"Ibumu membawamu kabur saat kau masih bayi dan memisahkan kita berdua.".
"Lalu Papa tidak mencari Bintang? Selama dua puluh sembilan tahun?" Cecar Bintang menatap tak percaya pada Papa Frans.
Setelah keluarga Syiela berpamitan tadi, Bintang memang langsung mencecar Papa Frans dengan pertanyaan kenapa Papa Frans berbohong soal tempat tinggal Bintang sebelun ia amnesia dan melupakan semua menory tentang perjalanan hidupnya.
"Papa sudah mencarimu!" Sergqh Papa Frans cepat.
"Papa mencarimu ke semua tempat selama bertahun-tahun. Tapi papa tidak pernah berhasil menemukan jejak kau dan ibumu!"
"Papa terus mencarimu, Bintang!"
"Hingga malam saat kecelakaan itu, kita berdua akhirnya dipertemukan," tutur Papa Frans bersungguh-sungguh seolah sedang meyakinkan Bintang.
"Lalu Bintang tinggal dimana sebelum bertemu Papa? Kenapa Bijtang tak bisa mengingatnya sama sekali!" Bintang memukuli kepalanya sendiri dan Papa Frans langsung sigap menghentikan tindakan Bintang tersebut.
"Bintang, sudah cukup!"
"Bintang tidak bisa ingat apa-apa, Pa!" Ucap Bintang frustasi.
"Tak perlu dipaksa jika memang kau tidak mengingatnya!"
"Bukankah yang terpenting kau sudah bersama Papa sekarang, Bintang?" Ujar Papa Frans menenangkan Bintang.
"Kau sudah pulang ke tempat yang seharusnya, jadi kau tak perlu risau memikirkan tentang masa lalumu!" Sambung Papa Frans lagi seraya menepuk punggung Bintang.
"Ya," Bintang bergumam lirih.
"Sekarang istirahatlah! Kau pasti lelah," titah Papa Frans selanjutnya pada Bintang.
Bintang tak berucap sepatah katapun, dan pria itu segera naik menuju ke kamarnya di lantai dua.
"Kenapa Papa melakukan itu?" Tanya Elang yang entah sejak kapan sudah tiba di rumah.
"Elang! Kau sudah pulang?" Papa Frans berbasa-basi pada Elang.
"Kenapa Papa seolah ingin menyingkirkan semua masa lalu Bintang? Bukanlah Bintang punya hak untuk mengingat kembali masa lalunya?" Sergah Elang menyayangkan sikap kurang bijak Papa Frans.
"Masa lalu Bintang hanya berisi hal-hal suram dan berbagai pekerjaan kasar yang pernah dilakoni oleh Bintang," tatapan mata Papa Frans menerawang.
"Dan Bintang adalah pewaris tunggal di Mahardika's Company. Jadi semua masa lalu Bintang itu tak perlu dan tak penting untuk diingat-ingat," tukas Papa Frans lagi.
"Papa juga tidak mau jika keluarga Syiela tahu tentang semua masa lalubtak penting Bintang itu! Mereka harus tahunya kalau Bintang itu pria mapan dan terpelajar sekaligus pewaris tunggal."
"Jadi kau juga harus ikut menyimpan rapat semua tentang masa lalu Bintang, Elang!" Papa Frans menatap tegas pada Elang seolah tak mau dibantah.
"Iya, Pa!" Jawab Elang yang terpaksa mengangguk patuh.
"Elang ke kamar dulu, Pa!"pamit Elang selanjutnya pada Papa Frans.
****
Bintang memijit pelipisnya sendiri yang terasa pening dan sakit karena grafik-grafik membingungkan yang sejak tadi tak berhenti bergerak di layar monitornya.
"Ck! Aku benar-benar payah dan sepertinya memang tak cocok menjadi direktur!"
"Kenapa Papa tak memberiku pekerjaan lain saja? Sebagai lengawas lapangan, atau driver, atau cleaning service!"
