"Tetap saja! Kau tidak berhak ikut campur."
"Kenapa? Aku pacarmu dan aku calon tunanganmu Dennis." Celine kembali berjalan masuk, dia mengambil foto foto dirinya dan juga Dennis yang sengaja dia cetak sangat banyak. "Ini buktinya kalau kita memang saling mencintai Dennis." ujarnya lagi dengan menunjukan foto foto itu ke arah Dennis yang hanya berdiri mematung dan tidak ingin masuk ke dalam kamar hotel itu.
"Aaah!"
Tiba tiba kepalanya berdenyut, membuatnya kesakitan saat mencoba mengingat semuanya. Dia menahannya sekuat tenaga agar Celine tidak tahu.
beberapa slide saat Celine tersenyum seolah berputar putar dikepalanya saat ini, bayangan suatu tempat dimana mereka tengah tertawa bersama.
Dennis memegang kepala yang semakin berdenyut, dia kesakitan dan Celine sontak kaget.
"Dennis. You ok?" Ucapnya sambil memapah tubuh Dennis dan membawanya masuk kedalam kamar hotel.
Dia mendudukkannya di sofa single, "Kau tidak apa apa kan? Kepalamu sakit? Kau ingat sesuatu? Oh bagaimana ini."
Celine terlihat panik, dia berjalan mondar mandir mencari ponselnya. Sementara Dennis yang menyandarkan kepala di sofa memejamkan matanya.
Saking paniknya, Celine menelepon Ambulans. Dia tidak sadar jika sedang berada di luar kota.
Biasanya Raya menenangkanku, memelukku dan mengatakan semua akan baik baik saja.
"Tolong telepon Bram, suruh dia kemari." ucapnya dengan lirih.
Celine mengangguk, dengan cepat dia menghubungi Bram untuk segera datang. "Bram tidak bisa datang Dennis, apa kau ingin pulang sekarang?"
Dennis mengangguk. Dia memang lebih baik pulang. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.
"Kita pulang bersama?" Cetus Celine yang menyambar tas miliknya, dia memegang lengan Dennis yang masih merasa sakit di kepalanya itu.
Pria yang masij hilang ingatan itu menepis tangannya, "Tidak! Aku ingin sendiri."
"Tidak! Kau pulang denganku. Kau tidak mau kan kejadian kecelakaan terjadi lagi."
Akhirnya Celine membawanya masuk kedalam mobilnya, dia juga melajukan mobil dengan cepat. Sementara Dennis hanya terdiam di sampingnya.
"Apa kau benar benar jatuh cinta pada Raya?" gumamnya dengan melirik Dennis yang terdiam seribu bahasa. "Dan kau melupakan aku Dennis?" gumamnya lagi.
***
Setelah tiba di rumah kediaman Artajasalim, semua orang berhambur keluar termasuk Yoga dan juga Sarah.
"Apa dia tidak apa apa?" tanya Yoga saat Celine keluar dari mobil.
"Tidak Om ... Hanya saja tadi Dennis sempat mengeluh sakit kepala dan sepertinya sangat menyakitkan, tapi om tenang saja. Sekarang dia baik baik saja." terangnya sambil menoleh ke arah mobil dimana Dennis baru saja keluar.
"Kau tidak apa apa Nak?" Sarah berhambur memeluknya, mengusap punggung putranya dengan cemas.
"Aku baik baik saja." Dennis melengos masuk ke dalam rumah, dan segera menuju kamarnya sendiri tanpa mengatakan apa apa lagi.
"Apa yang terjadi Celine?" tanya Sarah yang melihat putranya masuk.
"Tidak ada Tante ... Dennis begitu setelah bertemu gadis itu."
"Benarkah?" Sarah kembali menoleh ke arah pintu masuk rumahnya.
Yoga menghela nafas, dia segera masuk ke dalam rumah dan menyusul Dennis.
Tok
Tok
"Boleh Ayah masuk?"
"Masuk saja."
Yoga terperanjat melihat Dennis yang tengah memasukkan pakaiannya ke dalam tas ransel miliknya, tas dan juga pakaian yang dia bawa saat masuk kerumah. Tidak ada yang dia bawa selain itu.
"Dennis apa yang kau lakukan?"
"Aku harus pergi! Aku tidak bisa membiarkan Raya pergi begitu saja gara gara aku."
"Apa yang terjadi Nak?"
Dennis tidak menjawabnya, dia sibuk mengeluarkan semua pakaiannya.
Pluk!
Tanpa sengaja, dia menjatuhkan stetoskop miliknya. Dia pun segera mengambilnya dan menggenggamnya. Untuk sesaat dia terpaku ditempatnya berdiri. Sementara Yoga menghela nafas.
"Rumah sakit memang memerlukanmu saat ini Dennis, tugas mu sebagai CEO rumah sakit tidak bisa aku alihkan pada siapapun. Termasuk Randi sepupumu. Kami akan tetap menunggumu pulih."
Dennis menatap pria yang mengaku sebagai ayahnya dengan nanar, dia tidak bisa mengatakan apapun karena lagi lagi tidak bisa mengingat semuanya.
"Maaf ... Tapi aku memang harus pergi! Ijinkan aku pergi."
Yoga mengangguk, "Tapi Bram akan selalu menemanimu."
"Terima kasih!"
