Bab. 5(Pelukan Hangat Raya)

Randi kembali keluar dari gudang bekas penjagalan daging, merasa dirinya sangat bodoh yang mengikuti orang yang dia fikir sepupunya itu hingga sejauh ini, Dennis pria yang mengutamakan kebersihan lebih dari siapaun di antara keluara Artajasalim, dan jika memang Dennis masih hidup, dia tidak akan mungkin tahan berada di gudang kotor itu.

"Kalau benar Dennis masih hidup! Dia pasti akan memilih pergi ke hotel atau paling tidak ke motel yang kebersihannya masih bisa di tolelir. Bukan gudang kotor seperti ini dan aku jelas jelas sangat bodoh! Harusnya aku memeriksa riwayat kartu kredit miliknya daripada membuang waktu seperti ini." gumam Randi dengan berlalu dan kembali ke mobilnya.

Setelah menunggu beberapa saat, Raya memastikan jika tidak ada siapa siapa lagi di sana.

"Ayo kita pergi! Sepertinya orang itu sudah tidak ada lagi!" ujarnya pada Dennis yang semakin cemas.

Raya kembali memapah Dennis, walaupun tangan sendirinya saja masih terasa ngilu jika di gerakkan, apalagi sedari tadi Raya mengemudikan motor bututnya.

"Ray ... Tanganmu tidak apa apa?"

"Tidak usah khawatir! Justru aku yang harusnya khawatir padamu. Kau tidak apa apa kan?"

Dennis yang masih tidak ingat apa apa itu mengangguk, "Aku tidak apa apa! Makasih Raya, aku tidak tahu jika aku tidak bertemu denganmu. Uhuk uhuk!" ujarnya dengan terbatuk batuk.

"Kau tidak apa apa?"

"Hem ... Aku hanya merasa detak jantungku melebihi batas normal, dan aku sesak! Aku harus batuk."

Raya lagi lagi terheran dengan sikap pria tinggi dengan jampang yang mulai memanjang dari terakhir dia menemukannya.

Mereka berdua keluar dari gudang dan menghirup udara segar, "Memangnya harus batuk, kalau nafas mulai terasa sesak terus detak jantung lebih cepat?"

"Entahlah aku tidak tahu! Hanya saja perasaanku bilang aku harus melakukannya. Itu saja!"

Raya mengerdik heran, "Perasaanmu sangat lembut, semuanya memakai perasaan, kau ingat saat di rumah sakit dan kau mengatakan aku terkena bone close? Kau juga bilang begitu, perasaan perasaan saja."

Dennis menghela nafas nya panjang, entah bagaimana dia juga tidak mengerti kenapa, hanya perasaan nya saja yang meminta agar dia melakukannya terlepas itu benar atau tidak, seperti saat melihat pria berjas hitam dengan cincin hitam di jarinya.

"Maaf Raya! Aku terlalu banyak merepotkanmu!" ujarnya menunggu Raya menghidupkan motornya lagi.

"Kau harus membayarnya nanti Mr amnesia!"

"Pasti! Setelah aku mengingat semuanya, aku akan membayarmu penuh!"

"Plus uang sewa rumah dan uang sewa motor!" Raya terkekeh, mencoba mencairkan suasana.

Dennis kembali menarik nafas panjang, "I will!"

"Ayo naik I will!" ujar Raya terkekeh, memanggil asal namanya hanya karena dia sendiri bingung saat memanggilnya dan pria itu baru saja mengucapkan kata dalam bahasa asing.

Dennis naik di belakang, dia tidak memungkinkan mengemudikan motor. Dia hanya duduk dengan fikiran yang terus menerawang, bak mencari sebuah jarum di tumpukan benang kusut, dia harus mengurainya perlahan lahan. Namun, walaupun benang itu telah terurai, Dennis tidak bisa menemukan ujung benang bahkan jarum itu sendiri. Semua serba gelap, dia tidak ingat apa apa.

Motor kembali oleng, saat tubuh Dennis kembali mengejat beberapa kali, dia terkena syok pasca kecelakaan dan juga kepala yang berdenyut lebih hebat dari sebelumnya.

"Astaga! Aku sudah bilang, jangan memaksakan diri mengingat, kita berdua bisa celaka gara gara kau!"

Dennis tidak mengatakan apa apa, dia justru melingkarkan kedua tangan di pinggang kecil Raya, dan menelengkupkan kepalanya.

"Ray! Aku tidak kuat, aku ingin muntah!" lirihnya lemah.

"Tahan sebentar! Kita sebentar lagi sampai rumah!"

Tak lama motor berhenti tepat di rumah sewaan Raya, rumah tua namun sangat nyaman di tinggali. Raya turun setelah mematikan mesin motor dan membantu Dennis.

Huek!

Dennis tidak lagi bisa menahan diri untuk tidak muntah, dia muntah tepat di ambang pintu, tubuhnya sangat dingin, dengan keringat semakin banyak membasahi tubuhnya.

"Ayo kau harus berbaring! Kita ke kamar."

Dennis semakin lemah, dia hanya menuruti perkataan Raya yang lagi lagi memapahnya, hidupnya kini benar benar bergantung pada Raya, hanya Raya yang bisa di percaya saat ini, saat hidupnya tidak menentu dan kehilangan arah, atau bahkan di ambang kematian.

***

Dennis semakin merasa cemas, walaupun Raya sudah menyelimutinya dengan selimut tebal, namun tubuh Dennis masih kerap mengejat, bahkan disertai dengan keringat dingin dan juga menggigil.

Raya tidak bisa memejamkan kedua matanya, dia juga ikut cemas tanpa bisa melakukan apa apa, dia mengganti kompres air hangat di dahinya.

"Bagaimana ini! Kenapa dia jadi menggigil begini."

"Tolong!!"

"Tolong. Aaaaahhhkk!"

"Hey kau tidak apa apa?"

Dennis menatap Raya dengan sendu, lagi lagi dia bermimpi hal yang sama, mobil yang menabrak pembatas jalan lalu berguling guling dengan sekelebat cincin hitam di jari seseorang yang tidak bisa dia ingat, teriakan seorang wanita dan juga dentuman keras.

"Kau pasti mimpi buruk lagi!"

Pria bertubuh tegap itu mengangguk, "Mimpi buruk yang sama setiap hari."

Raya mengelap keringat di dahinya dengan lembut, "Apa mungkin itu yang menyebabkan kamu kecelakaan dan berakhir dengan Amnesia?"

"Entahlah aku tidak tahu!"

"Istirahatlah, jangan memaksa diri! Jika sudah waktunya tepat, kau akan mengingat semuanya." Raya bangkit dengan mengambil gayung berisi air untuk kompresan.

Namun pria itu mencekal pergelangan tangannya, "Jangan pergi!"

Raya tertegun menatapnya, kedua manik meneduhkan namun juga tegas meminta membuatnya kembali terduduk. "Temani aku! Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang."

"Ta---pi!"

Dennis menariknya hingga Raya terbaring disampingnya, "Sebentar saja Raya, aku baru merasa tenang jika ada kau."

Raya kembali tertegun dengan ucapannya, membuat letupan letupan kecil hadir dalam hatinya. Raya menolehkan kepalanya, menatap wajah Dennis yang tengah menatap langit langit kamar.

"Tidurlah! Aku akan menemanimu! Aku tidak akan kemana mana sampai kau tertidur."

Dennis mengangguk, "Terima kasih Raya."

Raya mengangguk, dia kembali menatap langit langit kamar sama seperti apa yang dilakukan pria disampingnya.

Alih alih keluar kamar setelah melihat Dennis yang akhirnya tertidur, Raya justru menggeser posisinya hingga menghadap ke arahnya. Menatap wajah blasteran dengan rahang tegas dan alis tebal miliknya.

"Aku semakin penasaran siapa sebenarnya kamu Mr amnesia? Kenapa ada orang yang mengikutimu tadi! Semoga kau bukan seorang penjahat atau buronan polisi."

Tanpa mereka sadari, jika mereka sama sama saling memeluk dalam tidurnya, perasaan hangat dan juga rasa percaya satu sama lain dan juga nyaman yang keduanya rasakan. Membuat keduanya bisa tidur dengan pulas, terlebih Dennis. Pria itu memeluk Raya dengan erat, aroma tubuh Raya lah yang membuatnya kembali tenang. Hingga keesokan paginya.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

kasihan denis 🤦

2023-04-06

0

N Wage

N Wage

maaf, mengejat itu maksudnya bagaimana?
mengejang? atau menggigil spt bergidik begitu?

2022-11-10

1

Rikawaii San

Rikawaii San

bagus bagus ceritanya

2022-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!