...HATI INI BERDENYUT NYERI SAAT HARAPAN INDAH TAK SESUAI KENYATAAN. MEMBUAT LANGKAH SEKETIKA TERHENTI, INGIN MUNDUR, MAJU ATAU BERTAHAN, SEAKAN BIMBANG UNTUK MEMILIHNYA....
Celoteh panjang telah keluar dari bibir lelaki paruh baya itu terhadap putri kesayangannya. Begitu banyak pesan tersirat untuk Aletha saat menempuh pendidikan yang diinginkannya. Yang begitu bertolak belakang dengan profesi papanya saat ini. Karena Aletha dan juga Luna lebih memilih menjadi seorang dokter.
”Jaga kesehatan kamu di sana, sayang!”
”Baik, Pa. Papa juga harus jaga kesehatan Papa saat Aletha tidak berada disamping Papa.”
Senyuman telah mengembang di bibir seorang Bagas Kara serta anggukan kecil untuk mengiyakan permintaan putrinya yang akan pergi jauh. Terasa begitu berat untuk melepaskan Aletha yang selalu dianggap putri kecil yang harus dijaga, tapi kini Bagas Kara menyadari bahwa putrinya Aletha sudah menjajaki dunia dewasa. Hanya doa terbaik untuk masa depannya dari orang tua yang menyayanginya.
”Jangan lupa kabari Papa dan Mama setelah sampai disana.” Pelukan dari Nina pun meluncur, merengkuh tubuh Aletha dengan kuat.
”Mama jangan khawatir, Aletha pasti akan mengabari kalian sesampai disana nanti. Sudah ah ... jangan sedih terus! Aletha tidak akan lama disana, setelah lulus nanti Aletha akan segera mengatur jadwal untuk pulang.”
Pelukan dari Nina pun telah terlepas, lalu dilanjut oleh Luna dan terakhir dari seorang Bagas Kara. Dan tidak lama kemudian suara Flight Operation Officer telah memberitahukan kepada semua penumpang bahwa penerbangan ke Amerika Serikat akan segera berangkat. Sehingga Bagas Kara melerai rengkuhan eratnya kepada Aletha. Dan sebelum benar-benar pergi meninggalkan Indonesia, Aletha memberikan hormat kepada Bagas Kara.
”Aletha siapa melaksankan tugas, bos!” Senyum merekah terlepas begitu saja.
Tawa mereka bertiga pun seketika pecah setelah melihat kelakuan konyol dari seorang Aletha. Namun, Nina tak hentinya menangis setelah melepas kepergian Aletha yang sudah memasuki badan pesawat. Dan tidak lama kemudian pesawat pun telah lepas landas.
---------
”Selamat tinggal Indonesia. Nantikan aku kembali beberapa tahun lagi.” Senyum yang tidak bisa diartikan dari bibir seorang Aletha telah terukir.
Aletha menonaktifkan ponselnya saat pesawat masih melambung di udara. Aletha begitu bersemangat untuk segera sampai di kota kelahiran, yaitu Amerika Serikat. Karena Aletha miliki darah campuran antara Amerika dengan Indonesia. Di mana mama kandung Aletha yang bernama Jennifer dari Amerika Serikat. Sedangkan Bagas Kara sendiri memiliki darah Indonesia asli. Namun, setelah kecelakaan maut yang menimpa putra pertama mereka membuat keluarga Bagas Kara bercerai berai.
”Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga dengan selamat.” Aletha kembali menarik dia ujung bibirnya. Sehingga membentuk senyuman yang sempurna.
Pesawat telah mendarat dengan sempurna. Dengan hati yang tidak sabar ingin berjumpa dengan Jennifer_bertahun-tahun telah memendam rasa rindu yang membuncah dada. Akan tetapi, tidak bisa saling menyapa untuk mengobati rasa rindu itu. Dan kini saatnya pertemuan telah tercipta kembali untuk mengobati rasa rindu yang terpendam selama itu.
”Ma, Aletha datang.” Batin Aletha.
Aletha menanti sebuah taxi yang akan dijadikan kendaraan untuk menuju ke kediaman Jennifer. Dan tidak lama kemudian taxi telah melintas dihadapannya. Di dalam taxi Aletha merasa ragu dengan alamat yang ia tulis di sebuah kertas.
”Apa Mama masih tinggal di sana? Atau sudah pindah?” tanya Aletha dalam lubuk hati.
Aletha benar-benar merasa ragu, karena sudah bertahun-tahun tidak mendapatkan kabar apapun tentang Jennifer. Namun ... Aletha kembali meyakinkan dirinya untuk menuju ke alamat tersebut dan memastikan agar tidak ada rasa ragu lagi dalam hatinya.
”Ma, Aletha kangen sama Mama. Apa Mama masih mengingat Aletha, putri Mama?”
Aletha terus bergumam saat berada di dalam taxi. Dan tidak lama kemudian akhirnya Aletha sampai di tempat tujuannya. Setelah turun dari taxi tersebut, tidak lupa Aletha memberikan upah kepada sopir taxi. Jelas itu uang dollar ya.
