"Aku tahu ini akan terjadi, tapi aku tidak menyangka akan sesakit ini."
Raya pulang ke rumah yang dia sewa, membereskan semua pakaian yang hanya sedikit itu ke dalam tas ransel miliknya, setelah semuanya siap, dia keluar dari sana.
Entahlah dia harus kemana. Yang pasti dia ingin segera pergi, kalau perlu sejauh mungkin agar tidak bertemu lagi dengan Dennis. Melupakannya dan juga melupakan perasaannya.
Tapi dia tidak punya tujuan lagi, uangnya saja menipis. Sampai akhirnya dia hanya duduk terdiam di tempat pemberhentian bus. Dia tidak mungkin pulang kampung sementara keluarganya saja membutuhkan biaya yang banyak darinya. Ibu nya sedang sedang sakit, juga ada adik yang harus dia sekolahkan.
Dia hanya menghela nafas, merasa langkahnya stuck di tempat dan tidak bisa pergi kemana mana. Bagaimana juga dengan kuliahnya.
Dennis yang mendengar kabar dari Bram jika Celine pergi ke kota Xx untuk menemui Raya pun marah, dengan cepat dia keluar dari rumah dan pergi ke sana. Dia bahkan mengemudikan mobilnya sendiri, Mengabaikan kesehatan dan dia tidak peduli dengan keselamatannya sendiri. Yang ada di fikirannya saat ini hanyalah Raya. Menemui Raya dan menjelaskan sesuatu yang bahkan belum jelas mengenai hubungan Celine dengan dirinya.
Dia menyesal kenapa tidak mengatakan sebelumnya pada Raya, malah justru menyembunyikan semuanya karena takut kehilangan Raya.
Mobil melesat dengan kecepatan tinggi, jalanan yang ramai membuatnya semakin kesal, dan dia mencari jalan alternatif lain yang bisa dia tempuh. Jarak yang jauh itulah kendalanya, dia tidak bisa dengan cepat menemui Raya.
Dua jam perjalanan sudah dia tempuh pada akhirnya, dia sampai didepan kostan milik Raya. Bergegas keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah kost Raya.
"Raya!" panggilnya keras dengan mengetuk pintu, nakun pintu terbuka dengan sendirinya dan dia masuk. "Ray?" panggilnya lagi, kali ini dia mendorng pintu kamar mandi. Namun nihil Raya sudah tidak ada di sana, dia juga membuka lemari dan kosong. Raya telah pergi. Dan sialnya, dia tidak tahu Raya pergi kemana.
"Apa dia masih bekerja di kafe?" gumamnya lalu berlari keluar, masuk ke dalam mobil dan melaju ke kafe Violet.
Dennis juga mengedarkan pandangannya di ruas jalan selama perjalnana mencarinya ke kafe namun tidak ada juga. Sampai akhirnya dia tiba di kafe.
"Pak lihat Raya?" tanyanya pada security yang tengah memarkirkan mobilnya.
Security itu justru mengernyit karena melihatnya keluar dari mobil. Hingga dia mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali.
"Pak Lihat Raya tidak?"
"Hah ... Apa? Tidak Yo, Raya tadi keluar tapi belum kembali sampai saat ini." jawabnya dengan terus menatap Dennis heran.
Dia juga bertanya pada seluruh pegawai, mereka mengatakan jika Raya pergi begitu saja setelah bertemu Celine. Akhirnya Dennis kembali pergi dari kafe violet. Dia melajukan mobilnya kembali dan pergi ke bengkel langgangan Raya dimana motornya masih disana. Namun tidak juga menemukannya.
"Raya gak kesini kok! Kenapa kau malah bertanya padaku? Kau kan setiap hari bersamanya!" jawab pemilik bengkel yang sepertinya tidak tahu apa apa itu.
Dennis berdiri di tepi jalan dengan kedua tangan berkacak di pinggangnya, dengan nafas tidak beraturan dan terus mengedarkan pandangannya.
"Ray ... Kau dimana sayang? Aku harus menjelaskan semuanya padamu. Aku salah karena tidak mengatakannya lebih awal. Itu semua karena aku tidak ingin kehilanganmu." ucapnya dengan lirih.
Dennis memutuskan kembali mencarinya, dia melajukan mobilnya sangat pelan sembari menyisir ruas ruas jalan dan berharap menemukan Raya. Hampir semua jalan yang pernah dia lalui bersama Raya dia datangi, bahkan tempat tempat makan dipinggir jalan juga. Mamun tidak menemukannya. Setelah berputar putar seharian, Dennis akhirnya menemukan Raya tengah berdiri sendirian di tempat perberhentian bus, sejak siang dia hanya diam disana.
"Raya?" gumamnya setelah melihatnya.
Dennis keluar dari mobil dan berlari ke arahnya.
"Raya." Lirihnya dengan wajah cemas juga nafas terengah engah.