"Sepertinya pekerjaan itu lebih cocok untukku ketimbang aku harus duduk di kursi panas ini dan otakku nyaris meledak!" Bintang tak berhenti menggerutu serta menyalahkan Papa Frans yang seperti menaksakan Bintang untuk menjadi direktur di Mahardika's Company.
Ping!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Bintang yang sejak tadi tergeletak di atas meja. Segera Bintang membuka pesan dari Syiela tersebut.
[Kita jadi pergi hari ini?] -Syiela-
[Pergi membeli cincin? Ya! Tentu saja jadi] -Bintang-
[Nanti aku jemput ke butikmu] -Bintang-
[Memangnya kau tahu butikku ada di mana?] -Syiela-
"Nanti aku akan tanya pada Elang. Dia pasti tahu, kan?] -Bintang-
[Baiklah, terserah!] -Syiela-
[Kau sedang apa ngomong-ngomong?] -Syiela-
[Melihat grafik di monitor] -Bintang-
[Ah, iya! Aku paham!] -Syiela-
[Nanti aku hubungi lagi kalau aku sudah siap pergi. Sekarang aku haris bertemu klien dulu]-Syiela-
[Baiklah! Aku tunggu] -Bintang-
Tak ada balasan lagi dari Syiela dan Bintang hanya tersenyum sembari memutar-mutar kursinya. Bintang sibuk memikirkan tentang pertemuannya dengan Syiela nanti, hingga tangannya tak sengaja meng-klik sesuatu di layar monitor yang tiba-tiba membuat semua layar menjadi blank.
Astaga!
Apa yang sudah Bintang lakukan?
Bintang bergegas me-restart perangkat di depannya, namun saat ini yang muncul hanya kata error banyak sekali.
Sial!
Bintang dengan cepat meraih gagang telepon internal di atas meja dan menghubungiku Elang yang ruangannya tak jauh dari ruang kerja Bintang.
"Halo!" Telepon Bintang langsung diangkat Elang dengan cepat.
"Elang, kau bisa ke ruanganku sebentar? Ada sedikit masalah." Pinta Bintang seraya menatap ke layar monitornya dan meringis . Ini bukan kali pertama Bintang membuat masalah. Semoga yang ini masih bisa diselesaikan oleh Elang dan tak membuat Papa Frans murka.
"Ya!" Jawaban Elang di seberang tekepon langsung membuat Bintang bernafas lega. Bintang meletakkan kembali gagang teleponnya, lalu mengetuk-ngetuk layar monitor di depannya.
"Oh, ayolah! Kenapa kau selalu membuatku pusing?" Gerutu Bintang pada layar monitor di depannya.
Saat itulah, terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok tok tok!
Bintang belum berkata masuk, dan Elang sudah membuka pintu ruangan Bintang, lalu merangsek masuk.
Biar saja!
Sedang ada masalah juga!
"Ada masalah apa?" Tanya Elang to the point yang sudah menghampiri Bintang.
"Aku mengacaukannya!" Lapor Bintang seraya menunjukkan layar monitor pada Elang yang langsung mengerutkan kedua alisnya. Pria di samping Bintang itu terdiam untuk beberapa saat.
"Bagaimana bisa?" Tanya Elang akhirnya seraya memberikan kode pada Bintang agar bangkit dari duduknya. Elang lalu segera menggantikan Bintang untuk duduk di kursi kerja dan tangannya mulai mengutak-atik keyboard di depannya. Terlihat jelas kalau kekacaun yang Bintang buat hari ini bukan hal sepele.
Ya ampun!
Stupid Bintang!
"Maaf!" Ucap Bintang penuh rasa bersalah pada Elang yang masih mencoba memperbaiki masalah yang ditimbulkan oleh Bintang.
"It's okay! Aku bisa menanganinya!" Jawab Elang seraya memijit pelipisnya. Sepertinya Elang juga sedang pusing sekarang.
Dan di saat bersamaan, ponsel Bintang di atas meja malah berdering. Tadinya Bintang pikir Papa Frans yang menelepon dan memarahinya, namun ternyata Syiela yang menelepon.
"Halo, Syiela!" Sambut Bintang setelah mengangkat telepon.
"Kita jadi membeli cincin?"
"Bukankah kau tadi masih bertemu klien," Bintang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Klienku sedang buru-buru dan kami memutuskan untuk membuat janji di lain waktu saja. Jadi aku langsung pergi ke kantormu."
"Oh, kau sudah di kantor berarti? Padahal aku baru saja akan menjemputmu," ucap Bintang berbasa-basi pada Syiela.
"Tidak usah! Aku sudah sampai di kantormu." Terdengar tawa dari Syiela di ujung telepon.
"Jadi kau sudah dimana?" Tanya Bintang lagi berbasa-basi bersamaan dengan pintu ruangan yang tiba-tiba sudah menjeblak terbuka.
"Hai, aku disini!" Sapa Syiela yang langsung memeluk Bintang dengan hangat.
"Ya ampun!" Bintang langsung geleng-geleng krpala dengan kejutan yang dibuat oleh Syiela.
"Hai, Elang!" Syiela ganti menyapa Elang yang masih berkutat menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Bintang barusan.
"Hai, Calon pengantin!" Sapa Elang pada Syiela seraya mengulas senyum hangat.
"Kami baru akan bertunangan, Elang!" Tukas Syiela mengoreksi sapaan Elang.
"Tapi setelahnya kalian akan menikah, kan?" Elang mengangkat sebelah alisnya dan menatap pada Syiela.
"Kata Papa begitu!" Jawab Bintang yang dengan cepat menjawab pertanyaan Elang sembari melingkarkan lengannya di pinggang Syiela.
Perasaan Bintang saja atau tatapan Elang pada Syiela memang berbeda?
"Kami akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin," ujar Syiela selanjutnya memberitahu Elang.
"Syiela, bagaimana kalau ke toko perhiasannya nanti saja? Ada sedikit masalah-" Bintang belum menyelesaikan kalimatnya saat Elang sudah dengan cepat menyela.
"Aku bisa membereskannya, Bintang!"
"Pergilah bersama Syiela dan selesaikan saja urusan kalian! Masalah ini, biar aku yang menangani," ujar Elang lagi menatap bersungguh-sungguh pada Bintang.
Astaga!
Bintang benar-benar tak enak hati pada saudara angkatnya tersebut.
"Kau yakin, Elang?" Tanya Bintang yang masih merasa ragu.
"Ya! Pergilah!" Jawab Elang santai.
Mungkin masalah yang dibuat oleh Bintang barusan memang tak terlalu serius. Buktinya, Elang masih bisa berkata dengan santai!
"Lihat! Elang selalu punya solusi dan dia adalah dewa penolong," celetuk Syiela yang kini sudah menggamit lengan Bintang.
"Kau benar!" Jawab Bintang membenarkan ucapan Syiela.
Elang memang dewa penolong di segala kondisi!
"Ayo pergi!" Ajak Syiela selanjutnya pada Bintang yang hanya mengangguk.
"Kami pergi dulu, Elang!" Pamit Bintang akhirnya pada Elang yang hanya mengangguk dan mengulas senyum.
Bintang dan Syiela sefera keluar dari ruangan Bintang dan meninggalkan Elang yang kembali harus memijit pelipisnya sendiri.
Astaga!!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sari Novarizal
kok aku jadi pro ke elang ya ...
2022-09-24
0
who am I
bintang apaan yang gampang pindah kelain hati, padahal baru pertama ketemu, mimpi kenalan sama "Va" terang terang kaga ada 2 huruf itu di nama cewe sekarang 🥱
2022-09-11
0
Elisa Damayanti
si bintang menyebalkan....
2022-09-11
0