Bab.14(Rumah)

Raya mengangguk pelan, dia berusaha agar tidak menangis saat melihat Dennis keluar dari rumah, mengigit bibir bagian dalam saat Dennis menoleh kembali ke arahnya lalu berhambur memeluknya.

"Aku janji, aku akan kembali untukmu Raya, jangan pergi kemana mana, jangan lupakan aku Raya." lirih Dennis yang menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Raya, gadis itu tidak kuasa menahan air matanya lagi. Hingga dia pun menangis dipelukan Dennis.

Mana mungkin aku bisa melupakanmu Mr Amnesia, mana mungkin. Disaat hatiku saat ini mulai jatuh cinta padamu, tapi. Aku takut Mr Amnesia, aku takut kecewa dan terluka. Aku juga takut kalau kau yang ternyata akan melupakanku disaat kau sendiri tahu siapa dirimu sebenarnya. Tapi aku juga akan menunggu hingga akhir nya bagaimana. Raya membatin, dengan tubuh yang membeku. Dengan erat Raya meremass ujung kaos yang dikenakan Dennis, berusaha menahan diri agar tidak memeluknya karena itu akan sangat menyakitkan.

"Raya ... Aku pasti akan kembali." ujar Dennis mengelus kedua pipinya.

Dennis pun kembali keluar, menyisakan Raya seorang diri dalam kesedihan. Tubuhnya luruh ke lantai dan dia mulai menangis tergugu, kedua bahunya naik turun dengan dada yang terasa sesak. Dia juga membekap bibirnya sendiri agar suara tangisannya tidak terdengar oleh orang lain.

Sementara Dennis berjalan gontai, merasa ragu dengan keputusannya sendiri, meninggalkan Raya setelah tiga bulan mereka bersama. Sampai kakinya terasa berat untuk melangkah.

"Ayo Dennis, kita pulang. Ibu mu pasti senang melihatmu."

Sekali lagi wajah Yoga yang kini dipenuhi rasa haru, juga seorang ibu yang akan bahagia terbayang di fikirannya, walaupun dia tidak bisa mengingat dirinya, ibunya bahkan jati dirinya sendiri. Panggilan Dennis terasa asing ditelinganya.

Mr Amnesia

Yo

Yo

Panggilan dari Raya bersautan dengan panggilan Dennis untuknya, dia ingin ingat semua, semua yang terjadi padanya sebelum semuanya dia lupa, kejadian apa yang menimpanya. Serta, tentu saja sang pemilik cincin hitam dan juga mimpi kecelakaan yang kerap dia alami.

Bram membuka pintu untuknya, dia meliriknya sebentar dan melihat Bram menganggukkan kepala, begitu juga dengan Yoga yang masuk setelahnya. Tidak ada kata kata yang keluar dari mulut Dennis, dia masih sibuk dengan fikirannya sendiri, keingin tahuan nya kuat.

Raya berlari mengejarnya, menatap kejauhan punggung Dennis yang melangkah masuk kedalam mobil. Namun sedetik kemudian dia kembali menoleh ke arahnya. Pandangan mereka kembali bertemu, dimana terlihat Raya berdiri menatapnya dengan mengulas senyuman walau getir.

***

Mobil melaju kencang membawa Dennis kembali pulang, entahlah. Dia tidak tahu arti pulang saat ini, terjebak dalam ketidak pastian. Dia hanya menatap ruas ruas jalan yang dilaluinya, melewati kafe tempatnya bekerja selama tiga bulan ini. Bengkel dimana Raya menitipkan motornya juga rumah yang sempat ditinggalinya beberapa waktu lalu.

Perjalanan semakin jauh, Dennis terhenyak saat melewati ruas jalan dimana ruas jalan itu seperti yang dia lihat di dalam mimpi, serta pembatas jalan yang dia juga lihat disana. Membuatnya melihat hingga membalikkan tubuhnya ke belakang.

Yoga melihatnya, menyentuh bahunya lembut. "Ada apa?"

Dennis menggelengkan kepalanya, dia kembali bersandar dan memejamkan kedua matanya. Mencoba mengingat apa yang selalu dia mimpikan. Mimpi buruk yang terus dia alami selama ini.

Tak terasa hampir dua jam perjalanan mereka kembali membawa Dennis, dua pilar tinggi terlihat kokoh serta gerbang tinggi menjulang berwarna coklat, Dennis hanya menatapnya saja, walau dia bersikeras meyakinkan dirinya jika dia kembali pulang, namun dia sendiri tidak yakin jika dia benar benar kembali pulang ke rumah.

