🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hari yang di tunggu keluarga Biantara pun tiba, Langit dan Cahaya serta putri mereka Senja sudah menunggu di ruang tengah, tinggal Awan yang belum juga kelihatan batang hidungnya. Sepertinya pria itu sengaja berlama-lama di dalam kamar agar rencana perginya mereka batal di lakukan.
"Niat gak sih tuh orang!" oceh Senja, si cantik kesayangan sang kakek.
"Sabar, Nja" timpal Cahaya yang perasaannya tak enak. Semanja apapun ia di keluarganya, Ia akan tetap menjadi ibu terbaik bagi kedua buah hatinya.
Satu, dua, hingga sepuluh menit berlalu akhirnya Awan turun juga dari lantai atas dengan wajah tak bersahabat, tak ada senyum apapalgi sapaan hangat seperti biasa yang terkadang membuat Cahaya merasa sedih.
"Sudah, kan. Ayo berangkat. Pipih tak mau kita di tunggu terlalu lama" ajak Langit.
Kali ini mereka akan pergi ke sebuah kota dengan hanya mengendarai satu mobil, Langit tak mengizinkan putranya untuk membawa kendaraan sendiri karna di khawatirkan ia akan kabur entah kemana. Dan itu pasti akan membuat malu keluarga nantinya.
Awan yang mengendarai mobil Papihnya harus rela di pukuli oleh kembarannya karna melajukan si kereta besi tersebut dengan kecepatan rendah bagai siput, Senja yang kesal terus saja melayangkan protes sampai harus membuat orang tuanya yang duduk di kursi belakang mengelus dada untuk menambah rasa sabar.
"Pih, aku yang bawa ya" rengek Senja.
"NO!" timpal Awan dengan cepat sambil memicingkan matanya kearah gadis cantik di sebelahnya itu.
Langit yang tahu jika ini semua bentuk rasa kesal Awan tentu hanya bisa menenangkan putrinya saja, ia biarkan dulu sang putra bersikap seenaknya asal rencananya berjalan lancar, setidaknya sampai sang putra mahkota selesai ijab qabul di depan pak penghulu.
>
>
Hampir tiiga jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kayu yang cukup sangat asri karna begitu banyak pepohonan rindang di sana. Rumahnya nampak sederhana jauh dari kesan mewah padahal mereka adalah keluarga kaya raya di kota tersebut.
"Ini, kan tempatnya" tanya Awan memastikan karna bangunan itu tak memilik pagar sama sekali, halamannya begitu luas hingga mungkin bisa untuk bermain bola.
"Rumahnya enak banget, adem" puji Senja saat turun dari mobil.
"Iya, asri dan nyaman ya" timpal Cahaya yang juga langsung jatuh cinta dengan tempat tersebut karna ini baru pertama kalinya ia menginjakan kaki di sana berbeda dengan Langit yang pernah datang sebelumya bersama Reza dan Adam.
"Mari kita kerumahnya, Pipih rasa kita sudah di tunggu" ajak Langit yang menggandeng tangan istri tercinta menuju pintu utama yang terbuka lebar seolah sudah siap menerima tamu.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
Terdengar suara sahutan seorang wanita dari dalam yang sepertinya sedang sedikit berlari kearah pintu.
"Alhamdulilah, Tuan dan Nyonya sudah datang"
"Maaf kami sedikit terlambat" ucap Langit yang merasa tak enak hati karna benar dugaannya jika mereka sudah di tunggu sejak tadi oleh si tuan rumah.
"Tak apa, mari duduk, saya panggilkan suami saya dulu"
Mereka berempat seraya mengangguk bersama sambil tersenyum setelah mengucapkan terima kasih.
Langit duduk berdampingan dengan Cahaya, tapi Senja justru memilih duduk di kursi bulat dekat aquarium ikan hias, sedangkan Awan menghempaskan bo kongnya di sofa single, ia malas jika nanti harus duduk sejajar dengan gadis yang tak pernah ia lihat sama sekali itu.
Tak lama seorang pria baya datang bersama wanita tadi. pasangan suami istri tersebut menyambut keluarga calon besannya dengan sangat ramah dan baik hingga Langit dan Cahaya rasanya akan sungkan jika putranya akan berbuat ulah kali ini.
"Senang sekali rasanya kita semua bisa berkumpul bersama, apalagi dalam rangka menyatukan putra putri kita untuk ke jenjang yang lebih serius, saya harap perjodoohan ini bisa di terima dengan baik oleh Mentari dan juga Nak Awan." ucap pria baya tadi yang memperkenalkan dirinya sebagai Pak Haditama, mantan Gubernur yang pernah menjabat sampai dua perode berturut turit di kota tersebut.
"Aamiin" sahut semuanya kecuali Awan.
"Maaf, Nak Mentarinya dimana ya, bisa kami bertemu?" pinta Cahaya yang tak sabar ingin melihat sang calon menantu secaara langsung bukan sekedar di foto yang di tunjukan oleh suaminya.
Pak Haditama sontak menoleh kearah sang istri seraya berbisik menanyakan keberadaan putri tunggal mereka yang memang belum terlihat sejak tadi.
.
.
.
Iya, biar ibu panggilkan dulu di kandang kambing
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Apa ini Miskaaaah????
Apa akan ada drama ngangon Embe bersama 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Endang P
waaallllaaaahhhh....🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 othooorrr....tanggung jawab gaakkk....saiyaaa keselek-selek iniii, pas baca ini kebetulan lagi makan cuangki smaa suami ma anak2....😭😭😭😭 pedeeesss tauukkk idung ma tenggorokan kuuuu....🥵🥵🥵🥵🥵
2023-11-27
0
Ragil Saputri
waaah cucu gajah dapet jodoh anak kambing bhuahahahaha ups 🤭
2023-11-26
0
Nhueer sya
ini anak kambing bukan anak gajah 🤣🤣🤣🤣
2023-08-21
0