Identitas Tersembunyi : My Beloved Mafia Queen
Dooooor ...
Dooooor ...
Dooooor ...
Suara tembakan terdengar di pintu gerbang. Anak buah dari Klan Black Shadow membantai habis anak buah Klan Tiger Eye. Mereka menghabisi sebagian anggota Klan tersebut dengan membabi-buta.
Darah bersimbah dimana-mana. Mayat bagaikan barang yang tidak ada artinya apa-apa. Rumah mewah barcat putih itu seperti kuburan massal yang sangat mengerikan.
Dengan diam-diam Shane memberitahukan keadaan kacau tersebut kepada Ferdinand. Ferdinand adalah ketua dari klan Tiger Eye.
Untuk keselamatan ketua klan, Shane menyuruh pimpinannya pergi meninggalkan markas. Dia sudah menyiapkan mobil di basemen rahasia. Hanya orang tertentu yang mengetahui tempat rahasia tersebut.
"Bos, kita harus pergi!" ajak Shane kepada Ferdinand.
"Mana Clara?"
"Pah, Ada apa ini? Kenapa kita harus lari?" tanya Clara melihat sang papa hendak pergi ke ruang rahasia.
"Ikuti Papa!"
"Tapi Pah, kenapa kita tidak hadapi saja?"
"Clara, ini bukan waktu yang tepat!"
"Lho, kenapa? Aku bisa menghabisi mereka semua!"
"Please, jangan keras kepala! Turuti keinginan Papa! Kau tidak akan menang menghadapi mereka!"
"Tapi, Pa ...!"
Waktunya tidak tepat untuk melanjutkan perdebatan ayah dan anak itu. Ferdinand harus membujuk Clara, putrinya. Kelak gadis ini yang akan menggantikannya sebagai seorang pemimpin.
Terdengar suara derap langkah kaki mendekat. Ferdinand yakin, mereka adalah orang-orang dari klan Black Shadow. Ferdinand menarik tubuh Clara supaya masuk ke mobil, dia tidak mau Clara tertangkap oleh anak buah klan tersebut. Karena ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkap sebuah rahasia yang selama ini dia tutupi.
Dengan kecepatan maksimum, mobil melaju. Mobil itu berhasil meninggalkan rumah mewah tersebut yang sekarang disulap menjadi kuburan masal. Kemarahan Clara sudah tidak bisa dibendung lagi. Dia sangat geram, bagaimana bisa dia tidak menyadari akan ada serangan dadakan seperti itu.
Usaha mereka kabur ternyata tidak berjalan mulus. Lima mobil sudah membuntuti mereka. Bukan hanya mengejar, mereka juga menembak.
Dooooor ...
Dooooor ...
Dooooor ...
Tringgggggggg.....
BOOOOMMMM ...
Suara ledakan terdengar keras. Clara melihat mobil satu yang ditumpangi anak buahnya meledak. Kobaran api membakar habis mobil itu.
Emosi Clara sudah tidak bisa dibendung lagi. Dia pun mengeluarkan pistolnya, yang terselip di pinggang. Dengan keahlian yang dia miliki, Clara menembaki mobil yang mengejarnya. Aksi tembak-menembak dan kejar-kejaran pun terjadi.
Dooooor ...
Dooooor ...
Dooooor ...
Satu peluru berhasil menembus pintu mobil dan pelurunya mengenai perut Ferdinand. Darah segar keluar dari sana. Ferdinand berusaha untuk memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang luar biasa. Dia tidak mau Clara khawatir. Dia tahu betul anak perempuannya seperti apa.
Clara merasa curiga. Karena ada darah yang menetes di jok mobil. Kemudian dia menoleh ke arah sang Papa. Betapa terkejutnya, saat Clara melihat perut sang Papa sudah mengeluarkan banyak darah.
"Papa!" teriak Clara, "Papa, Kau tertembak!"
"BRENGSEK!" murka Clara.
Dooooor ...
Dooooor ...
Dooooor ...
Tembakan beruntun Clara tujukan pada mobil musuh. Mereka sangat kualahan, satu mobil terjungkal ke jurang. Dan meledak. Dan satu mobil, terjun bebas ke pemukiman warga. Dan mobil lainnya tidak bisa mengejar kecepatan mengemudi Shane.
"PAPA!" teriak Clara, "No, Please! Jangan tinggalkan aku, Pah!"
"Jangan menangis! Kau harus kuat dan berani!" ujarnya dengan memegangi perutnya yang terluka.
"Papa!" isaknya, "Shane, Ayo bawa Papaku ke Rumah Sakit!"