Dennis keluar dari kamar, menatap sang ibu yang yang tengah berjalan menghampirinya dengan diapit oleh Celine. Kedua matanya terbeliak kaget saat melihat Dennis membawa tas ransel miliknya.
"Dennis kau mau kemana Nak?"
"Dennis. Kau mau pergi?" Sela Celine bersamaan dengan Sarah yang juga bertanya.
Dennis hanya menatap wajah sendu ibunya, wanita paruh baya itu segera melangkah lebih cepat dan menggenggam tangannya erat.
"Jangan pergi lagi Dennis! Ibu mohon, kau belum pulih."
"Aku harus pergi! Maafkan aku." ucapnya dengan mengelus bahu sang ibu yang mulai menganak.
"Tidak Dennis, jangan pergi! Bagaimana dengan pertunangan kita. Hm?"
Dennis mengacuhkan ucapan Celine, dia hanya peduli pada Sarah yang mulai menangis. Yoga menghampiri mereka berdua.
"Biarkan dia pergi sayang, kau harus tenang. Bram akan menemaninya." ujarnya dengan merengkuh bahu Sarah dan mengangguk ke arah Dennis agar pergi.
Dennis mengangguk lalu mengulas senyuman ke arah keduanya.
"Aku akan kembali jika aku benar benar sudah menjadi Dennis." ucaplah lalu beranjak pergi.
Celine mengejarnya, namun Yoga mencekal lengannya dan membawanya kembali masuk.
"Biarkan putraku pergi Celine!"
"Tapi Om! Bagaimana dengan pertunangan kami, dia pergi untuk menemui Gadis itu. Itu tidaklah benar Om. Dennis itu pacarku. Aku tidak bisa membiarkan siapapun merebutnya."
"Aku bilang biarkan dia pergi! Dan soal pertunangan, kita akan menunggu sampai ingatan Dennis pulih dan dia yang akan memutuskannya sendiri." sentak Yoga yang membuat Celine terdiam seketika.
Bukan alasan Yoga membiarkan Dennis untuk pergi, selama tinggal di rumahnya Dennis selalu terlihat tertekan. Sedangkan dokter sudah melarangnya untuk tidak stres apalagi tertekan, selain itu. Perubahan sedikit demi sedikit terlihat saat Dennis kerap menemui Raya, dia selalu pulang dengan wajah berseri seri.
Celine terlihat kecewa, dia melirik ke arah Yoga lalu beralih pada Sarah yang tidak bisa berkata apa apa lagi jika suaminya telah memutuskan hal itu.
Sementara mobil yang kini dikendarai oleh Bram menuju kota Xx melirik Dennis di spion mobilnya. Pria yang hilang ingatan itu tampak resah. Wajah tampannya sangat datar dan terlihat cemas.
"Kau mencemaskan Raya?"
Dennis menoleh ke arahnya lalu mengangguk.
"Apa kau berencana tinggal sementara waktu di sana? Aku akan menyiapkan tempat untuk kau tinggal."
"Aku akan kembali ke tempat Raya saja!"
"Jangan, lebih baik kau mencari tempat yang lain, yang lebih dekat dengannya."
"Tapi dia juga pergi." jawabnya dengan lirih, memijit pelipisnya dengan lembut.
Bram mengulum senyuman, disertai anggukan kecil. "Kalau begitu, kita akan cari tempat tinggal untukmu disekitar Kafe Violet. Raya pasti akan kembali bekerja disana walaupun dia tidak kembali tinggal di rumah kostan nya itu."
"Kau benar Bram! Terima kasih."
Bram mengangguk lagi, "Kau bisa mengandalkanku kapan saja tuan. Jangan sungkan."
"Kalau begitu jangan panggil aku Tuan juga mulai sekarang." cetusnya membuat Bram tersenyum lalu mengangguk.
Bram benar benar bisa diandalkan, dengan cepat dia menemukan sebuah apartemen di dekat kafe Violet. Sementara Bram mempersiapkan semuanya di apartemen, Dennis justru pergi ke kafe Violet untuk menemui Amber.
Semua karyawan sontak terkaget, Raya telah pergi namun Dennis sekarang yang masuk. Bu Amber berlari ke arahnya dengan tersenyum.
"Kau kembali Yo?"
"Iya Bu." ujarnya tersenyum, "Apa aku masih diterima kalau aku kembali bekerja di sini?"
"Tentu saja! Aku senang kau kembali. Tidak masalah jika Raya keluar juga asal kau ada." Amber terkekeh dengan tangan menutup mulutnya.
"Apa Raya belum datang?" Tanyanya dengan memperlihatkan wajah risau. Kedua manik hitamnya mengedar mencari gadis yang dia cintai itu.
Bu Amber mengibaskan tangan ke arahnya. "Tidak penting! Ayo masuk, kau harus bekerja hari ini juga. Akan banyak pelanggan yang datang kalau melihatmu di sini."
Namun Dennis mematung di tempatnya, membuat Amber menghela nafas saat pria yang kerap dipanggil Karyo itu menatapnya.
"Oke oke ... Kita akan segera menghubungi Raya dan menyuruhnya datang kemari saat ini juga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
theanti
kangen Rayden ( Raya Dennis ) kaa
2022-09-30
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
waduh Dennis
2022-09-29
2
sella surya amanda
lanjut
2022-09-28
2