"Aku harap pertunangan ku dan Dennis dilanjutkan saja tante."
Dennis terhenyak, kabar dari ibunya memang benar. Pertunangan diantara mereka yang entahlah karena Dennis tidak mengingatnya juga. Celine memeluk kembali Sarah.
"Secepatnya Tante, aku tidak ingin kehilangan Dennis lagi." tukasnya dengan terisak.
"Tenang sayang, tenang dulu yaa. Kita duduk." Sarsh membawanya duduk dan menyuruh asisten rumah tangga membawakan air agar Celine tenang.
Sementara Dennis hanya menatapnya saja, sekeras apapun dia berusaha, dia tidak mengingat apapun mengenai Celine, yang terbayang saat ini justru sosok Raya yang tengah tersenyum manis, hingga tanpa sadar dia mengulas setipis senyuman.
"Untuk saat ini, kami belum bisa memastikan tentang pertunangan kalian Celine, Kondisi Dennis saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu. Dia belum mengingat apa apa. Kamu sabar sedikit lagi ya."
"Ta---tapi Tante?"
"Istriku benar! Bersabarlah sampai ingatannya kembali, dia pasti akan ingat padamu dan rencana pertunangan kalian." sela Yoga dengan tegas.
Sementara Dennis hanya diam saja, entah apa yang harus katakan soal pertunangannya dengan Celine.
Dia juga tidak menceritakan perihal ini pada Raya, dia takut Raya kecewa dan pergi jauh dari nya. Dennis tidak ingin kehilangan Raya karena dihatinya kini hanya ada dia, tidak ada yang lain.
"Maaf aku permisi." Dennis beranjak pergi ke kamarnya sendiri, jujur dia sedang tidak ingin membicarakan pertunangan dan hal lainnya dengan gadis yang mengaku pacarnya itu.
Dia menghempaskan tubuhnya di ranjang king side dan menatap langit langit kamarnya. Bagaimana bisa dia tidak mengingat Celine, jika dia memiliki cinta yang besar pada Celine. Lalu bagaimana perasaannya pada Raya. Kenapa hatinya bisa mencintai dua orang sekaligus.
"Itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin mencintai dua orang dalam satu waktu. Ini pasti ada yang tidak beres, apa karena aku tidak mengingatnya? Apa jika aku sudah ingat semua, aku benar benar mencintai Celine. Bukan Raya?" Gumamnya sendiri.
Tok
Tok
Pintu terdengar di ketuk dari luar, tak lama suara pintu terbuka dengan perlahan. "Dennis, apa kau tidur?"
Dennis bangkit dan terduduk saat Celine masuk kedalam kamar, berjalan ke arahnya dengan tatapan sendu.
"Maafkan sikapku yang terlalu terburu buru dan membuatmu tertekan Dennis, aku hanya tidak ingin kehilangamu lagi." ujarnya sedih dengan duduk di sampingnya. "Kau tahu Dennis, semenjak kau dikabarkan meninggalkan, hatiku hancur saat itu juga. Aku tidak punya tujuan hidup kalau kau tidak ada."
Dennis terdiam, entah apa yang dia rasakan saat mendengarnya. Dia juga hanya tertunduk tanpa tahu berkata apa.
"Tapi aku sekarang bahagia karena kau ditemukan dan selamat, aku bersyukur sekali."
"Maaf tapi aku benar benar tidak ingat tentangmu, hubungan kita bahkan pertunangan sekalipun Celine."
Celine mengangguk, perlahan dia menggenggam tangan Dennis dengan lembut. "Tidak apa Dennis, aku akan membantumu mengingat semuanya, aku juga akan menemanimu melewati semua ini. Kamu tidak akan sendirian sayang."
Dennis menepiskan tangan Celine dengan pelan, dia menangkup kedua tangannya agar Celine tidak punya kesempatan memegang tangannya. Seolah hatinya terkunci hanya untuk Raya seorang.
Celine menyadari hal itu, dia bangkit lalu mengambil figura dirinya dan juga Dennis yang masih mengenakan baju seragam sekolah.
"Kau tahu Dennis, kita kenal sudah lama. Tapi cinta tumbuh begitu saja saat kau sudah jadi dokter dan aku bekerja di perusahaan Ayahku. Lucu ya." ujarnya menunjukkan foto itu pada Dennis. "Kau tidak berubah sama sekali."