Aletha berdiri tegap dan menatap rumah yang nampak sepi. Tapi, selang beberapa menit kemudian terdengar suara seorang wanita dari dalam rumah. Dengan mengucapkan basmalah Aletha memberanikan dirinya untuk bertamu ke rumah itu.
”Tok, tok, tok,”
Pintu diketuk secara pelan_tidak lama kemudian pintu dibuka. Dibalik pintu terlihat seorang wanita berbadan tinggi dengan tubuh berisi, tetapi tidak menandakan wajah yang terlihat tua. Karena selalu dipoles dengan beberapa make up yang cukup tebal.
”Cari siapa?” tanya wanita itu.
Aletha terdiam, ingin rasanya ia segera memeluk dan merengkuh dengan kuat tubuh wanita itu. Tapi, hatinya begitu hancur setelah ia melihat apa yang baru saja terjadi. Seorang lelaki dengan tubuh besar, tinggi dan kuat_tengah memeluk Jennifer dari belakang. Bahkan terlihat dari tatapan lelaki itu yang tidak baik-baik saja. Ada tatapan dari lelaki ****** dan berhidung belang.
”Trakkk...”
Seperti itulah kira-kira bunyi hati Aletha. Patah, hancur berkeping-keping saat melihat apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Dan itu sukses membuat Aletha hanya diam terpaku, seolah kakinya tidak mampu menopang tubuhnya, lidahnya juga begitu kelu untuk sekedar memanggil mama.
”Hati ini berdenyut nyeri saat harapan indah tak sesuai kenyataan. Membuat langkah seketika terhenti, ingin mundur, maju atau bertahan, seakan merasa bimbang untuk memilihnya.” Batin Aletha seraya menatap tajam Jennifer yang masih dihadapannya.
Perlahan air mata luruh begitu saja dar ujung pelupuk matanya. Rasa amarah, kecewa dan sedih begitu beradu menjadi satu dalam hati Aletha. Seolah api telah berkobar dalam dirinya.
Aletha menghembuskan nafas berat, lalu menyeka air matanya dengan kasar. Dengan segala keberanian yang ada, ia mencoba memperkanalkan kembali siapa dirinya dihadapan Jennifer.
”Selamat pagi, Ma. Ini ... aku ... Aletha.” Senyum tipis telah terukir di bibir Aletha.
Hening...
Jennifer masih terdiam terpaku, menatap tajam wajah Aletha dengan mata berembun. Jennifer perlahan melangkahkan kakinya untuk memeberikan rengkuhan kepada Aletha. Namun, Aletha segera memberikan pertanyaan yang sukses membuat Jennifer kembali terdiam dengan seribu bahasa.
”Siapa Dia, Ma?” Aletha menatap tajam lelaki yang masih berada di pintu.
”Dia...”
”Apa Dia ... suami, Mama?”
”Akh tidak, aku hanya bersenang-senang saja dengan Jennifer. Dan oh ya ... kalau saya lihat ... kamu cantik dan menarik.” Senyum semirk pun terukir di bibir lelaki itu.
Aletha berdecak. Sungguh hatinya benar-benar merasakan kehancuran setelah mendengar kata-kata yang seharusnya tidak terucap dari lelaki itu. Dan Aletha merasa bahwa lelaki ****** dan berhidung belang itu telah merusak ibunya, Jennifer.
Aletah berusaha tenang, air mata yang tadinya mengalir begitu saja kini seketika berhenti. Untuk memastikan apa yang didengarnya, ia melontarkan pertanyaan kepada Jennifer.
”Apakah yang dikatakan lelaki itu benar, Ma?” tanya Aletha ber antusias.
Hati Aletha kembali hancur setelah melihat anggukan pelan dari Jennifer. Di mana itu menandakan sebuah kebenaran, hanya bermain-main dengan lelaki yang berhidung belang. Dan akhirnya Aletha murka, api kemarahan telah berkobar dalam dirinya.
”Waw, bagus sekali perbuatan Mama. Apa setelah berpisah dengan Papa hanya ini yang bisa Mama lakukan? Sungguh ... Aletha sangat kecewa dengan Mama.”
”Aletha ... Mama bisa menjelaskan semuanya sama kamu. Tolong, dengarkan Mama sebentar saja...”
”Terlambat. Jangan anggap Aletha anak Mama lagi! Anggap Aletha sudah mati, sama seperti kak Alex. Permisi!” tekan Aletha.
Aletha berlari meninggalkan kediaman Jennifer dengan membawa koper sedang nya. Dan ia tidak bisa membendung air matanya lagi. Sehingga luruh begitu saja membasahi pipinya yang putih mulus. Entahlah kemana Aletha akan berhenti, karena ia tidak memiliki apapun di sana. Tadinya sepercik harapan untuk tinggal bersama sang ibu membuatnya bersemangat untuk menempuh pendidikan di negeri seberang. Namun, harapan itu kandas setelah kenyataan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya. Sedangkan Jennifer sendiri ia masih terdiam terpaku, tidak lama kemudian tubuhnya luruh ke bawah dengan air mata yang mengalir bagai. derasnya air sungai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments