"Wah, Neng beli motor baru!" Bu Laura keluar membawa ember berisi jemuran.
"Iya nih Bu, saya butuh motor untuk transportasi ke kampus!" jawabnya tersenyum.
"Memang kendaraan penting, Neng! Jadi Neng tidak perlu bolak-balik pakai taksi!" tutur Bu Laura.
"Iya, Bu Laura!"
Memang baru saja ada orang yang mengantarkan motor matic untuk Clara. Tentu itu adalah orang suruhan Sane. Sesuai dengan perintahnya.
"Wah, motor siapa ini?" tanya Sofia yang baru keluar dari rumah dan duduk di teras.
"Ini motor, Bu Dosen!" jawab Bu Laura, "Bagus ya!"
"Bagus. Sofia boleh nebeng dong, Bu!" goda Sofia.
"Boleh. Tapi Ibu yang bawa motornya!" jawab dosen cantik itu.
"Jangan ngebut ya, Bu! Kemarin saja pas diboncengin, Ibu bawa motornya kenceng banget! Rambut saya sampai berdiri semua!" berengutnya.
Hahahaha ...
"Iya, gimana dong? Kita itu mau menyelematkan teman-teman kamu yang disekap! Ibu harus buru-buru lah!"
"Sudah ah, Ibu mau siap-siap pergi ke kampus! Kalau kamu mau nebeng, BURUAN! Saya nggak mau ya, telat sampai kampus!"
"Oke, Saya siap-siap, Bu!"
____
____
Baru sampai di kampus, seorang dosen perempuan menghampiri Clara. Wajahnya terlihat panik. Clara jadi panik sendiri.
"Ada apa sih, Bu Wulan?" tanya Clara penasaran.
"Ada masalah besar yang sedang terjadi di kampus."
Clara mengernyitkan dahinya. Karena dia merasa tidak melakukan kesalahan.
Apakah dosen yang asli datang?
"Masalah apa, Bu? Cerita pelan-pelan, jangan bikin saya penasaran!"
"Ibu disuruh Pak Rektor datang ke room meeting. Ada dosen lain juga di sana!"
Ada apa ini?
"Baik, Bu. Saya akan langsung ke sana!" ujarnya.
Clara berjalan cepat datang ke ruangan tersebut. Dia penasaran, ada masalah besar apa yang membuat Bu Wulan terlihat pias.
"Permisi!" Clara masuk ke ruangan tersebut. Ternyata sudah ada banyak orang di sana.
Siapa mereka?
"Bu Clara. Silahkan duduk!" ujar Fabyan tanpa ekspresi. Fabyan menepuk kursi disebelahnya. Clara pun duduk di samping Fabyan. Dan dua dosen juga duduk di dekat Fabyan.
"Ada apa, Pak Rektor? Kenapa banyak orang?" bisiknya.
"Nanti Kau akan tahu!" bisiknya lagi.
"Perhatian! Saya perkenalkan dosen baru kami di kampus ini. Namanya Bu Clara."
Mereka menatap Clara tajam. Namun Clara tidak terlalu memperdulikannya. Dia bersikap tenang.
"Maaf ya, Bu. Bagaimana ini? Kenapa anak-anak kami terlibat dengan kasus narkoba? Ibu kan dosennya!" ujar salah satu orang tua mahasiswa.
"Iya tuh betul. Malah anak saya menjadi preman nggak jelas! Rugi dong Saya membayar biaya kuliah mahal-mahal!"
Sabar ...
Sabar ...
Sabar Clara ...
"Bagaimana ini?" teriak mereka.
"Tenang ya, Ibu, Bapak!" Ucap Fabyan, "Kita bisa bicarakan baik-baik!"
"Permisi!" seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya datang. Pak Fabyan yang merasa sangat mengenali orang tersebut, dia menyambut kedatangan tamunya dengan sangat ramah.
Siapa lagi mereka? batin Clara.
"Pak Han, Bu Han! Silahkan duduk!" dengan ramah, Fabyan mempersilahkan mereka duduk.
"Terimakasih, Pak Fabyan!" jawab mereka tanpa ekspresi. Dingin.
"Pak Fabyan, Saya baru pulang dari Singapura. Saya mendapat kabar bahwa anak saya, Rafael, dia terlibat dengan kasus narkoba. Bagaimana bisa terjadi, Pak? Saya sudah mempercayakan Universitas ini untuk mendidik anak saya hingga lulus dan dengan nilai memuaskan. Tapi kenapa justru anak saya bisa terlibat barang terlarang? Dan, yang paling membuat saya geram. Kok dosen pembimbingnya ataupun dosen yang lain, tidak mengetahui bahwa anak saya menjadi seorang preman di luar sana?"
Oh, rupanya orangtua Rafael!
"Maafkan saya, Pak! Itu diluar tugas kami sebagai seorang pembimbing!" jawab Fabyan.
"Cih, Saya ini seorang donatur terbesar di Universitas ini lho, Pak! Seharusnya Anda bisa lebih memperhatikan anak saya!" pria itu nampak marah.
"Sabar, Pah!" ujar istrinya berusaha menenangkan suaminya.
"Bagaimana Papah bisa sabar, Mah! Putra kita jadi preman, susah diatur dan yang paling parah terlibat dengan narkoba!" ujar suaminya, "Bagaimana mereka tidak tahu! Jika tahu bakal terjadi seperti ini, Saya tidak akan menguliahkan Rafael disini!"