Dennis hanya mengulas senyuman tipis, "Entahlah aku tidak ingat apa apa Celine. Sekalipun kau menceritakannya. Maaf."
"Tidak apa apa. Aku mengerti. Tapi bisakah aku kembali memelukmu Dennis. Aku benar benar merindukanmu."
Dennis hanya diam saja saat Celine kembali duduk dan melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. Tidak ada getaran apa apa saat memeluknya. Yang dia ingat justru pelukan bersama Raya.
"Aku merindukanmu Dennis." ucap Celine dengan mengenadahkan kepalanya, perlahan menarik ceruk leher Dennis hendak menciumnya.
Namun secepat kilas Dennis mundur dan melepaskan kedua tangan Celine. "Maaf ... Aku harus pergi!"
***
Dennis pergi begitu saja meninggalkan Celine, diantar oleh Bram dia kembali ke kota xx yang hanya berjarak dua jam. Namun itu bukan masalah baginya, dia akan menempuh jarak jauh sekalipun kalau semua demi Raya.
Raya sendiri tidak tahu jika Dennis akan datang menemuinya, selepas bekerja. Raya langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. Tubuh dan fikiran yang lelah membuatnya terlelap.
Dennis masuk begitu saja karena pintu kamarnya tidak terkunci, dia berdecak saat melihat Raya tertidur dengan masih menggunakan seragam kafe dan juga sepatu yang masih menempel di kakinya.
"Astaga Raya." gumamnya melepaskan sepatu dari kedua kakinya. Menyimpannya di rak sepatu yang menggantung ditembok. Lalu dia kembali duduk disampingnya.
"Kau bahkan tidak membersihkan wajahmu dulu." Ujarnya lagi dengan menyempilkan anak rambut Raya ke telinganya.
Raya masih terlelap, dia tidak terganggu sama sekali walaupun kini Dennis naik ke tempat tidur dan memeluknya dari belakang. Rasanya sangat nyaman berada di samping Raya. Hatinya benar benar merasa aman tanpa ketakutan ketakutan yang kerap menderanya.
"Aku ingin kau ikut denganku Raya, kita bisa tinggal bersama. Kau juga bisa berhenti bekerja dan biarkan aku yang mengurusmu." gumamnya dengan pelan, dia tidak ingin membangunkan Raya yang tampak kelelahan. "Aku memiliki Celine dan rencana pertunangan dengannya, tapi hatiku tidak bereaksi seperti aku padamu Ray. Aku hanya ingin denganmu saja." gumamnya lagi.
Raya menggeliatkan tubuhnya yang saat ini terasa lebih hangat. Dennis mengulum senyuman saat Raya justru membalikkan tubuh ke arahnya lalu melingkarkan tangan di pinggangnya.
Hembusan nafas hangatnya, wangi khas tubuhnya membuat Dennis bisa lebih dekat memandangi wajah cantiknya. Dengkuran halus kini terdengar jelas dari bibir Raya. Dennis juga memakai tangannya untuk bantalan Raya. Sedang Jemarinya terulur di pipi Raya dan mengelusnya lembut. Gak lama dia ikut memejamkan mata.
Hampir satu jam mereka tidur dengan saling memeluk, kehangatan yang dirasakan keduanya membuat mereka lebih terlelap lebih dalam.
Tak lama Raya mengerjap ngerjapan kedua matanya,
"Hah? Kenapa ada dia di dini?" Raya sontak kaget sampai dia berjingkat.
Namun sedetik kemudian Dennis membuka kedua matanya dengan pelan, dan membalas tatapan Raya dengan teduh.
"Hai sayang!" ucapnya dengan tersenyum.
Raya mengerjapkan kedua matanya, tak menyangka jika Dennis kini di depannya.
"Kenapa. Kau sakit?"
"Kenapa kau ada di sini Dennis?"
Dennis kembali mengulum senyuman, "Karena aku merindukanmu Raya, aku ingin kau ikut bersama ku ke kota yy. Kau juga bisa pindah universitas yang lebih dekat di sana. Hem, mau kan?"
Rencana itu memang sudah difikirkannya dengan matang, Namun Raya tentu saja menolaknya.
"Tidak Dennis."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
lina
bohong tuh bohong. jgn prcya 🤭🤭
2023-08-09
0
lina
emang kga beres
2023-08-09
0
Aidah Djafar
Denis ❤️ Raya
2023-04-06
0