Randi Atmajasalim berlari keluar dari kafe saat melihat seorang pria yang sangat mirip dengan sepupunya yang telah hilang. Dennis Atmajasalim.
"Apa aku tidak salah lihat? Itu seperti Dennis, tapi mana mungkin, aku sudah memastikan kalau dia sudah mati." gumamnya dengan terus mengedarkan kedua matanya tajam.
Motor dikemudikan Raya, melaju melewati Randy yang tengah berdiri di ruas jalan begitu saja, Randi sadar dan melihat ke arahnya. "Itu dia! Aku harus memastikan jika orang itu memang bukan Dennis."
Randi masuk ke dalam mobil, menginjak pedal gas sangat dalam hingga mobil melaju dengan kecepatan tinggi mengejar Raya dan juga pria yang di sinyalir adalah Dennis.
Raya melaju dengan lebih cepat sesuai arahan Dennis.
"Ada jalan ke sana!" Tunjuk Dennis lemah pada sebuah gang. "Kita kesana saja Ray." lirih Dennis yang merasa sakit kepalanya semakin hebat.
Raya mengangguk, hampir sebulan dia mengenal pria amnesia itu dan baru sekarang dia terlihat cemas dan juga ketakutan, dengan keringat mulai bercucuran di dahinya.
"Kau tidak apa apa Mr amnesia?"
"Hm ... aku tidak apa apa! Tapi bisakah kau lebih cepat, aku merasa mobil itu mengikuti kita."
Raya melihat ke arah spion dan benar saja, mobil berwarna hitam itu mengejarnya dan semakin dekat. Raya pun masuk kedalam jalan kecil yang di katakan Dennis, namun jalan itu masih bisa di masuki satu mobil.
"Kenapa kau bisa seyakin itu?"
"Entahlah ... Yang jelas, aku merasakan hal yang buruk saat melihatnya." tukas Dennis yang masuk berjalan dengan tangan yang memegangi pinggang Raya. "Kepalaku pusing!"
Mereka menyusuri jalan perkampungan yang lebih kecil, memungkinkan mobil itu tidak lagi bisa mengejarnya, meskipun Raya sendiri tidak yakin, jika mobil itu benar benar mengikuti mereka.
Motor sedikit oleng karena tubuh Dennis tiba tiba mengejat hebat, dan Raya harus menghentikannya motornya atau mereka bisa celaka.
"Sepertinya kita harus jalan kaki! Kita bersembunyi saja disana! Kau bisa jalan kan?"
Dennis mengangguk, dengan memegang kepalanya yang semakin sakit, dia berjalan. Sedangkan Raya mematikan motor dan membawanya dalam keadaan mesin mati.
"Kita kemana?" tanya Dennis dengan satu tangan berkacak pinggang, Dan satu lagi memijit kepala
"Kita sembunyi dulu di gudang bekas penjagalan daging di sana. Kau yakin tidak apa apa?" ujar Raya memarkirkan motor miliknya, dia lantas menghampiri Dennis lalu memapah pria yang masih tidak ingat apa apa itu.
Dennis mengangguk, "Itu lebih baik! Dari pada kita pulang ke rumah yang justru lebih berbahaya."
"Kau benar benar yakin mobil itu mengikuti kita?"
Mereka masuk kedalam gudang yang sudah tidak terpakai itu, cukup jauh dari perkampungan dan jalan nya pun hanya bisa di lalui pejalan kaki atau satu motor saja.
"Entahlah, aku juga tidak yakin! Tapi perasaanku tidak nyaman saat melihat orang tadi, kepalaku langsung sakit saat aku mencoba mengingatnya. Ada yang tidak asing yang dia pakai, cincin hitam yang selalu ada dalam mimpi ku Raya."
"Kau tenang saja! Aku akan memastikan kau aman. Ya meskipun kita sama sama tidak yakin." Raya terkekeh.
"Terima kasih Raya!"
Raya membantunya duduk, tidak lupa dia menutup kembali pintu gudang dan menghalanginya menggunakan kayu besar. Entah kenapa, dia bisa percaya begitu saja pada Pria tanpa ingatan itu.
Sedangkan Randi berhenti di mulut gang karena mobil tidak bisa memasukinya, dia harus keluar dan berjalan kaki hanya untuk memastikan.
"Sial!! Ini membuatku frustasi! Mayat Dennis sampai hari ini belum ditemukan dan membuat aku selalu berfikir semua orang yang mirip dengannya adalah dia! Kalau begini terus, aku benar benar akan gila."
Drett
Drett
Ponsel Randi berdering, dia merogohnya dari dalam saku celana, dan melihat siapa yang menelefonnya.
"Celaka! Paman pasti menanyakan kabar Dennis. Aku kan mengatakan akan terus mencarinya." gumam Randi dengan terus menatap layar ponsel yang masih menyala namun enggan menerima panggilan itu. Dia justru memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.
Tak lama Randi berjalan masuk ke dalam gang yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki itu, mencari sesuatu yang menurutnya mencurigakan. Kedua matanya tajam, beredar bak elang mencari mangsa dari kejauhan. Dia pun menemukan sepeda motor yang terparkir begitu saja.
"Ini dia motor yang sempat aku lihat tadi! Mereka pasti ada di sini." gumamnya dengan terus memperhatikan motor milik Raya.
Hampir setengah jam Raya dan Dennis bersembunyi di gudang terbengkalai itu, dengan wajah Dennis yang kian membiru. Dia begitu ketakutan dan cemas.
"Aku harus memastikan jika kita benar benar aman disini! Kau disini dulu yaa." ujar Raya.
Dia memutuskan untuk melihat ke luar dan memastikan semuanya, namun saat hendak membuka pintu, dia melihat sesosok pria yang mencurigakan tengah berjalan mendekat. Dia pun panik dan berlari menghampiri Dennis.
"Sepertinya kau memang benar! kita di ikuti, ayo pergi dari sini."
Dennis yang merasakan sakit di kepalanya semakin hebat itu memejamkan mata, "Pergilah Raya! Siapapun orang itu, dia sepertinya tidak mengenalmu. Cari lah bantuan Raya,"
Raya tentu saja tidak ingin meninggalkan Dennis sendirian, "Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian! Ayolah ... Kita akan mencari bantuan bersama sama."
Brak!
Pintu terdengar dibuka, Raya dan Dennis saling menatap dan Raya segera menarik Dennis, tanpa berfikir panjang, gadis berusia 20 tahun itu membuka sebuah pintu berukuran besar, didalamnya terdapat banyak tulang tulang hewan dengan bau menyengat. Besi besi yang sudah terlihat berkarat menggantung, dan beberapa mesin motong yang sebagian sudah terlepas dari tempatnya.
Raya menutup hidungnya, begitu juga Dennis yang semakin tidak bisa bernafas, dadanya merasa sesak ditambah nafasnya memburu dengan cepat.
"Bertahanlah sedikit lagi!"
Dennis mengangguk lirih, dia menggenggam tangan Raya dengan sangat erat. Sementara Randi sudah masuk kedalam gudang, dan menyapu seluruh ruangan terbengkalai itu dengan seksama, namun tidak menemukan siapa siapa. Dia juga memeriksa setiap pintu yang ada, tidak juga menemukan siapa siapa.
"Persetan! Aku benar benar gila olehnya." seru nya menendang udara.
Tatapan tajamnya mengarah pada pintu besar yang masih kokoh di depannya, dia pun membukanya namun kembali menutupnya karena bau menyengat khas bangkai menyeruak dari dalam sana.
"Sialan!! Demi apapun itu, aku jelas jelas gila jika berfikir Dennis ada di dalam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Aidah Djafar
Randi sepupu Denis ...jahat ya randi🤔
2023-04-06
0
lina
ayo ungkap
2022-10-08
1
Embun Kesiangan
dennis ini apa korban pembunuhan berencana ya?🤔waw, bau-bau misteri nih. lanjut up thor, semangat
2022-09-06
3