" Apa kabar nona Line?"
" Baik."
" Hai nona Line, sepertinya kau semakin cantik saja."
" Hey Damian, bisakah kalian berhenti memanggil gue dengan sebutan nona?"
" Apa yang salah dengan panggilan itu?"
" Damian, liat aja apa yang bakal gue lakuin kalau lo masih manggil gue dengan sebutan Nona Line. Lo tau, itu benar benar menyebalkan."
" Haha, wajah lo kalau lagi kesal itu sangat lucu Line. Tapi baiklah, apapun kemauan lo akan gue kabulkan. Karena gue adalah abang yang baik."
" Terserah lo aja. Ini obat lo. Lo harus rutin meminum obat itu agar semua racun dalam tubuh lo menghilang. Setelah racun nya hilang, lo gak memerlukan kursi roda ini lagi. Dan lo bisa pulang kerumah."
" Wah? Benarkah? Gue akan meminumnya sekarang."
" Tentu saja. Tapi lebih baik lo ke toilet. Gue gak mau acara makan gue terganggu."
" Kenapa?"
" Menurut saja. Bastian, tolong antarkan Damian ke toilet. Pastikan dia tak mengotori lantai."
" Baik nona."
15 menit kemudian Damian kembali dari Toilet. Nampak mukanya sangat pucat.
" Hey Line, obat apa ini? Kenapa gue malah muntah darah? Dan itu bukan hanya merah, tetapi bercampur warna hitam?"
" Dasar bodoh. Tentu saja berwarna hitam. Itu adalah racun yang ada di dalam tubuh lo. Tenang saja, lo hanya akan seperti itu selama seminggu. Setelah itu racun nya akan hilang."
" Ini sungguh menyiksa Line."
" Lo pilih mana, tersiksa seminggu atau.... mati?"
" Lo benar benar menyebalkan Line. Bisa gak sih lo tu kalau ngomong sama gue lebih lembut lagi? Gue ini abang lo tau."
" Tentu saja.... Tidak. Dan apa urusan nya dengan lo abang gue?"
" Terserah lo aja Line. Oiya, gue dengar lo akan melanjutkan SMA lo disini, dimana rencana lo bakal masuk?"
" Yap betul. Untuk itu sih urusan papa sama mama. Menurut lo sekolah mana yang harus gue masuki?"
" Nanti gue pikirin lagi, sekarang gue benar benar butuh istirahat. Lo mending pulang sekarang. Mama sama papa pasti nyariin lo."
" Yaudah, gue pulang dulu. Bye."
Line pulang kerumah mengendarai mobil nya. Jalanan pada malam hari membuat Line betah untuk berlama lama di jalanan. Akan tetapi hp nya terus berbunyi dari tadi, pastinya papa nya lah yang menelfon dari tadi.
Sesampainya dirumah, Line langsung disambut oleh ceramah papa nya. Mama nya bahkan hanya tertawa saat papa nya menceramahi nya.
" Oke papa. Line benar benar tak melakukan hal yang aneh aneh papa. Line bahkan hanya bermain bersama teman Line."
" Sampai semalam ini?"
" Ini bahkan belum jam 12 papa. Slowly."
" Papa serius Crystaline. Besok tidak ada keluar lagi. Kamu harus dirumah saja. Papa akan menghukum kamu selama seminggu, kamu dilarang keluar."
" Papa, Line bakalan bosan. This is Nyc pa. Banyak tempat tempat yang pengen Line kunjungi."
" Tidak ada penawaran."
" Mama, please... Ini gak adil dong. Masak Line di kurung dirumah. Sedangkan mama dan papa sibuk diluar."
" Mama sama papa lagi nyari abang kamu sayang, bahkan sampai hari ini mama sama papa gak tau keadaan abang kamu gimana."
" Yaelah, abang baik baik aja ma. Bahkan dia tidur dengan santai nya. Gak usah di pikirin ma. Abang lagi liburan. Minggu depan dia pulang."
