"Apa rumahmu masih jauh?" Tanya Bintang pada Vaia yang duduk di sebelahnya. Hari ini, untuk pertama kalinya Bintang akan pergi ke rumah Vaia di pesisir. Bintang pergi bersama Opa Theo, Oma Airin, serta Vaia yang memang satu pekan sebelumnya menginap du rumah Opa Theo.
"Sedikit lagi sampai!" Jawab Vaia antusias.
"Kata Tante Ayunda, ada pantai di dekat rumahmu, ya?" Tanya Bintang lagi.
"Ya! Hanya sepuluh menit dari rumah! Aku selalu ke pantai setiap weekend bersama Ayah, Bunda, Ezra dan Gavin!" Jawab Vaia pamer.
"Wow! Pasti menyenangkan." Bintang berdecak kagum.
"Menyenangkan sekali! Kenapa kau tak pindah saja ke rumahku, lalu kita bisa bersekolah di sekolah yang sama?" usul Vaia yang memang sudah klop dan dekat dengan Bintang.
"Ayah dan Bunda pasti tak keberatan jika kau tinggal bersama kami," sambung Vaia lagi.
"Tidak bisa, Vaia! Aku harus membantu menjaga adik-adik di panti," jawab Bintang beralasan.
"Tapi kan sudah ada paman Iyan dan Bibi Tika!" Sergah Vaia lagi seolah sedang memaksa Bintang.
"Tetap tidak bisa!" Jawab Bintang tegas. Vaia seketika langsung merengut.
"Nanti, kalau Bintang tinggal serumah sama kamu, kamu jadi nggak ada alasan buat mengunjungi Oma dan Opa, Vaia!" Seloroh Oma Airin seolah sedang mencairkan suasana.
"Benar sekali!" Timpal Bintang membenarkan.
"Tapi kalau kamu tetap tinggal di panti asuhan, kita kan jadi jarang bertemu," Vaia memainkan kedua jari telunjuknya.
"Kan malah bagus! Kita jadi punya banyak cerita nanti saat bertemu." ujar Bintang pada Vaia.
"Benar itu!" timpal Opa Theo dan Oma Airin berbarengan.
"Nanti kalau bareng-bareng terus dan sering ketemu biasanya malah suka bertengkar dan berdebat," pendapat Opa Theo yang langsung membuat Oma Airin terkekeh.
"Seperti Sava dan Bastian itu, ya! Saudara kembar tapi setiap hari ribut terus," ujar Oma Airin seraya geleng-geleng kepala.
"Jangan ditanya kalau mereka berdua! Tiada hari tanpa ribut!" jawab Opa Theo ikut geleng-geleng kepala.
"Nanti kita saling mengunjungi saja, ya!" ucap Bintang seraya menggenggam tangan Vaia. Bintang juga merapikan rambut Vaia yang sedikit berserak.
"Ya!" jawab Vaia akhirnya.
"Kak Vaia!" tepukan serta teguran dari Ezra langsung membuyarkan lamunan Vaia tentang perjalanan pertamanya bersama Bintang ke kota ini belasan tahun silam. Kala itu Bintang dan Vaia memang masih sama-sama duduk di bangku SMP.
"Sudah ada kabar tentang Bintang, Ezra?" tanya Vaia seraya mengusap butir bening di sudut matanya. Sudah genap tiga minggu Bintang dinyatakan hilang tanpa kabar. Bahkan CCTV di rest area juga sudah diperiksa dan tetap tak ada petunjuk apapun.
"Belum ada, Kak!" jawab Ezra yang sudah ikut duduk di undakan teras rumah. Tadi Vaia memang meminta adiknya tersebut untuk pergi ke kantor polisi dan menanyakan kemajuan tentang kasus hilangnya Bintang.
"Tapi Ezra yakin kalau Abang Bintang pasti akan secepatnya ditemukan, Kak!" ujar Ezra lgi berusah berpikir positif.
"Semoga saja," gumam Vaia ikut berpikir positif.
****
"Bagaimana, Dokter?" tanya Papa Frans pada Dokter yang baru selesai memeriksa Bintang. Tadi setelah Bintang bangun dan tidak ingat dengan namanya sendiri, Elang memang langsung berinisiatif untuk memanggil dokter dan perawat.
"Jika dilihat dari gejalanya, Bintang sepertinya mengalami amnesia, Frans!" ujar Dokter yang juga merupakan teman Papa Frans tersebut.
"Amnesia?" Papa Frans bergumam.
"Kemungkinan disebabkan oleh luka di kepala bagian belakang," ujar Dokter.
"Lalu apa ada kemungkinan untuk ingatan Bintang kembali, Dok?" tanya Elang pada dokter.
"Selalu ada kemungkinan tak terduga, Elang! Apalagi ini berhubungan dengan otak yang penuh dengan syaraf, jadi ke depannya kita tak bisa menebak," tutur Dokter menjawab pertanyaan Elang.
