Bab.12(Tenda Sate)

Randi keluar dari kantor polisi dengan mengepalkan tangan, betapa dia sangat kesal karena sampai hari ini kasus kecelakaan Dennis masih diselidiki oleh polisi, padahal mayat terbakar yang di temukan bersama identitas milik Dennis.

Bayangan pria yang dia bertemu dengannya saat di kota xx pun kembali terlintas, dia merasa jika benar itu Dennis dan akan terus melakukan pencarian terhadap nya. Dia juga menuruh orang mencari ditempat dia bertemu dengannya.

Begitu juga Yoga yang diam diam menyuruh orang mencari Dennis di sekitar lokasi kejadian. Sementara Dennis sendiri masih bekerja bersama Raya di kafe Violet. Dia bahkan tidak tahu orang orang mulai mencarinya saat ini.

"Yo ... Meja 12!" seru seorang koki dari dapur pada Dennis yang tengah menunggu.

"Ok!"

Raya menghampirinya dan mendahuluinya mengambil nampan yang hendak diambilnya, "Biar aku saja, kamu dari tadi nganter banyak. Makanlah dulu."

"Jangan, biar aku saja, kamu saja duluan yang makan."

Mereka berebut nampan berisi dua cangkir kopi dengan camilan, membuat orang dapur melihat ke arahnya.

"Haduh ... Aku iri dengan kalian! Bisa bisanya berebut pekerjaan." Seru Andri selaku tukang masak di dapur. "Hey Raya, kau tidak ingin merebut pekerjaan ku? Aku juga ingin ada yang merebutnya seperti itu."

Keduanya tersentak dan Raya yang memegang nampan melepaskan nampannya.

"Aku tidak mau merebut pekerjaanmu! Aku tidak ahli dibagian itu." ujarnya terkekeh, "Kau ... Makan sana! Selagi aku masih baik." ujarnya lagi pada Dennis lalu kembali merebut nampan dari tangannya.

Dennis melihat Raya yang berlalu begitu saja dengan tersenyum, menatap gadis itu hingga dia sampai di meja no 12 dan meletakkan pesanan di meja.

"Hey Yo ... jangan terus di tatap! Cepat katakan kalau kau menyukainya! Kalau tidak, dia bisa di rebut orang." tukas Andri terkekeh.

Dennis sudah mulai terbiasa jika ada orang yang memanggilnya Yo, atau hanya sebutan Heh sekalipun.

"Aku tidak tahu!" ujarnya sambil berlalu.

"Kalian benar benar cocok!" Desis Andri yang melihat keduanya dengan gelengan kepala.

***

Dennis berjalan disamping Raya, setelah pulang dari bekerja, mereka memang harus berjalan kaki agar sampai di halte dan naik angkutan umum. Jaraknya cukup dekat, mereka juga kerap berjalan kaki sampai tempat yang mereka tempati saat ini.

"Nih!" ujar Dennis menyerahkan amplop berwarna putih pada Raya. "Sudah di potong langsung, dan itu sisanya." ujarnya lagi.

Raya terkekeh, mendorong amplop itu kearah Dennis. "Bulan ini tidak usah ya, kau simpan saja untuk keperluanmu sendiri, kau juga pasti punya keinginan kan. Simpan saja."

"Aku tidak apa apa tidak menyimpan uang, toh aku tinggal dan makan bersamamu. Anggap lah ini sebagai gantinya."

"Mr Amnesia! Kalau aku bilang simpan ya simpan. Ngerti?" ujar Raya dengan volume suara sedikit naik.

Dennis menghela nafas, "Baiklah ... Kalau begitu malam ini aku akan mentraktirmu makan malam!"

"Gak mau! Aku mau pulang dan makan di rumah. Menghemat uang." Raya terus berjalan.

"Malam ini saja! Ayolah, aku punya uang sekarang Ray."

Raya menoleh, dia terkekeh melihatnya, "Jadi kau mau sombong ceritanya! Baiklah ... Aku tidak akan menolak rejeki. Ayo makan enak."

Dennis tertawa, sikap itulah yang dia suka dari Raya, apa adanya dan selalu bahagia dengan hal hal kecil.

Dennis menarik tangan Raya, mengenggamnya lalu berjalan menyebrang untuk sampai ke tujuan. Raya menatap tangannya yang kini berada di genggaman Dennis, dia pun mengulum senyuman, walau otaknya menolak tapi hatinya mengatakan tidak.

"Mau makan apa?"

"Hm ... Enaknya makan apa ya?"

Dennis menunjuk sebuah kafe dengan lampu lampu gemerlap, namun Raya menggelengkan kepalanya. "Jangan ... Uangmu pasti langsung habis! Itu kan kafe mahal. Mending yang itu saja." tunjuknya pada sebuah tenda dengan kepulan asap membungbung tinggi.

"Sate?"

Raya mengangguk, "Ayo ...!"

"Aku rasa uangku cukup untuk makan dikafe itu." ujar Dennis dengan menarik kursi lalu duduk.

"Cukup malam ini, besok kau pasti bakal nyesel."

Dennis tersenyum, terus menatap Raya yang semakin hari membuat perasaan sukanya kian membesar. Namun Dennis tidak ingin gegabah, dia juga ingin tahu apa Raya memiliki perasaan yang sama atau tidak.

"Dari mana kau tahu aku akan menyesal? Kalau ternyata aku tidak menyesal walaupun besok uangku habis gimana?"

"Ya aku yang akan menyesal, karena akan menanggung semua biaya hidup kita sebulan ke depan!" Sungut Raya apa adanya.

Dennis tertawa kecil, "Selain baik hati, kau juga sangat perhitungan Ray."

"Karena aku bukan orang kaya Mr Amnesia. Ingat itu! Harus berhemat agar bisa hidup."

Dua piring sate sudah terhidang di atas meja, keduanya pun menikmati dengan sesekali tertawa, menertawakan semua kelakar mereka.

Sementara mobil berwarna hitam berhenti di depan kafe, menatap keduanya yang tengah makan sambil tertawa dengan pandangan nanar.

"Apa kita akan turun Tuan?"

"Apa benar dia Dennis?"

"Kita harus memeriksa untuk memastikannya tuan Yoga."

Yoga mengangguk, dia kemudian turun setelah asisten membuka pintu untuknya. Mereka berjalan ke arah tenda dimana keduanya tengah duduk

"Dennis? Benar kah itu kau Nak?"

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

duuuh seruu nih ketemu bapak anak 🥰moga denis ingatannya kembali 🤔

2023-04-06

0

Asmi☺☺

Asmi☺☺

kalian emng cucok kk,, q dukung, raya dannis 😘😘

2022-09-18

0

Asmi☺☺

Asmi☺☺

oh oh oh,,, akhirnya papanya duluan yg, nmuin Dennis 😊

2022-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!