Bab.13(Ikut pulang)

"Dennis? Benar kah itu kau Nak?"

Raya menoleh ke arah suara, menatapnya bergantian pada pria yang juga menatapnya nanar. Terlebih saat Yoga masuk dan berdiri disamping Dennis, menelisik tiap bagian wajah dan juga penampilannya yang sangat berbeda. Namun, sebagai seorang ayah dia bisa mengenali putra kandungnya sendiri.

"Tuan Dennis?" tukas asisten Yoga bernama Bram. "Kami mencarimu kemana mana! Syukurlah kau baik baik saja." ujarnya membuat Dennis semakin mengernyit.

"Kalian ... siapa?" tanya Raya, menyimpan kembali tusukan sate yang hendak dia makan ke atas piring. "Dennis?" lirihnya dengan menatap pria yang juga menatapnya bingung.

"Benar! Aku sangat yakin jika dia putraku. Dennis, ayah mencarimu kemana mana Nak." gumam Yoga dengan pandangan nanar.

Dennis yang memang benar benar tidak ingat apapun beranjak dari duduknya dengan cepat dan menarik pergelangan tangan Raya. Hingga kursi plastik yang di dudukinya ter jatuh. "Maaf aku bukan orang yang kalian cari, aku tidak mengenal kalian. Ayo Raya."

Keduanya melangkah pergi dengan terburu buru, Raya menoleh ke arah belakang serta melihat kedua pria itu mengejarnya.

"Dennis tunggu Nak!"

"Kita beri mereka kesempatan abicara Mr Amnesia," ujar Raya yang ditarik paksa olehnya, namun dia juga berusaha melepaskan cekalan Dennis. "Heh ... Bodoh! Kita berhenti dulu. Dengarkan mereka dulu."

"Tidak perlu!"

Dennis mencegat taksi, tanpa peduli perkataan Raya. Hingga sebuah taksi berhenti tepat di depannya, pria hilang ingatan itu segera membuka pintu dan menyuruh Raya masuk, begitu pun dengannya. Yoga dan Bram jelas ketinggalan lumayan jauh, mereka akhirnya memutuskan kembali ke mobil untuk mengejarnya.

"Yo ... Gimana kalau mereka benar benar keluargamu. Gimana kalau mereka selama ini memang mencarimu, kau kan belum mengingat apa pun selama sejak aku menemukanmu." ujar Raya sambil menoleh ke arah belakang, dan tidak melihat keduanya lagi. "Heh ... Gimana ini! Kau dengar tidak apa yang aku katakan."

"Entahlah Raya, aku tidak percaya siapapun yang mencariku! Kau ingat pria yang mengejar kita, saat aku melihat cincin hitam di jarinya, aku merasa terancam." lirihnya dengan wajah risau, perasaan bingung dan mencoba untuk mengingat namun tidak ada yang dia ingat sama sekali.

"Lalu kau merasakan hal itu juga saat melihat pria yang bilang kau putranya. Dennis. Bagaimana kalau memang benar mereka mencarimu, bagaimana kalau benar kau itu Dennis." ulang Raya walau dirinya sendiripun tidak bisa yakin, mengingat pria yang tinggal dengannya tiga bulan itu sudah dua kali di ikuti orang yang mencurigakan.

Dennis

Dennis

Seberapa kali dia berusaha mengingat nama itu, semakin sakit pula kepalanya, dia meringis dengan memegangi kepala. "Entahlah Raya! Aku tidak tahu. Aaaahhk!"

Raya memegangi tangan yang menelengkup kepalanya, dia juga cemas melihat Dennis kesakitan setiap mencoba mengingat sesuatu.

"Sudah! Jangan di paksakan." ujarnya dengan menarik nya dan memeluknya, "Jangan dipaksakan lagi! Aku mengerti...." ujarnya lagi.

Taksi melaju dengan kecepatan tinggi, keduanya terdiam dengan Raya masih memeluk Dennis mereka yang kini mulai tenang. Namun meraka tidak tahu jika Yoga dan Bram juga mengikutinya di belakang.

Tak lama kemudian, mereka sampai di kostan, keduanya turun dan segera berjalan masuk ke rumah.

Raya mengambil segelas air dan memberikannya pada Dennis yang terduduk di tepi ranjang.

"Minumlah dulu."

"Terima kasih Raya." ujarnya mengambil gelas dari tangan Raya dan menenggaknya sedikit.

Raya menghela nafas, dia ikut duduk di sampingnya karena tempat mereka memang kekurangan ruangan.

Keduanya terdiam untuk beberapa waktu hingga sebuah ketukan di pintu membuat mereka sama sama tersentak.

Tok

Tok

Keduanya saling menatap, fikiran mereka berdua hampir sama.

"Biar aku yang buka." ujar Raya bangkit dan segera membuka pintu.

Dugaannya memang benar, apa yang difikirannya selama perjalanan pulang serta tatapan pria paruh baya saat menatap Dennis. Dan kini kedua pria itu ada di depannya.

"Bisakah kau panggilkan putraku Dennis. Aku mohon, aku harus membawanya pulang, dia harus bergemu ibunya yang sedang sakit karena kehilangan anak semata wayangnya." tukas Yoga dengan wajah yang sulit diartikan. "Aku mohon."

Raya terdiam untuk sesaat, menatapnya lama dan beralih pada Bram yang mengangguk kecil.

"Tunggu sebentar saja." ucap Raya yang kembali masuk.

Dia menutup pintu dan menyandarkan punggungnya dengan menatap Dennis yang tertunduk lesu. Perlahan dia berjalan mendekatinya, dan duduk disampingnya.

"Mr Amnesia." Raya menghela nafas terlebih dulu sebelum dia mengatakan apa yang ada di fikirannya.

"Aku sudah dengar. Dan aku tetap tidak akan pergi kemana mana, aku tidak bisa percaya orang lain Raya, aku tidak bisa." lirihnya.

Raya menggenggam tangannya erat, dengan suara bergetar karena ikut merasakan bagaimana menjadi orang yang bahkan tidak ingat siapa dirinya sekalipun dia mencobanya dengan keras.

"Mr Amnesia, aku mengerti. Tapi dengan kau ikut meraka pulang mungkin ada sesuatu yang bisa kau ingat nanti." Ucapnya pelan, dia sudah memikirkannya berulang kali walau dia sendiri sedih saat harus mengatakannya. "Karena aku melihat kesedihan saat dia menatapmu. Mungkin dia benar, ibumu atau seseorang yang saat ini tidak kau ingat sedang menunggumu pulang."

Dennis menoleh dan menatapnya dengan kedua mata berkaca kaca, melihatnya dalam dan mencoba mencerna ucapannya. Fikirannya juga sama selama ini, namun terasa sangat berat saat harus meninggalkan Raya. "Kau berfikir begitu?"

Raya mengangguk, "Jadi kau harus ikut mereka agar tahu jawabannya," Mengangguk lagi dengan mengulas senyuman." Dan, kalau semua tidak benar kau bisa kabur kan." kekehnya kemudian.

Dennis menatapnya lama, dia menarik satu ujung bibir saat Raya mencoba bercanda untuk menghiburnya. "Kau mau ikut denganku Raya."

Raya terhenyak, menatapnya lagi lalu menggeleng dengan titik bening di pipinya, jujur dia ingin ikut kemana pun Dennis pergi. Namun ada sesuatu yang selalu mengganjal fikirannya selama ini, yang membuatnya harus menjaga jarak dengannya agar tidak semakin jatuh cinta. Bagaimana jika Dennis memiliki pacar atau istri. Jelas itu akan menyakitkan baginya.

"Kenapa Ray? Kalau aku ikut mereka, kau juga harus ikut."

Raya terkekeh untuk menutupi perasaannya sendiri, dia melepaskan tangan Dennis, lalu beranjak bangkit. "Mana bisa! Aku harus kerja."

"Ray!" Dennis ikut beranjak dan mencekal lengannya. Hingga keduanya kembali bertatapan. "Ikutlah denganku."

"Maaf Mr Amnesia! Aku tidak bisa." ujarnya melepaskan tangan Dennis. "Ayo ... Temui mereka, kita sudah membuat mereka menunggu lama."

Dennis menghela nafas panjang, saat Raya melangkah pergi untuk membuka pintu. Dan pria yang menyebutnya putra itu kini menatapnya dengan tersenyum.

"Dennis putraku."

Dennis melangkah maju walau ragu, yang dikatakan Raya memang benar, dia harus ikut jika ingin tahu apa kedua pria itu benar benar keluarganya atau bukan, juga mungkin saja ada yang bisa dia ingat.

"Aku akan kembali kemari Raya. Tunggu aku."

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

terharu biru pertemuan ayah dan anak 🥺bikin sedih 😭

moga denis ingatannya cepat kembali sebelum ketemu sama sepupu lucnutnya 🤔

setelah ingatannya kembali c denis tidak melupakan c Raya yg baik hati 🤔🥰🥰

2023-04-06

0

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

seru

2022-09-24

0

theanti

theanti

selalu sabar menanti up mu💪💪🙏🙏

2022-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!