"Ceritakan saja semua mengenai identitas Bintang, serta kehidupan dan kebiasaannya sebelum amnesia. Itu semua akan membatu ingatan Bintang untuk pulih lebih cepat," ujar Dokter lagi memberikan arahan untuk dilakukan oleh Papa Frans dan Elang.
"Lalu kapan aku boleh membawa pulang Bintang?" tanya papa Frans pada dokter di hadapannya tersebut.
"Setelah kondisi Bintang membaik dan stabil, tentu saja kau bisa membawanya pulang ke rumah, Frans!" ujar dokter menjelaskan pada Papa Frans dan juga Elang.
"Baiklah aku mengerti!" Gumam Papa Frans seraya manggut-manggut. Dokter lalu pamit dan undur diri dari kamar perawatan Bintang, setelah tidak ada lagi pertanyaan dari Papa Frans dan juga Elang.
"Jadi, kalian berdua siapa?" Tanya Bintang lirih setelah dokter pergi.
"Aku benar-benar tak bisa mengingat apapun," ujar Bintang lagi seraya memegangi kepalanya yang mendadak terasa sakit.
"Jangan memaksa untuk mengingatnya, Bintang!" Nasehat Elang yang sudah dengan cepat menepuk pundak Bintang.
"Kau siapa?" Tanya Bintang sekali lagi pada Elang.
"Aku Elang," jawab Elang cepat.
"Dia saudaramu, Bintang!" Tukas Papa Frans yang ikut buka suara.
"Saudara?" Bintang bergumam pelan.
"Lalu anda siapa?" Bintang ganti bertanya pada Papa Frans.
"Dia adalah papa kamu, Bintang!" Bukan Papa Frans, melainkan Elang yang menjawab dengan cepat.
"Papa!" Panggil Bintang pada Papa Frans yang langsung mengulas senyum bahagia. Papa Frans juga sudah memeluk Bintang dengan cepat.
"Putraku!" Papa Frans bergumam penuh kebahagiaan.
"Papa terlihat bahagia," ujar Bintang merasa sedikit heran.
"Ya!" Papa Frans menyeka butir bening yang mendadak menggenang di sudut matanya.
"Itu karena kau sudah lama tak pulang Bintang! Makanya Papa bahagia sekarang karena akhirnya kita bisa bertemu lagi!" Papa Frans kembali memeluk Bintang.
"Bintang pergi kemana memangnya, Pa? Bintang benar-benar tak ingat!" Tanya Bintang yang kembali terlihat bingung.
"Tak penting kau pergi kemana dan berada dimana sebelum ini, Bintang! Satu hal yang pasti, sekarang kau sudah pulang, dan kita akan memulai semuanya dari awal," tutur Papa Frans yang masih memeluk Bintang dengan matang.
"Tapi Bintang benar-benar tak ingat apapun, Pa!"
"Maksud Bintang, apa kesibukan Bintang sebelum Bintang mengalami kecelakaan. Lalu apa yang menjadi rutinitas Bintang. Kehidupan pribadi Bintang..." Cecar Bintang mengungkapkan semua pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
"Nanti akan kita cari tahu semuanya!" Papa Frans mengusap-usap punggung Bintang.
"Karena saat ini yang terpenting adalah memulihkan kondisimu!" Tutur Papa Frans yang langsung membuat Bintang mengangguk.
"Sebaiknya kau istirahat karena hari juga sudah malam, Bintang!" Saran Elang yang sejak tadi hanya diam.
"Aku lapar sekarang. Boleh aku makan dulu sebelum aku beristirahat?" Tanya Bintang seraya meatap bergantian pada Papa Frans dan Elang.
"Tentu saja!" Jawab Elang yang langsung sigap menyiapkan makanan untuk Bintang. Dan Papa Frans langsung dengan senang hati menyuapi Bintang, meskipun awalnya putra kandungnya itu menolak, namun setelah sedikit paksaan dari Papa Frans, Bintang akhirnya mau disuapi.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
YG MNGALAMI AMNESIA DICERITA2 BUNDEW GK BANYAK, KLO GK SALAH, DAFFI PAPINYA KENZO, MIA MAMINYA GALENDRA, TRUS KYLE ANAK BIANCA, DN BINTANG... KLO YG TEWAS KECELAKAAN BANYAK... YG DIPERKOSA, TASYA, AIRIN, VIOLA, LIDYA, BU AYA & MAYRA.. YG TEWAS KECELAKAAN SAAT HAMIL, RISHA, SHEILA DN QUEENA YG BUNUH DIRI DRI TEBING, YG TEWAS SETELH MELAHIRKN , TASYA, ISTRI ARGA, & ISTRI GABRIEL..
2023-05-24
0
Halima Ma
setelah melewari kesekian purnama aku balik ni thor,babang bintang yuk lanjut terima kenyataan🤭dan sabar y nnti q bantu inget2
2023-05-15
0
Sari Novarizal
nyimak lagi
2022-09-24
0