Hiks ... Hiks ... Hiks
"Tidak. Papa tidak mau!" ujar Ferdinand terbata, "Dengar-kan kata-kata Papa. Mereka akan terus memburumu, me-re-ka a-kan meng-ha-bi-si se-lu-ruh anggota Tiger Eye. Kau harus lari! Kau harus lari sejauh-jauhnya, bila perlu pergi dari kota ini! Papa juga meminta maaf. Papa menyembunyikan rahasia besar!"
"Apa itu, Pa?"
"Papa memiliki a-nak lain selain ka-mu. Dia ju-ga se-orang perempuan. A-dik ka-mu dari istri Papa yang lain."
"A-pa?" Clara terkejut.
"Pa-pa tidak bi-sa membahagiakan mereka. Karena itu, tugas itu Papa serahkan kepadamu. Katakan kepada mereka bahwa Papa menyayangi mereka. Pa-pa ti-dak pernah membuang me-re-ka dari kehidupan Papa. Pa-pa sangat menyayangi me-re-ka. Lindungi mereka! Pa-pa mohon!" Ferdinand menyerahkan foto, dimana di foto tersebut tertulis sebuah alamat.
"Iya, Pa. Clara akan mencari mereka. Clara akan membawa Mereka pada Papa. Kita akan hidup bahagia. Selayaknya sebuah keluarga yang bahagia!"
"Mungkin setelah Kau tahu rahasia besar itu. Semuanya akan terungkap! Apapun yang terjadi, Papa sangat menyayangimu!"
"Tidak. Aku mohon, Pah. Jangan tinggalkan Clara. Clara nggak mau kehilangan Papa!" isak Clara.
"Pah! Papaaaaaaaaa!"
Hiks ... Hiks ... Hiks
Ferdinand menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan sang putri. Clara menangis sesenggukan. Dia tidak menyangka akan kehilangan sang Papa begitu cepat. Sedih. Itulah sekarang yang dia rasakan.
Chiiiiiiiiiiiiiit ...
Mendadak Shane memberhentikan mobilnya. Dia memeriksa kondisi Ferdinand. Ferdinand sudah meninggal. Dan Shane yakin, Clara sedang tidak baik-baik saja.
"Nona, Tuan sudah meninggal! Nona harus pergi! Tinggalkan jenazah Bos Ferdinand bersama saya! Nona harus pergi dari kota ini!" suruh Shane.
"Aku tidak mau Shane. Aku ingin didekat Papaku!"
"Nona. Sangat berbahaya, jika Anda terus disini! Mereka akan terus mencari Anda! Pergilah! Ingat yang dikatakan Bos Ferdinand! Anda disuruh mencari istri dan anaknya!"
"Tapi ...!"
"Percayalah kepada saya, Nona!"
"Baiklah." Clara nampak berfikir. Yang dikatakan Shane memang benar.
Shane menurunkan Clara di tepi jalan raya. Dia memberikan tas dan jaket kepada nona nya. Kemudian memberhentikan sebuah bis di jalan. Shane menyuruh anak bos-nya untuk naik ke bis tersebut.
"Naiklah, Nona!" suruh Shane.
"Shane."
"Percayakan padaku!" Clara menganggukkan kepalanya.
"Pergilah! Aku yang akan menelfon Nona. Untuk sementara, kita tidak komunikasi dulu! Ini semua untuk keselamatan Anda!"
"Baiklah, Shane! Aku tunggu kabar darimu!"
Bis berjalan menuju luar kota. Berjalan menyusuri padatnya jalan raya. Melewati perkebunan karet, yang ditumbuhi semak-semak yang cukup tinggi. Bis tersebut melaju tanpa henti.
Clara duduk di dekat jendela. Hanya membawa tas besar dan tas ranselnya. Ditangannya dia memegang sebuah foto, foto adik dan ibu tirinya. Dia terus memandangi foto tersebut, kemudian mengulas senyum tipis.
____
____
Selama tujuh jam perjalanan, akhirnya Clara sampai di Kota K. Kota yang cukup terpencil. Dan jauh dari hingar bingar kendaraan. Dia turun dari bis setelah membayarkan ongkos bis.
"Ini kembaliannya, Nona!"
"Tidak, Usah. Ambil saja!"
"Terimakasih, Nona!" Clara hanya mengangguk sambil tersenyum.
Clara mendatangi warung kopi. Dia meminta izin untuk ke toilet. Dia harus mengganti bajunya. Karena bajunya terkena noda darah. Dan dia tidak mau, gara-gara darah tersebut menjadi pusat perhatian banyak orang.
Pemilik warung yang baik hati mengizinkannya menggunakan toilet. Dengan bergegas, Clara mengganti bajunya, dengan baju yang bagus dan bersih.
To be continued ....
Ada sedikit revisi ya Guys, karena permintaan editor, Maaf kalau kurang nyaman saat membaca.....🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Capricorn 🦄
n
2024-09-18
0
Tiwi
keren
2024-08-02
1
Rizky Rezha
dor
2024-06-05
0