Hingga keesokan paginya, Raya terbangun dan melihat pria itu telah duduk di kursi. Menatap dirinya.
"Tuan sudah bangun?"
Pria itu mengangguk, "Aku sangat lapar."
Raya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Aku akan membuat sarapan untukmu."
"Terima kasih! Aku akan membalas semua kebaikanmu, Raya," ujarnya dengan kedua manik hitam mengikuti langkah Raya.
Raya mengangguk, lalu dia pergi ke dapur dan membuat nasi goreng. Tak lama dia keluar dari dapur dan meletakkan sepiring nasi goreng di depan pria yang tidak dia ketahui namanya itu.
"Aku akan berangkat kerja! Tuan bisa istirahat di sini, nanti siang aku juga pulang dan akan membawa obat untuk Tuan."
Pria yang terus menatap Raya itu mengangguk, "Sepertinya usia kita hanya berjarak beberapa tahun saja."
Raya terkekeh, "Kau bisa lihat dari mana? Kau saja tidak pernah melihat identitasku."
"Entahlah ... perasaanku mengatakan hal itu."
"Mungkin saja, kita bisa lihat nanti setelah identitasmu ketemu atau kau ingat sesuatu, oke!" ujar Raya dengan senyuman mengembang di bibirnya.
"Jadi kau tidak harus terus memanggilku Tuan!"
"Itu karena aku belum tahu namamu Tuan, atau kau mau aku panggil Mr. Amnesia?"
Celotehan Raya tentu saja membuat pria amnesia itu tertawa, dan cukup menghibur untuknya.
"Makanlah Mr. Amnesia, bukankah kau lapar?"
"Sekali lagi terima kasih."
***
Beberapa hari berlalu, setiap pagi Raya akan membuat sarapan untuk pria yang sampai hari ini tidak ingat apa-apa, bahkan namanya sekalipun. Dan sebagai gantinya, pria yang kondisinya cukup membaik itu akan membantu Raya membersihkan rumah.
Dengan cekatan dia membersihkan seluruh ruangan, bahkan menggosok kaca jendela hingga kinclong, sementara Raya akan pulang membawa makan siang yang diberikan rekannya dari bagian dapur untuk dibawa pulang.
"Mr. Amnesia aku pulang!" teriaknya saat sampai di depan rumah.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah, hingga dia masuk ke dalam dan meletakkan makanan di atas meja. Mencari pria bertubuh tinggi tegap itu di dalam kamar namun tidak ada. Hanya ada suara gemericik air dari belakang.
Raya pun berjalan menuju dapur dan sontak kaget saat melihat pria yang masih tidak ingat apa-apa itu keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, memperlihatkan otot otot perut yang berjejer bak roti sobek serta otot lengan miliknya.
Glek!
Raya menelan saliva, bak baru pertama kali dia melihat pria beserta otot di tubuhnya.
"Raya kau sudah pulang?"
"Ah iya ... aku baru pulang! Kau baru mandi?"
"Tidak ... aku mandi untuk kedua kalinya, tadi membersihkan kaca jendela dan badanku penuh debu. Kau pasti sangat jarang membersihkan rumahmu ini."
Raya berdecih, "Eh, mana ada waktu aku membersihkan rumah, aku sibuk mencari uang, bekerja, lalu pergi kuliah."
Pria itu mengulum senyuman. "Kau pasti sangat lelah, ditambah ada aku yang merepotkan."
"Tidak, sama sekali tidak merepotkan, kau juga berguna kan di sini, rumahku jadi bersih dan juga rapi. Sepertinya kau orang yang rajin. Atau kau orang kaya yang mandiri dan selalu merawat diri. Bahkan kau mandi dua kali."
"Entahlah aku masih tidak ingat apa pun!"
"Tidak usah dipikirkan, setelah mendapatkan uang aku akan membawamu ke rumah sakit! Kau harus diperiksa dokter," ujar Raya menarik kursi meja makan.
Pria itu pun tersenyum, menatap Raya dari samping.
Kau memang baik hati, Raya, aku beruntung bertemu denganmu yang menolongku dengan tulus, setelah aku mengingat semuanya, aku akan membalas semua kebaikanmu, Raya.
"Hei, Mr. Amnesia! Ayo makan, setelah ini aku harus pergi ke kampus, aku ada kelas hari ini! Ayo cepat makan."
Setelah makan siang, Raya bersiap siap untuk pergi ke kampus, tidak lupa dia juga menyampirkan tas selendang di bahunya.
"Raya, aku ikut denganmu."
Raya yang berada di kamar menoleh, "Kau kan masih belum sembuh total,"
"Tidak apa apa, mungkin aku akan ingat sesuatu di jalan atau bahkan menemukan dompetku yang hilang."
"Baiklah kalau begitu! Tapi kau yakin bisa pulang sendiri nanti, tidak akan tersesat?" goda Raya dengan terkekeh.
"Tentu saja tidak! Aku akan menghapal jalan dengan baik!"
Raya mengangguk, "Baiklah kalau begitu!"
Keduanya berjalan bersisian, dengan Raya yang terus berceloteh sepanjang berjalanan.
Pria tersebut hanya mengulum senyuman saat mendengarkan ocehan dari Raya.
Hingga tepat di pinggir jalan, sebuah sepeda motor yang kehilangan keseimbangan dan oleng menabrak raya dari belakang, membuat tubuh gadis itu terpelanting jauh.
Bruk!
"Akh!"
Kejadian itu sangat cepat, dalam hitungan detik saja dan motor yang di tumpangi seorang paruh baya pun ikut jatuh.
"Raya!"
Pria tanpa identitas itu berlari dan melihat kondisi Raya yang tergeletak dengan tangan yang bengkok.
"Akh! Aku tidak apa apa!" ujarnya dengan suara serak.
Raya hendak bangkit, namun pria bertubuh tegap itu mencegahnya, "Diam! Jangan bergerak! Tanganmu sepertinya patah."
Raya tersentak, dia yang belum merasakan apa apa di tangannya hanya mampu melihat pria itu mencari sesuatu di pinggir jalan yang bisa digunakan untuk menahan tangannya.
"Hei, kau mencari apa?"
Pria itu datang dengan membawa dua kayu yang dia temukan, walaupun ukurannya tidak sama. Lalu menempelkannya di bagian sisi lengan Raya. "Kau pegang dulu! Aku harus mencari tali."
Raya tentu saja terhenyak, apa yang di lakukan oleh pria itu adalah tindakan pertama pada kecelakaan, jika bukan tenaga ahli, orang orang yang tahu itu pasti adalah orang orang yang turut serta pelatihan khusus.
Pria itu tidak menemukan tali panjang, namun dia tidak kehilangan akal, dan menggunakan rumput ilalang yang dia sambung hingga menjadi kuat lalu mengikat kedua kayu yang dipasang di sisi kiri dan kanan.
"Kau tidak apa-apa, ‘kan? Kita ke rumah sakit sekarang juga."
"Tidak, jangan! Kita tidak punya biaya untuk ke rumah sakit."
Pria itu kembali terdiam, itu memang benar, dia saja tidak memiliki sepeser uang sama sekali. Hingga pria itu baru sadar, orang yang menabraknya masih ada dan terduduk saking kagetnya.
"Aku tahu! Kau tunggu di sini."
Pria tanpa identitas itu menghampiri penabrak dan entah apa yang dia katakan. Pria itu mau bertanggung jawab dan membiayai pengobatan Raya.
Hingga akhirnya Raya di bawa ke rumah sakit dan masuk ke dalam IGD, dan saat itu Raya merasakan luar biasa sakitnya dari lengannya yang patah.
"Akh! Ini sakit sekali!"
"Dokter, suster! Tolong. Pasien ini mengalami close fraktur," seru pria itu dengan menggendong Raya, membaringkannya di ranjang ruang IGD.
Seorang suster datang menghampirinya, "Maaf, silakan Tuan ke ruangan pendaftaran dulu, kita akan menanganinya setelah ini."
Namun pria bermanik hitam itu justru membentak suster dengan keras, hingga suster itu hampir ketakutan.
"Lakukan penyelamatan lebih dulu. Utamakan pasien dari pada data-data yang bisa diurus nanti. Kau mau tanggung jawab kalau pasien ada yang anfal dan meninggal gara gara harus mengurus data terlebih dahulu, hah?"
Raya yang menahan kesakitan itu tersentak kaget, melihat pria yang hampir dua minggu tinggal bersamanya itu marah besar pada suster. Hingga dokter datang dan menenangkannya.
"Tuan mohon tenang! Kami akan lakukan tindakan sebaik mungkin," ujarnya dengan menempelkan stetoskop pada Raya.
"Segera lakukan bone scan, kau tahu dia mengalami fraktur close, bukan? Dan beri dia ketamine intravena 0.3 Mg"
Dokter itu mengangguk, dia menyuruh suster membawa Raya ke ruangan rontgen untuk melihat kondisi tulang yang patah. Lalu menyuntikkan obat analgesik yang diminta pria yang terus memantau dengan serius di sampingnya.
Kenapa aku bisa tahu istilah-istilah kedokteran.
Begitu juga dengan Raya yang tengah diperiksa
"Apa Mr. Amnesia seorang dokter? Dia tahu istilah-istilah yang hanya dokter dan suster yang tahu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Aidah Djafar
seru kek nya nih
like l...
2023-04-06
0
Embun Kesiangan
tuan anmesia bukan orang sembarangan nih😮lanjut thor
2022-09-06
2
Asmi☺☺
karya mu selalu like 👍👍👍👍👍
2022-08-31
2