintang.
"Ya!" Jawab Bintang seraya tersenyum. Bintang dan Syiela lalu lanjut memilih cincin yang akan menjadi cincin pertunangan mereka nanti.
****
"Sudah dapat cincinnya?" Tanya Papa Frans saat Bintang tiba di rumah.
"Sudah, Pa!" Jawab Bintang cepat.
"Bintang juga sudah mengantar Syiela pulang," ujar Bintang lagi.
"Kau dan Syiela sudah semakin akrab dan dekat, ya?" Tanya Papa Frans lagi.
"Iya, Pa!"
"Papa senang karena kalian langsung cocok setelah pertemuan pertama," ujar Papa Frans dengan mata yang berbinar.
"Bintang juga tak menyangka kalau Bintang akan cepat akrab dengan Syiela, Pa!"
"Syiela gadis yang menyenangkan dan penuh perhatian," tatapan mata Bintang meberawang, mengingat beberapa hal yang ia lalui bersama Syiela hari ini. Tadi setelqh dari toko perhiasan, Bintang dan Syiela memang jalan-jalan dan makan di luar.
"Papa rasa, kau sudah jatuh cinta pada Syiela," pendapat Papa Frasaat melohat binar di mata Bintang saat pria itu bercerita tentang Syiela.
Bintang tak menjawab dan hanya mengulas senyum tipis.
Di saat bersamaan, Elang yang baruntiba wajah terlihat lesu.
"Sore, Pa!"
"Sore, Bintang!" Sapa Elang seraya mengulas senyum pada Papa Frans dan Bintang, seolah sedang menutupi wajah lesunya.
"Sudah kau selesaikan semua kekacauan yang kau buat siang ini, Elang?" Tanya Papa Frans yangvterlihqt menatap tak senang pada Elang.
"Sudah, Pa!"
"Elang sudah membereskan semuanya," jawab Elang yang langsung menbuat Bintang terdiam sejenak.
Kekacauan?
Yang dibuat Elang?
Jangan-jangan itu adalah kekacauan dan masalah yang Bintang buat siang tadi svelun ia pergi bersama Syiela!
Tapi tadi kata Elang bukanasalh besar dan ia bisa menyelesaikannya dengan cepat?
Lalu kenapa sekarang Papa Frans terlihat marah, seolah masalah tadi adalah hal serius?
"Papa harap, kau tidak akan mengulangi kebodohanmu itu lagi, Elang!"
"Kau hampir saja mengacaukan satu proyek besar kita!" Ujar Papa Frans berucap ketus pada Elang.
"Iya, Pa! Elang tidak akan mengulanginya, dan Elang benar-benar minta maaf," ucap Elang dengan wajah yang tertunduk.
Tidak!
Ini tidak benar!
Masalah siang tadi adalah ulah Bintang dan tidak seharusnya Papa Frans marah-marah pada Elang!
Bintang harus meluruskan hal ini!
Setelah sedikit berbasa-basi pada Bintang dan Papa Frans, Elang akhirnya pamit masuk ke kamar untuk membersihkan diri.
"Apa yang sebenarnya dipikirkan Elang!" Gumam Papa Frans tak habis pikir.
"Pa," panggil Bintang ragu.
"Iya, Bintang! Kau ingin bicara sesuatu?" Tanya Papa Frans cepat.
"Soal masalah di kantor siang ini-"
"Kau juga sudah tahu? Masalah yang dibuat Elang hari ini benar-benar keterlaluan," potong Papa Frans merasa geram.
"Tapi, Pa! Masalah itu bukan ulah Elang!" Sergah Bintang cepat betusahq meliruskqn kesalah pahaman.
"Apa maksudmu?" Tanya Papa Frans menatap serius pada sang putra.
"Masalah tadi siang adalah ulah dan keteledoran Bintang, Pa!" Jawab Bintang seraya meringis. Terang saja hal.itu langsung membuat Papa Frans kaget.
"Bintang juga tidak tahu dan Bintang pikir masalahnya hanya sederhana. Jadi Bintang langsung memanggil Elang dan memintanya untuk membantu Bintang."
"Dan kata Elang, itu hanya masalah kecil yang bisa dengan cepat ia selesaikan."
"Bintang benar-benar tidak tahu kalau ternyata masalah tadi siang adalah maslah besar dan rumit." Tutur Bintang panjang lebar menjelaskan pada Papa Frans.
"Bintang benar-benar minta maaf, Pa!" Ucap Bintang selanjutnya dengan nada penuh sesal.
"Bintang merasa kalau Bintang mungkin tidak cocok untuk duduk di kursi direktur-" .
"Bintang!" Sergah Papa Frans cepat memotong kalimat Bintang.
"Kau adalah pewaris Mahardika's Company! Jadi tentu saja kau sangat pantas duduk di kursi direktur!" Ujar Papa Frans meyakinkan Bintang.
"Kau hanya perlu belajar lebih banyak lagi," lanjut Papa Frans yang sudah ganti menepuk punggung Bintang.
"Papa dan Elang akan terus membimbingmu, sampai kau bisa!" Ujar Papa Frans dengan nada yang amat sangat yakin.
Ya, semoga saja ucapan Papa Frans ada benarnya!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sari Novarizal
pada dasarnya bintang baik buktinya mau bicara jujur ke papanya
2022-09-24
0
aiza anton
kisah ini dri cerita mana awlnya aku blm tau para sepuhnya thor....
2022-09-13
0
Zėė
Vote VOTE done udh di vote biar semangat update bun💃💃💃💃
2022-09-13
5