"Ayo Dennis. Ini rumahmu. Dimana kau tinggal disini selama 25 tahun." ujar Yoga sesaat sebelum turun.

Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Dennis, dia dalam keadaan bingung sendirian dan entah apa yang harus dia katakan.

"Turunlah, ibumu pasti senang melihatmu kembali Nak."

Dennis hanya mengikuti saja, dia turun sesaat Yoga sudah turun dari mobil, melangkah setelah Yoga juga melangkah. Bak seorang anak kecil yang tersesat dan tidak tahu harus apa.

Seseorang membukakan pintu, dan tersentak kaget saat melihat Dennis.

"Ibu mana?" tanya Yoga pada wanita yang berdiri dengan kedua mata terbelalak sempurna.

"Aaa--ada di kamar tuan." ujarnya tergagap, "Aaa---apa ini benar tuan Dennis?" ucapnya lirih.

Yoga mengangguk lalu menoleh pada Bram yang berada di sampingnya, Bram mengerti dan mengajak Asisten rumah tangga itu melipir sementara Yoga terus berjalan ke arah kamar dan Dennis mengikutinya.

Yoga membuka pintu, menatap seisi ruangan kamar utama, dimana sang istri tengah tergolek di atas kasur.

"Kau masih sakit sayang? Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" ujar Yoga yang menghampirinya dan duduk di tepi ranjang, tangannya terulur pada dahi hangat sang istri.

"Kau sudah pulang?"

"Hm ... Dan aku membawa seseorang yang bisa membuatmu sembuh sayang." ujarnya mengelus rambutnya lembut.

"Siapa?" lirihnya.

Yoga menoleh, dan melambaikan tangan pada Dennis, pria tegap itu melangkah mendekati ranjang dengan terus menatap wanita yang kini terbeliak menatapnya.

"Dennis? Kau kah itu nak?" ujarnya menangis, dia merangsek kerah kemeja suaminya untuk memastikannya. "Sayang, apa dia anak kita Dennis?"

Yoga mengangguk, dia juga menangis bahagia saat melihat keduanya bertatapan.

"Iya sayang ... Ini anak kita, anak kita sudah pulang sekarang."

"Dennis! Dennis putraku." tangannya terulur ke arah Dennis yang masih terlihat bingung, dia hanya berdiri mematung.

"Dennis sepertinya mengalami Amnesia, dia tidak ingat siapa pun termasuk dirinya." terang Yoga yang membuat Sarah semakin menangis.

"Dennis anakku!"

Sarah memeluk putra semata wayangnya itu dengan haru, kedua pipinya basah oleh air mata. Dia terus menangis sampai suara isaknya menyayat hati. Ada sesuatu yang bergetar hebat di hati Dennis saat mendengar isak tangisan wanita yang terus memeluknya erat itu.

"Ibu?" lirihnya pelan nyaris tidak terdengar.

"Benar ini ibu nak."

Keharuan kedua orang tua yang telah menemukan anak mereka tidak lagi bisa dibendung, walau mereka tahu jika anak mereka sendiri belum mengenali keduanya dengan jelas. Namun dengan ditemukannya dalam keadaan masih hidup sudah membuat keduanya bahagia.

***

Dennis membuka pintu dimana yang katanya ruangan itu adalah kamarnya. Perlahan namun pasti, dia melangkahkan kakinya masuk kedalam. Deretan figura berisi foto fotonya juga kedua orang tuanya, seorang pria dan juga seorang wanita yang tidak dia kenal. Lama sudah dia memandangi foto foto itu, hingga sebuah tangan menyentuh bahunya lembut.

"Ini Celine pacarmu dan ini sepupumu. Randi." ucap Sarah dengan lembut dan menunjuk foto wanita cantik yang tengah tersenyum memeluk Dennis. Serta Sepupunya yang bernama Randi yang juga tersenyum disampingnya.

"Mereka sama sama kehilanganmu sama seperti ibu Nak. Tapi ibu senang karena kau sudah kembali. Mereka juga akan senang jika bertemu dengan mu. Ibu akan memberitahu mereka jika kau sudah pulang."

"Tidak ... Maksudku jangan sekarang bu!"

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

denis punya pacar ya celline 🤔 kacian c raya donk 🤔

terharu pertemuan ibu dan anak yg masih amnesia 🤔🥺

2023-04-06

0

theanti

theanti

akhirnya kau datang juga Rara Dennis,,, terima kasih kaa. semoga kedepan up nya teratur dan banyak seperti d karyamu sebelah

2022-09-25

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!