Raya menoleh, menatap lirih ke arah Dennis tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tepatnya tidak kuasa berkata kata.
"Ray ... maafkan aku! Aku bersalah padamu."
Raya menggelengkan kepalanya lirih, "Ini bukan salahmu Mr Amnesia, ini semua salahku. Aku ...!" Raya menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis sejadinya. Dennis mendekatinya dan merengkuh bahunya.
Berada di pelukan Dennis dengan menangis nyatanya tidak membuat Raya tenang, justru sebaliknya karena kini hatinya bertambah sakit karena semua perasaannya hancur seketika.
"Pergilah Dennis! Pergi. Biarkan aku sendiri, pergilah dan temui Celine. Dia sudah mengatakan semuanya padaku."
"Tidak! Aku tidak mau. Aku hanya akan pergi denganmu. Aku sudah putuskan untuk tetap bersamamu Ray."
Raya mendorong dada Dennis hingga dia mundur beberapa langkah ke belakang. "Aku bilang pergi! Ini semua tidak ada artinya Dennis. Cepat atau lambat ini akan terjadi."
Dennis bersikeras terus meyakinkan Raya agar mereka tetap bersama. Namun Raya tetap tidak ingin karena dia merasa semakin tidak sebanding dengan Dennis.
"Pergilah Dennis! Aku mohon. Biarkan aku sendiri, kita jauh berbeda."
"Raya ... Aku tidak bisa, yang aku cintai hanya kau. Bukan Celine."
Raya menggigit bibirnya menahan rasa sakit saat mendengar kalau Dennis mencintainya. Tapi seperti yang dikatakan Celine. Semua akan sia sia.
"Lalu bagaimana kalau nanti kau mengingat semuanya Dennis, dan kau tahu kalau yang kau cintai itu hanya Celine, bukan aku. Kau tidak hanya menyakitiku tapi juga menyakitinya, Dennis."
Pria tegap itu terdiam. Entah apa yang akan terjadi saat semua ingatannya kembali, apakah benar yang dikatakan Raya, tapi saat ini perasannya juga tidak salah, yang dia cintai itu adalah Raya. Bukan Celine. Namun bagaimana jika setelah dia mengingatnya dia justru mencintai Celine.
"Kau tidak bisa menjawabnya bukan? Kau sendiri bingung kan! Jadi pergilah Dennis." Raya berbalik dengan menyusut air mata yang terus menganak pinak.
Namun Dennis justru mencekal lengannya agar tidak pergi, "Ayo kita menikah!"
Raya menoleh ke arahnya lagi, tentu saja dengan perasaan yang bercampur aduk. Haruskah dia senang atau sebaliknya. Kalau Dennis tidak memiliki Celine, mungkin saat ini dia sudah berhambur memeluknya dan tentu saja menerimanya. Raya hanya bisa mematung saja.
"Maukah kau menikah denganku Raya? Aku tetap akan memilihmu apapun yang terjadi."
Raya menggelengkan kepalanya lirih. "Pergilah Dennis! Jangan membuat semakin rumit. Kau hanya kasian padaku bukan? Atau kau hanya membalas budi karena aku menyelamatkan hidupmu."
"Tidak Raya ... Itu tidak benar!"
"Aku tahu aku tidak sebanding dengan mu! Kau hanya melakukan hal ini karena balas budi. Bukan cinta! Setelah kau mengingat semuanya, kau mungkin akan lupa padaku. Jadi sekali lagi, aku mohon. Pergilah!"
Dennis terdiam membisu, dia hanya menatap punggung Raya yang berjalan semakin jauh meninggalkannya.
Raya berjalan dengan terus menangis, dia lantas menaiki bus yang kebetulan lewat dan berhenti. Dia naik dan duduk.
Maafkan aku Dennis! Aku harus mengatakan hal itu agar kau mengerti bahwa sejauh apapun kita berhubungan, semua akan sia sia kalau ternyata kau memang mencintai Celine. Raya membatin, dengan terus menyusut air bening yang terus mengalir begitu saja.
***
Sementara Celine yang kini berada di salah satu hotel tengah bersantai dengan mengotak ngatik ponsel miliknya.Hingga suara ketukan mengagetkannya,
Tok
Tok
Tok
Celine menoleh kearah pintu, dia bergegas ke arah pintu dan tercengang melihat Dennis berdiri didepannya sekarang.
"Dennis?"
"Apa yang kau lakukan pada Raya?"
Celine tersentak mendengarnya, Dennis bahkan mengatakannya secara langsung.
"Aku mengatakan hal yang sebenarnya! Aku tidak ingin terus membuatnya lebih sakit hati nantinya saat tahu kau bertunangan dan menikah dengan Ku. Fikirkan itu Dennis."
"Tetap saja! Kau tidak berhak ikut campur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
lina
sadar denis
2023-08-09
0
theanti
poor raya,,semoga kau baik2 saja.jadilah perempuan yg kuat
2022-09-27
4