" Kamu tau darimana?"
" Dia ngabarin Line. Dia lagi liburan. Jadi gak adil dong kalau Line di kurung dirumah."
" Baiklah kalau begitu, tapi kamu gak boleh pulang lewat dari jam 9 malam Line."
" Papa, are you kidding me?"
" Papa serius."
" Terserah papa. Line mau masuk kamar dulu. Bye mama, papa."
****
- Seminggu kemudian -
" Line jam berapa lo jemput gue?"
" Jam 11 Damian. Lo ganggu tidur gue. Ini masih jam 7 pagi."
" Sorry sorry, gue kira lo lupa."
" Terserah, gue akan tidur kembali. Bye."
Dasar idiot, dia hanya mengganggu tidur gue. Lebih baik gue melanjutkan tidur.
Ya jam 11 nanti Line akan menjemput Damian seolah di baru pulang liburan, agar mama dan papa nya tidak curiga. Line bangun jam 9 pagi, kemudian bersiap siap. Setelah itu menjemput Damian di Paradise Hotel. Kondisi Damian sudah membaik, setidaknya dia tak perlu memakai kursi roda lagi. Tetapi Damian masih harus memakai kruk tangan.
" Ada lagi yang ketinggalan Damian?"
" Tidak. Udah cepetan yuk, gue udah kangen banget sama mama dan papa."
" Kangen, kangen nyusahin mereka? Awas aja lo kalau berani nyusahin mereka."
" Kok gue jadi kangen Line yang dulu ya? Line yang tau nya cuma bergantung sama gue, dan selalu lembut ke gue."
" Lo beneran mau gue hajar ha?"
" Hahaha, oke damai. Ntar gue beliin deh apa yang lo mau."
" Lamborghini Uranus. ****** lo."
" Hah? Lo becanda kan?"
" Gue serius. Cepat beliin. Jangan kayak orang susah."
" Line, lo bahkan kalau mau bisa beli sendiri. Kenapa malah minta sama gue sih?"
" Lo yang bilang tadi mau beliin apa yang gue mau. Gak konsisten banget sih lo."
" Tapi gak itu juga kali Line. Kalau lo minta beliin tas atau baju pasti langsung gue beliin. Lah ini lo minta mobil. Kalau papa sama mama nampak terus nanyain gue harus jawab apa?"
" Mana gue tau. Urusan lo lah."
" Yang lain deh. Jangan mobil."
" Terserah lo."
****
Line akhirnya sampai di rumah dengan Damian, mama dan papa langsung menyambut Damian. Wah baik nya gue jadi adek, bahkan gue bantuin dia buat bohong, maafin Line ya ma, pa, Line gak ada niat buat bohong kok. Tapi karena keadaan aja makanya Line bohong.
" Bagaimana perjalanan mu Damian?"
" Seperti biasa, sangat menyenangkan. Papa dan mama apa kabar?"
" Baik. Kenapa kamu bahkan tak mengabari mama dan papa? Mama sangat khawatir ketika tak menemukan kamu dirumah."
" Maafin Damian Ma, Damian juga perginya mendadak, karena ada urusan juga dari sekolah."
" Padahal masih libur, apalagi yang di minta sekolah untuk kamu lakukan? Baiklah kita lanjutkan ngobrolnya di dalam saja."
Sembari jalan memasuki rumah, Damian bertanya pada Line.
" Hey Line. Kayaknya para maid disini banyak yang hilang dan di gantikan dengan orang baru. Ini pasti ulah lo kan?"
" Iya. Gue mecat 10 maid yang ternyata selama ini ada hubungan nya sama racun itu. Mereka ngasih racun itu di makanan dan minuman yang lo konsumsi. Jadi gue mecat mereka. Mereka bilang mereka hanya mendapat intruksi dari bos mereka buat ngeracunin lo selama ini. Tapi mereka gak tau siapa bos mereka."
" Kok bisa?"
" Gak tau gue. Banyak yang aneh, seakan akan semua nya udah direncanain secara rapi."
" Atau mungkin orang orang yang gue masukin ke penjara?"
" Mana gue tau. Makanya lo kalau buat masalah itu di urus sampai tuntas, jangan setengah setengah."
Karena keasyikan ngobrol, kami tak sadar jika diliat oleh mama dan papa.
" Kenapa kalian berbisik bisik?"
" Hah? Gak kenapa napa pa. Biasa urusan anak muda."
" Damian, jangan ajari adik kamu untuk hal yang aneh aneh."
" Mana ada pa. Line aja yang kelewat pinter. Bahkan dia jadi lebih suka belajar."
" Apa salah nya dengan suka belajar Damian? Itu bagus dong. Kamu harusnya mencontoh adik kamu. Jadi bagaimana dengan sekolah kamu?"
" Masih libur, minggu depan baru masuk semester baru."
" Ya sudah, papa juga sudah mendaftarkan Line disekolah kamu. Jadi kalian bisa berangkat sekolah bersama."
" Ya itu lebih baik. Jadi Damian bisa lebih mengawasi Line. Lalu Line akan masuk ke kelas mana?"
" Kelas yang sama dengan kamu, sewaktu tes masuk kepala sekolah memutuskan untuk memasukkan Line di kelas yang sama dengan kamu atas permintaan papa."
" Hah? Jadi maksudnya Line akan sekelas dengan Damian? Kok bisa?"
" Karena gue lebih pinter daripada lo."
" Damian, kenapa dengan kaki mu?"
" Biasa pa. Cidera saat olahraga. Nama nya anak laki laki. Dah ya pa, Damian ke kamar dulu. Capek banget ni."
" Line juga sama. Line mau ke kamar dulu pa."
" Baiklah."
Line dan Damian sama sama naik ke lantai 2 karena kamar mereka yang berhadapan.
" Thankyou Line, akhirnya gue bisa berjalan lagi dan tentunya bisa bergaya sekarang. Dan gue juga bisa menemani lo jalan jalan."
" Idiot, lo bahkan baru sembuh. Kenapa lo malah memikirkan jalan jalan."
" Hahaha, lo tau, gue senang Line. Setelah sekian lama akhirnya gue bisa berjalan kembali. Dan sudah lama gue gak melihat keadaan dunia belakang. Jadi gue bakalan mulai menata kembali dunia belakang, akan gue ajarkan pada mereka, siapa bosnya."
" Dasar sombong, awas saja kalau lo merengek minta bantuan gue."
" Hey, bahkan ketika mereka mendengar nama gue, mereka akan lari ketakutan. Jadi tidak mungkin gue bakal minta bantuan lo."
" Kita pegang omongan lo."
" Line, nanti malam paradise Club yok?"
" Lo yakin? Gimana kalau ketahuan mama sama papa?"
" Tenang aja. Santai. Tunggu mereka tidur dong."
" Terserah lo deh. Gue ngikut aja."
****
Benar saja malam hari nya Damian mengajak Line untuk pergi ke Paradise Club. Daniel sudah memberitahukan kepada seluruh pegawai club bahwa Line adalah bos baru mereka. Paradise Club adalah salah satu club terbesar di kota ini. Tempatnya sangat mewah dan nyaman.
" Line gue akan langsung keruang Vip, nanti setelah berkeliling langsung temui gue di ruang Vip. Panggil gue jika lo dalam masalah."
" Baiklah, lo tau gue bisa menyelesaikannya."
Line pun berkeliling untuk melihat keadaan disini, Line sangat menyukai suasana club ini. Akan tetapi Line melihat ada sekumpulan orang seperti sedang melihat sesuatu. Line pun menghampiri.
" Excuse me, what happened?"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments