Bab. 6( Menikah Atau Di Usir Pergi)

Dennis yang masih tidak bisa mengingat siapa siapa mengerjapkan mata, merasa ada sesuatu yang berat menindihnya, dia menoleh dan mengulas senyuman saat melihat tangan Raya melingkar di perutnya. Seingatnya hanya dirinya saja yang semalam diam diam memeluk Raya saat Raya tertidur disampingnya.

"Sekali lagi aku harus berterima kasih padamu Raya, kau bukan saja menyelamatkan hidupku satu kali, tapi berulang kali, sampai rasanya ucapan terima kasih saja tidak akan cukup." gumannya pelan, dia tidak ingin membuat Raya bangun dan kaget, lalu melepaskan pelukannya, entah kenapa pelukan itu membuat hatinya tenang dan damai.

Dennis menyibak anak rambut yang menutupi wajahnya, menatap wajah teduh yang menenangkan itu. Desiran hangat di hatinya pun tak mampu dia tolak, perasaan kagum yang terus berkembang menjadi rasa suka.

Tak lama kelopak mata yang penuh bulu itu bergerak, mengerjap setengahnya dan membuat degup jantung Dennis semakin berirama namun dengan cepat Dennis kembali terpejam, dia tidak ingin ketahuan sedang menatapnya.

Raya membulatkan kedua manik hitamnya, wajah Dennis yang pertama kali dia lihat saat membuka mata bak sebuah sisa mimpi indah yang terbawa ke alam nyata, namun dia tersentak kaget sampai hampir terjungkal ke bawah saat tahu itu bukan mimpi. Dengan cepat tangan Dennis menangkapnya.

"Hati hati! Kau bisa mematahkan lagi tulangmu yang baru saja sembuh." ucap Dennis dengan suara serak khas bangun tidur, menarik tubuh Raya hingga hingga keduanya tidak lagi berjarak.

Raya terpaku, entah apa yang harus dia lakukan sekarang, tiba tiba saja suaranya tercekat dengan degup jantung lebih cepat dari biasanya.

"Ak---mmp!"

"Kau tenang saja Raya! Kita tidak melakukan apa apa selain tidur bersama."

Raya bangkit dengan wajah kemerahan, keluar dari kamar dengan cepat hingga menabrak pintu kamar yang memang terbuka, wajah merahnya tidak bisa dia sembunyikan.

"Bisa bisa nya aku tidur semalaman dengannya, mana aku yang memeluknya lagi." desis Raya masuk kedalam kamar mandi.

Sementara Dennis menatap kembali langit langit kamar dengan bibir melengkung tipis. Menyadari jika tingkah Raya begitu menggemaskan saat merasa malu.

***

Tidak ada perbincangan selama menyantap sarapan pagi di piring masing masing, Raya menyuap lebih cepat dari biasanya, sampai Dennis terus meliriknya dan mengulum senyuman.

"Hati hati Raya, jangan terburu huru. Kau bisa tersedak."

Uhuk

Raya memang benar benar tersedak, bukan karena makanannya, namun karena suara pria disampingnya begitu lembut. Segelas air putih bergeser ke hadapannya. Membuat Raya semakin salah tingkah dengan perhatian kecil dari Dennis.

"Aku tidak apa apa! Cepat habiskan makanmu, kita bisa terlambat."

"Kita?"

Raya mengambil piringnya yang telah kosong, membawanya ke dapur dan menarik nafas panjangnya di sana.

"Tenang Raya, kenapa kau ini." gumamnya dengan menepuk nepuk sendiri kedua pipinya.

"Raya, apa maksudnya dengan kita?" tanya Dennis yang menyusulnya ke dapur, menyimpan piring kosong ke dalam wastafel. "Kita akan bekerja di kafe bersama?" tanyanya lagi.

Raya menggeser posisinya, detak jantungnya saja masih belum normal gara gara tadi, sekarang bertambah karena Dennis berdiri disampingnya sangat dekat.

"Mmph ... Iya, aku sudah sembuh! Sudah saatnya aku kembali bekerja."

Tok

Tok

Tok

"Raya!"

"Raya, keluar kau!"

Suara beberapa orang dari luar rumah di sertai ketukan di pintu terdengar sangat menggelegar, Raya dan juga Dennis dengan cepat keluar dari dapur dan melihatnya.

"Kenapa banyak orang yang datang kemari?"

"Ada apa Raya?"

"Entahlah aku tidak tahu."

"Keluar kau Raya! Kami tidak ingin daerah kami ini mendapat tulah karena perilaku mu."

Raya membuka pintu, begitu juga dengan Dennis yang berada di sampingnya. Ada kepala desa dan beberapa orang pria yang berdiri dengan marah, sebagian juga ada ibu ibu yang menatapnya dengan menjijikan.

"Maaf pak, ada apa ini?"

"Raya, kami mendapat laporan jika kamu tinggal serumah dengan seorang pria yang tidak di kenal, dan kamu tidak melaporkannya, kalian sudah tinggal bersama dan melakukan hal hal tidak terpuji."

Raya maupun Dennis sama sama mengernyit, siapa yang melalukan pelaporan tidak jelas itu.

"Maaf pak, aku baru saja sembuh karena sempat mengalami kecelakaan dan belum sempat melapor. Tapi kami tidak melakukan apa yang dituduhkan itu."

Beberapa dari mereka bahkan melempar batu dan kotoran hewan ke arahnya, dengan cepat Dennis menghalangi Raya dan lemparan itu mengenai punggungnya.

"Bisa kita bicara baik baik pak kades?" Ujar Raya yang tidak ingin menambah amarah warga, kepala desa menenangkan warga dan dia mengangguk untuk sama sama bicara baik baik.

"Kau tidak apa apa?" Raya membawa Dennis kembali masuk, begitu juga dengan kepala desa

"Kami akan memberikanmu pilihan, silahkan pergi dari kampung ini atau kalian bisa tinggal dengan syarat kami nikahkan sekarang juga." ujar kepala desa itu memberikan dua opsi yang membuat Raya tertegun.

Mereka jelas bukan pasangan, mana bisa menikah begitu saja, dan mereka tidak merasa melakukan apa apa yang merugikan.

"Tapi pak!"

"Silahkan rundingkan!"

Dennis pun membantahnya, namun bantahannya tidak cukup meyakinkan ditambah dia tidak memiliki identitas apa apa, mereka semakin marah dan meminta keduanya cepat cepat mengambil keputusan.

"Baik aku akan menikahinya!" tukas Dennis dengan tegas.

"Tidak! Aku tidak mau kita menikah! Lebih baik kita pergi." Raya masuk ke dalam kamarnya, memasukkan semua pakaian miliknya dan mengemasi semua barang yang tidaklah banyak itu.

"Ray! Kita tidak bisa pergi begitu saja! Aku ingin bertanggung jawab, semua ini kesalahanku! Kamu tidak harus pergi dari sini."

"Sudahlah, kemasi barangmu! Aku tidak bisa menikah denganmu."

"Kenapa Raya? Kita bisa mengenal satu sama lainnya nanti setelah menikah. Aku tetap akan bertanggung jawab!" ujar Dennis berlalu dari kamar.

Raya keluar dan mencegahnya bicara pada kepala desa, menariknya kembali ke dalam kamar. Melemparkan pakaiannya ke dalam tas.

"Jangan bodoh! Itu bukan solusi!"

Dennis merasa kecewa, dengan sikap Raya yang keras kepala ingin pergi ketimbang menikah dengannya, penolakan secara halus akan perasaan yang kini berkembang di antara mereka.

"Kenapa Raya? Aku menyukaimu, kau juga begitu bukan?"

Raya menggelengkan kepalanya, "Tidak sesederhana itu, kita disuruh menikah Tuan! Bukan nikah nikahan. Dan aku tidak mau." Raya keluar dari kamar dengan satu ransel dan satu tas jinjing besar.

Dennis mengikutinya dan masih berharap jika Raya menerima usulannya dengan cara menikah, dia sudah banyak merepotkannya, membuatnya dalam masalah bahkan kecelakaan hingga tangannya patah. Jelas menikahinya lah adalah jalan satu satunya agar dia bisa membalas semua kebaikan dan juga pengorbanan Raya. Terlebih perasaan suka yang dia rasakan saat ini.

"Raya, kamu ... Kita, tidak memiliki uang untuk pergi kemana mana! Mengertilah Raya."

"Dengar Mr Amnesia, aku tidak mau menikah dengan orang hanya karena balas budi atau apalah itu, tidak! Aku tidak bisa."

"Aku menyayangimu Raya!"

Raya tertegun mendengarnya, langkahnya terhenti saat itu juga, dengan pandangan nanar dia membalikkan tubuh ke arahnya, ucapannya memang membuat perasaan hangat menjalari relung hatinya namun tidak mampu mengubah keputusannya.

"Kau tidak ingat apa apa saat ini! Bagaimana kalau kau sudah menikah Mr Amnesia?"

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

ada baiknya nikah aja raya 🤔 supaya bisa tinggal sama dngn tuan amnesia 🤗

2023-04-06

0

N Wage

N Wage

itu tangan si raya yg patah dan dioperasi cepet banget sembuhmya ya?
kalau gak salah penyembuhan tangan yg patah memakan wkt yg lama,kalau tdk salah kurang lebih 3 bln.

2022-11-10

0

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

waah😍mulai gemez nih

2022-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!