🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Gak apa-apa, aku cuma gak mau kamu lebih cantik dari Lisya" jawab Awan yang lagi dah lagi membuat hati Mentari mencelos.
"Tapi kurasa lebih cantikan aku"
"Masa? kata siapa. Jangan terlalu percaya diri" ledek Awan yang masih memeluk tubuh kecil istrinya.
"Kataku lah, saat kamu tak memuji, biar saja ku puji diri ku sendiri"
"Gadis cerdas! kamu cantik, tapi lebih cantik Lisya. Dan aku tak mau kamu lebih unggul darinya" tegas Awan lagi.
"Kenapa? apa kamu takut jatuh cinta karena aku cantik?" tanya Mentari sambil m
membalikkan tubuhnya agar keduanya kini bisa saling berhadapan.
Awan mengangguk, tangan yang tadi melingkar di perut kini sudah berpindah ke pinggang tanpa jarak diantara mereka apalagi saat Mentari mengalungkan juga tangannya di leher sang suami.
"Bukankah memang seorang istri harus di cintai?"
"Kamu istriku, tapi bukan pemilik hatiku" ungkap Awan, ia mendekatkan keningnya ke kening Mentari bahkan kedua hidung mancung mereka hampir bersentuhan.
"Akan kupastikan kamu bertekuk lutut padaku RahardiAwan Putra Biantara!!" cetus Mentari.
Awan tertawa, ia gemas melihat kepercayaan diri istrinya yang juga sangat keras kepala, entah apa yang membuat gadis itu sangat ingin mempertahankan rumah tangga mereka padahal dengan jelas Awan sering menyenbut nama perempuan lain dengan sadar.
"Coba saja jika bisa, karna yang ku tahu, aku sangat mencintai Lisya dengan segenap jiwa, hati dan ragaku"
Mentari mencium pipi Awan, ia melepas pelukan kemudian berlalu begitu saja keluar kamar.
.
.
.
Mentari di perlakukan dengan sangat baik oleh keluarga Biantara dan Rahardia. Baru kurang lebih satu minggu ia sudah merasa nyaman di ibu kota tapi ia masih rutin menelepon orangtuanya dan juga melakukan video call dengan si Cimol yang menggemaskan. Bohong jika ia tak rindu kampung halaman tapi cinta dan perjuangan mengalahkan segalanya.
"Tari, kita makan siang dulu ya" ajak Diana yang membuyarkan lamunan sang cucu mantu.
Mentari mengangguk lalu tersenyum, dulu sejak kecil ia pernah bercita-cita menjadi dokter tapi semua itu seolah menguap saat lingkungan seolah tak memberi dukungan padanya.
"Iya, Mih."
"Kamu mau makan apa? biar kita langsung ke resto" tanya Adam, dibanding dengan Reza kesehatan jauh lebih buruk.
"Apa saja, aku pemakan segalanya" jawab Mentari sambil terkekeh.
Ketiganya bergegas ke sebuah Resto ternama untuk memanjakan perut mereka dan setelah itu tentu langsung pulang ke kediaman Biantara.
.
.
.
Saat sampai disana, Mentari bingung karna mobil suaminya masih ada di garasi. Entah pria itu sudah pulang atau justru tak pergi sama sekali. Mereka memang tak pernah berkirim pesan layaknya sepasang suami istri pada umumnya.
Cek lek.
"Sudah pulang?" tanya Awan.
"Hem, kamu sendiri, kenapa masih di kamar?" Mentari balik bertanya sambil terus mendekat kearah dan suami yang berbaring di ranjangnya.
"Aku gak kantor" jawab Awan masih meringkuk.
"Kamu sakit?" Mentari mengecek suhu badan pria itu tapi tak ada hawa panas yang di rasakan Mentari di punggung tangannya.
"Badanku sakit, akhir akhir ini sering tidur di sofa punggungku berasa retak semua tulangnya" jelas Awan sedikit meringis.
"Ya sudah, aku pindah kamar malam ini. Kamu bisa tidur di ranjangmu lagi karna aku juga tak mau tidur sofa" ucap Mentari santai.
.
.
.
Hei... kenapa bisa begitu? berbagi ranjang kan bisa!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Endang P
hhhiiiilllliiiihhhhh... ngemeeenngg nyaaaa gak bakalan jatuh cintaaa....ntuu apaaaahhhh ngajakin berbagi ranjang...🥺🥺🥺🤧🤧🤧
2023-11-28
0
Ragil Saputri
naaaah gitu dong, kan enak ndengerin ya
2023-11-27
0
Hediana Br Hutagalung
blng aja awan klu km itu Uda nyaman Ama mentari,ngak usah mutar mutar nanti jd pusing lo
2023-08-12
0