"Saya juga, Pak Fabyan! Saya juga donatur tetap Sekolah ini lho! Kok anak Saya Rudi bisa terlibat juga!" timpal orang tua Rudi.
"Iya, Pak! Bener tuh!" mereka saling menguatkan.
"Iya tuh, bener kata Pak Han! Sia-sia kita memasukkan anak-anak kita di kampus ini!" timpal salah satu orang tua mahasiswa.
"Maaf ya, Pak!" Clara mulai angkat bicara, dia sedikit geram karena pria separuh baya itu terus menyudutkan Pak Fabyan, ditambah orang tua lainnya, "Kami disini hanya seorang pembimbing! Tugas kami sebagai pengajar, perencana dan fasilitator. Kami bukan pengasuh anak Bapak dan Ibu sekalian!" tegas Clara mulai sedikit kesal.
"Apa Anda bilang?" pria itu nampak kesal.
"Tugas Utama dosen adalah mengajar, menstranspormasikan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Harusnya, Bapak dan Ibu bertanya pada diri masing-masing. Kenapa bisa mereka terjerumus ke hal-hal yang tidak baik! Kenapa harus menyalahkan kami?" ucap Clara.
"Bu Clara!" Fabyan berusaha untuk menghentikan ucapan Clara yang tidak mau berhenti. Seperti bis patas.
"Maafkan kami, Pak, Bu!"
"Kenapa Pak Rektor meminta maaf? Harusnya mereka yang justru meminta maaf dan berterima kasih kepada kita! Kita menolong anak-anaknya dari kebrutalan geng tidak jelas itu!" cebiknya.
"Bu Clara!" Fabyan mendelik kan matanya.
"Oh, jadi begini cara dosen mengajar di universitas ini! Sungguh tidak punya sopan santun!" decak Pak Han, "Saya sangat menyesal sudah memasukkan anak saya di kampus ini! Saya juga menyesal sudah menjadi donatur tetap Sekolah ini!" geram Pak Han.
"Mah, Ayo kita pergi! Papa muak harus berlama-lama di sini!"
"Saya juga mau pergi! Saya juga menyesal sudah memasukkan anak saya di kampus ini!" ujar seseorang lagi.
Dasar orang-orang tidak tahu malu! Bukannya berterima kasih justru marah-marah!
_____
_____
Setelah kepergian semua orang, room meeting senyap sesaat.
"Seharusnya, Bu Clara tidak usah menjawab perkataan mereka!" tutur Fabyan sedikit kesal.
"Bagaimana saya tidak menjawab. Mereka itu sangat keterlaluan, Pak! Mereka menyalahkan Dosen, padahal jelas mereka yang salah. Sudah mengabaikan putra mereka sendiri, justru menyalahkan orang lain! Dan orang seperti mereka menganggap pekerjaan lebih penting daripada anak mereka sendiri!"
"Cih."
"Iya, Aku tahu! Tapi untuk berbicara dengan orang seperti mereka, Anda tidak perlu menggunakan emosi. Dan sekarang lihat kan, mereka tidak mau menjadi donatur kampus ini! Padahal Pak Han itu adalah donatur tetap kampus ini lho!"
Clara menoleh ke arah Fabyan. Kata-kata pria itu tegas dan mengena di hati. Apa yang dikatakan Fabyan memang benar. Karena emosi sesaat membuat semuanya kacau. Coba kalau dia mengajak para orang tua untuk berdiskusi masalah anak-anak mereka.
Huft ...
Clara menghela nafasnya panjang.
"Maafkan saya, Pak! Saya bersalah! Harusnya saya bisa menjaga emosi saya! Mereka jadi tidak mau menjadi donatur kampus ini!"
"Sudahlah, tidak apa-apa! Sebenarnya kampus ini tanpa donatur pun bisa tetap berjalan. Tapi satu hal yang harus Bu Clara tahu! Alangkah baiknya jika ada masalah kita selesaikan dengan kepala dingin. Kita cari solusinya bersama-sama. Kita diskusikan baik-baik! Sebagai seorang pengajar, kita tidak mau kan citra kita rusak. Maka dari itu, kita sendiri yang harus membangun pencitraan diri kita, supaya baik di mata orang lain!"tuturnya panjang lebar, "Seperti kampus ini, Bu! Jika kita tidak bisa menjaga nama baik kampus ini, tentu pencitraan kampus ini menjadi buruk di mata masyarakat. Dan jika sampai itu terjadi, takutnya tidak ada yang mau kuliah disini!"
Ya Tuhan, Aku jadi merasa berdosa! Memang aku juga salah!
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Pak Rektor?" tanya dosen satu yang sedari tadi diam. Mulai angkat bicara.
"Semoga saja, mereka masih mau menjadi donatur disini!"
Bersambung ...
°°°°°
Mana dukungannya????
Ayo, Say...Vote karya ini!!!
Vote ...
Vote ...
Vote ...
Vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Firman Firman
dasar orang tua idiot sudah tau kesalahan ada ditangan sendiri dan ank nya malah nyalahin dosennya 😡
2024-06-28
1
Fano Jawakonora
lah anaknya terjerumus koq yg disalahin dosen
2023-05-18
1
Mulan Jameela
cuit, cuit, motor baru....🥰🥰🥰
2022-09-29
0